Segmen 17: Roda Berputar 2
Halo lagiii~~~~
chapter 17 nih! Yuk hitung mundur menuju tamat xixixi
Oke, kalo gitu, seperti biasa ya, lakukan langkah2 di bawah ini sebelum membaca:
1. Follow akun Natha
2. Masukin cerita ini ke reading list kamu
3. Tekan tombol bintang
4. Kalau sudah, silakan sapa Natha di kolom komentar 💕😊🥳
Nah udah semua dilakukan?
Oke, dimulai dari 0, ya!
Enjoy reading 🥰
.
.
Segmen 17: Roda Berputar 2
Di Indonesia hanya ada dua musim, musim hujan dan musim panas. Rasanya agak muluk-muluk kalau mengharapkan musim selain dua musim itu di Indonesia yang notabenenya beriklim tropis. Namun, kalau untuk Abiyyu, rasanya tidak bisa mendeskripsikan suasana hatinya dengan musim panas, apa lagi musim hujan. Kepalanya tidak sepanas itu untuk disebut musim panas. Pun, perasaannya tidak semendung itu untuk disebut musim hujan. Rasanya akan lebih cocok kalau mendeskripsikan suasana hatinya saat ini dengan musim semi.
Senyuman yang terus terpatri di wajahnya datang dari hati yang berbunga-bunga. Bibirnya yang tidak berhenti bersenandung dan sesekali bergumam senang itu datangnya dari nyanyian burung-burung cantik yang beterbangan kesana-kemari mengelilingi bunga yang bermekaran indah. Persis seperti musim semi yang sering ditampilkan pada serial Disney.
"Gue tebak, lo lagi mikirin si Jenar-Jenar itu, ya?" Sanuar tidak mengalihkan pandangan dari laptop. Pun, jemarinya tidak berhenti menekan papan tombol pada laptop.
Abiyyu tidak menjawab. Lelaki itu hanya terkekeh sambil terus bersenandung mengikuti lagu yang ia dengarkan lewat earphone. Sanuar total diabaikan olehnya. Abiyyu malah semakin asik dengan acara 'bungkus kado dengan cantik'. "Selesai!" ucapnya ketika selesai menempelkan pita merah muda sebagai sentuhan akhir pada bungkusan kado.
"Lo bener-bener suka, ya, sama si Jenar?" Sanuar menatap tidak percaya kala melihat Abiyyu tampak antusias sambil menatap kotak berbentuk kubus yang sudah selesai dibungkus dengan kertas kado dan pita.
"Iya,. Ini tuh kayak she fell first but I fell harder. Bodo deh orang mau bilang gue kena karma atau jilat ludah sendiri. Like I care, dude. Yang penting sekarang I want to make her mine!"
Sanuar menatap datar Abiyyu. Lama bersahabat dengannya tidak membuat Sanuar fasih berbahasa Inggris. Terkadang—atau sering—ia kesal sendiri kalau Abiyyu sudah berlagak, berbicara dengan bahasa yang dicampur-campur.
"Intinya lo suka banget sama dia? Iya, kan?" Sanuar bertanya ogah-ogahan.
"Yep!"
Sanuar berdecak. Sudut bibir kanannya naik membentuk seringai tipis yang tampak mencemooh. "Udah gue bilang. Jangan benci-benci, suka setengah mampus kan lo akhirnya! Emang, ya, roda tuh berputar banget. Kemaren-kemaren aja lo lari-larian menghindar. Sekarang, lo lari-larian buat ngejar!"
***
Jenar sedang duduk di pujasera. Kedua kakinya bergerak gelisah dibawah meja. Kak Merak-nya mengirim pesan, meminta bertemu sebelum jam siaran mulai. Niat hati ingin mengabaikan, tetapi ia mengingat omongan Hanni tentang dirinya yang harus berdamai. Pikirnya, tidak mengabaikan sosok Meraki Abiyyu adalah langkah pertama yang bisa dilakukan untuk membuatnya berdamai.
"Hei, sorry, nunggu lama, ya?"
Jenar mengerjap cepat. Semuanya terasa begitu cepat. Bunyi derit kursi yang didorong, suara napas yang terdengar terburu, dan wajah antusias Meraki Abiyyu yang tiba-tiba memenuhi pandangan. Padahal, sedetik sebelumnya ia sedang sibuk melamunkan ini dan itu, termasuk melamunkan Kak Merak-nya sebetulnya. Jenar jelas dibuat terkejut, ini seperti proyeksi dari segala hal yang ada di kepalanya. Jadi, ia agak percaya-tidak percaya kalau Kak Merak-nya sudah ada di depan mata.
"Jen ...? Hello, earth to Jenar, please?" Abiyyu menggoyangkan satu telapak tangannya di depan wajah Jenar yang tatapannya tampak linglung.
"Eh?"
Abiyyu tersenyum begitu mendapati Jenar yang sudah kembali menaruh atensi padanya. Wajah perempuan itu tampak polos. Rambutnya terurai panjang, tampak lembut begitu angin membuai tipis helaian hitam-kecokelatan itu. Rona merah muda tipis alami pada pipi membuat Abiyyu semakin terkesima.
Damn, kemana aja gue baru sadar kalo Jenar sebegini attractive!
"Pasti udah lama banget ya nungguin kakak? Itu minuman kamu sampe udah habis begitu."
"Eh? Nggak, kok, kak. Aku juga belum lama dateng. Ini akunya aja yang haus, lagi panas juga kan soalnya."
Abiyyu menyipit main-main. Senyumnya merakah kala ia berkata, "tunggu sebetar lagi, ya. Kakak beliin menum sama cemilan lagi."
Kedua telapak tangan Jenar saling meremas satu sama lain. Bibirnya digigit tipis kala matanya mengikuti gerak-gerik Abiyyu yang tampak lincah. Meski mendapat sedikit goncangan, pondasinya masih kuat. Ia memang tidak lagi ingin menghindari Kak Merak-nya. Namun, itu bukan berarti ia siap untuk kembali menaruh hati.
"Batagor datang ...," Abiyyu bersenandung riang. Lelaki itu benar-benar bersikap gentle, total memberikan sikap yang 180 derajat berbeda pada sosok Daniella Jenar. "Nggak pake saos atau sambel, kecapnya juga nggak banyak, plus I asked for extra cucumber."
Kedua mata Jenar membola sempurna. Meski sulit, ia tetap menyembunyikan ekspresi girang karena Abiyyu mengingat dengan benar pesanan batagor yang waktu itu ia ucapkan pada Herman. Bukan maksud hati mengangungkan gengsi. Jenar hanya ingin membentengi diri.
"Makasih, kak," sahut Jenar seadanya.
Karena sikap Abiyyu yang begini. Getaran kecil yang belum lama terjadi itu kini berubah menjadi guncangan dahsyat yang memunculkan retakan abstrak pada pondasi pertahanannya.
"Umm ... kakak katanya mau ngomong sesuatu?" Jenar akhirnya tidak mampu bertahan untuk diam dan menunggu. Ya, siapa juga yang mampu diam dan menunggu kalau di depan mata, Meraki Abiyyu tengah menopang dagu sambil menatap dan tersenyum tanpa henti.
"Oh? Ah iya. Wait," katanya sambil merogoh tas punggung miliknya. "Taraaaa! Ini buat kamu."
"Eh? Hadiah?" Jenar mengerjap bingung. "Tapi ... aku nggak lagi ulang tahun?"
"Kan, nggak musti nunggu ulang tahun buat kasih hadiah? Tuh, kata anak kecil iklan susu juga begitu! Jadi ... terima, ya? I know you like doing song cover, and you might have this one already. Tapi ... kakak harap kamu mau pake pemberian kakak."
Jenar mengangguk. Bergumam terima kasih sambil menarik kado dari Abiyyu agar mendekat ke arahnya. Jenar kira, kejutannya hanya sampai di situ, tetapi tidak. Ia makin dibuat terperangah saat Abiyyu berkata, "Wanna be mine, now?"
Tidak juga mendapat jawaban. Abiyyu hanya terkekeh kala kembali berucap. "Nggak apa-apa. Nggak usah dijawab sekarang. I still have 2 more chances. Ini pemanasan. Jadi kalo nanti kakak confess lagi, jawabannya cuma bisa pilih 2. Yes or yes?"
Rasanya ingin menjerit, pamer kepada siapa pun yang lewat. Ini jelas bukan mimpi, tetapi terasa seperti mimpi. Mungkin terdengar klise, tetapi seandainya memang mimpi, Jenar rela untuk tidak bangun selama-lamanya, because this is too good to be true.
***
Abiyyu pulang dengan senyum yang masih terpatri. Padahal hari ini cukup melelahkan—menunggu giliran untuk bimbingan, cepat-cepat revisi hasil bimbingan sebelum kembali menyerahkannya, dan siaran. Namun, senyum itu tidak luntur sejak pagi ia membuka mata. Mungkin ini yang dinamakan efek jatuh cinta?
Abiyyu buru-buru membersihkan diri. Ia rela melewatkan makan malam meski perutnya sudah berbunyi, meronta tidak karuan. Bukan apa, ia hanya ingin cepat-cepat kembali memegang ponsel dan menghubungi Jenar. Sekali lagi, mungkin ini yang dinamakan efek jatuh cinta.
Saat sudah berhasil menyamankan diri di tempat tidur, dan memegang ponsel.. Muncul satu notifikasi baru dari sosial media Jenar yang Abiyyu ikuti. Tentu saja, tanpa menunggu lama, Abiyyu langsung menekan notifikasi tersebut.
"Wah, video baru, nih! Eh? Ini beneran baru! Dia bahkan pake set mikrofon sama pop shield yang gue kasih!" Abiyyu berseru heboh. Ia menaikan volume ponselnya hingga suara Jenar semakin terdengar. Mengisi penuh kamarnya yang berukuran 4x6.
Ku pernah coba bertahan
Namun sering terlupakan
Ku pernah coba melawan
Tapi aku tersingkirkan
Entah mengapa, Abiyyu merasa lagu ini dikhususkan untuknya. Bukan maksud untuk terlalu percaya diri. Sebaliknya, Abiyyu merasa seperti sedang ditegur secara halus. Lagu berjudul Trauma yang dipopulerkan oleh Elsya kini dinyanyikan oleh Jenar dengan penuh penghayatan, dan Abiyyu merasa tertampar oleh setiap lirik yang dilantunkan.
Aku tak mengejarmu saat kau pergi
Bukan karna ku tak cinta lagi
Tapi ku ingin berhenti
Kita saling menyakiti
Aku tak menahanmu tetap disini
Bukan karna tak bahagia lagi
Tapi kini ku sadari
Cinta tak harus saling miliki
Lebih baik berpisah
Dari pada terus terluka
Karena ku s'lalu yang salah
Jujur aku trauma
"Did I hurt you that bad? Did I make you trauma, so that you decide to stop liking me?"
***
Bersambung
Cuap-cuap Natha:
Harmonyyyyy~
Tinggal 2 chapter lgi nih!
Yok bisa yok ramaikan kolom komentar xixi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top