7. Pilihan
Hai, ketemu lagi sama hari Jumat
Tahun baru pada holidin kemana nih? Have fun tahun baruannya
Jangan lupa vote sama komen
"Gitu dong! " Theo meninju pelan bahu Ameera sebagai ungkapan rasa senangnya.
Sedetik kemudian tubuh Theo sudah terpental sejauh lima meter.
***
"Ameera!!" seseorang membuka pintu UKS seperti mendobraknya sehingga menimbulkan suara bedebam yang sangat nyaring.
Ameera langsung menegakan tubuhnya dan melihat Duta terengah-engah di ambang pintu. Pipi tembam Duta memerah. Bahu cowok gempal itu naik turun. Kedua tangannya bertumpu pada kusen pintu. Peluh berjatuhan dari keningnya.
":Lo lari-larian?" sebenarnya tanpa bertanya pun Ameera tahu. Itu kelihatan jelas sekali. Duta tidak akan terlihat semenyedihkan itu kecuali dia baru saja berlari.
"Hm," Duta mengangguk sambil melepaskan sepatunya lantas memasuki UKS dengan kaki telanjang. "Mau mati gue rasanya." adunya pada Ameera.
"Kebanyakan lemak sih jadi menghambat pergerakan tubuh lo." ujar Ameera disambut tawa pelannya.
"Suka banget yah kayaknya lo ngehina gue." Duta merengut. "Kalau bukan karena elo juga gue males banget tahu lari-larian."
"Siapa suruh juga sih lari-larian." sela Ameera.
"Habisnya lo whatsapp ke gue bilang lo di UKS kan gue jadi khawatir."
Duta memang sahabatnya. Bahkan Ameera menganggap lebih dari hal itu. Disaat yang lainnya menjaga jarak aman darinya, Duta tidak pernah seperti itu. Disaat yang lainnya memperlakukannya secara hati-hati, Duta bersikap biasa saja. Disaat yang lainnya bersikap canggung padanya, Duta malah memperlakukannya dengan kurang ajar. Tapi, lebih baik seperti itu. Karena dengan begitu Ameera merasa bahwa dirinya tidak berbeda.
Perlahan senyum Ameera mengembang. Duta sudah seperti keluarganya.
"Emang siapa juga sih yang nyuruh lo lari-larian?" elak Ameera masih dengan senyum menghiasi wajahnya.
"Ra?" seseorang yang tidur di brangkar satunya berbalik lalu menatap Ameera dan Duta secara bergantian.
Ameera lupa kalau Theo ada di sana tertidur sejak setengah jam yang lalu.
Baik Ameera maupun Duta tidak ada yang menyahut. Hanya diam melihat wajah bangun tidur Theo, menunggu apa yang akan Theo katakan.
"Gue haus." ucapnya sambil menegakan tubuhnya sehingga bersandar pada tembok di belakangnya.
"Ya terus?" tanya Ameera dengan wajah poker face-nya
Theo nyengir memamerkan jajaran gigi putihnya, bersikap so imut sampai matanya yang agak sipit itu melengkung membentuk bulan sabit. "Ambilin."
Melihatnya tingkah so imut cowok dengan tangan bergips itu membuat Ameera bukannya mau mengambilkan malah rasanya ia ingin menjedukkan kepala Theo ke tembok. Sepertinya Duta juga berpikiran hal yang sama, itu terlihat dari wajahnya yang menunjukkan tingkat ke jijikan yang luar biasa.
"Kemarin-kemarin kayaknya gue gak normal pernah nge-fans sama lo." gumam Duta sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh Theo.
"Ambilin." Theo merengek menatap Ameera dan Duta secara bergantian.
Duta geleng-geleng kepala. "Gue kayaknya bakalan hengkang dari club penggemar lo." ucapnya sambil beranjak menuju dispenser dan menuangkan air ke dalam gelas.
"Gue kira lo se keren di lapangan." ujar Duta sambil memberikan segelas air pada Theo.
"Lo ngefans sama gue?" tanya Theo sebelum meneguk airnya.
Duta mengangguk. "Tapi, mulai hari ini gue berhenti jadi penggemar lo."
Theo mengangguk-angguk lalu meneguk air itu sampai tandas. "Tenang aja, masih banyak kok yang ngefans sama pemain bola hebat kayak gue. Kehilangan satu, gak berarti apa-apa buat gue."
Ameera berdecih lalu geleng-geleng kepala. Jadi ini pemain futsal Bumi Nusantara yang kata Duta hebat itu. Yang selama dua tahun berturut-turut berhasil membawa SMA Bumi Nusantara sebagai pemenang di kejuaraan futsal se-Jakarta itu. Jadi cowok itu yang kata Duta titisan Christian Ronaldo itu. Yang berhasil mencetak top score terbanyak sepanjang sejarah kejuaraan futsal provinsi itu. Theo? Ameera hampir saja menyemburkan tawanya.
Bukannya tidak percaya. Lucu saja. Cowok macam ini mencetak top score dan juga menjadi pemain terbaik dua tahun berturut-turut. Ya. Cowok macam ini.
"Nyesel gue ngefans sama lo, nyesel!" Duta mengambil gelas yang Theo sodorkan dan meletakannya di atas meja.
"Sia-sia lo selama ini ngefans sama dia." Ameera ikut menanggapi sambil geleng-geleng kepala. Seketika sosok cerdik dan tangguh di lapangan yang sering Duta ceritakan padanya buyar seketika. Orang seperti Theo?
Sungguh di luar ekspektasi.
"Kok bisa orang kayak lo jadi bintang lapangan sih?" lanjut Ameera yang masih belum puas dengan tanggapannya.
Sementara itu orang yang dijelek-jelekan di depan matanya sendiri hanya bisa merengut sambil komat-kamit tak jelas.
"Lo pingsan kenapa?" Duta beralih pada Ameera. Alasan tadi dia berlarian seperti orang tak waras sampai menabrak beberapa orang untuk sampai di UKS secepat kilat.
Ameera mengangkat bahu. "Gak tahu gue juga."
"Pacar lo kurang asupan vitamin kayaknya." ujar Theo masih dengan wajah kesalnya.
"Siapa juga yang pacaran?" bantah Ameera. Matanya menyorot tajam pada Theo.
Cowok itu mengangkat bahu sambil mencebikkan bibirnya. "Ya kali aja."
"Gue masih sayang sama nyawa gue kali." Duta menimpali dengan sangat cepat. "Ameera itu sahabat gue."
Perkataan Duta langsung disambut anggukan setuju dari Ameera, membenarkannya.
"Syukurlah." Theo menghembuskan napas.
"Syukurlah maksudnya?" Ameera memicing wajahnya terlihat galak. Lebih menakutkan dari saat dia menghajar Theo habis-habisan sampai membuat tangannya patah beberapa hari yang lalu.
"Kasihan banget tahu yang jadi pacar lo." ujar Theo terbata-bata. "Gue aja yang baru kenal sama lo udah patah tulang." pungkas Theo sambil nyengir lebar seolah baru saja mengatakan hal baik. "Yang pacaran sama lo bakalan mati muda."
***
Lagu Winter Night yang dinyanyikan oleh Kim Samuel mengalun melalui earphone yang terpasang di kedua telinganya. Ameera memutar bola matanya sesaat sebelum ia berbalik membuat orang yang sejak lima belas menit lalu mengikutinya kaget dan mundur beberapa langkah.
"Mau apa lagi?" tanya Ameera jengkel pada cowok yang lagi-lagi nyengir seolah tak melakukan kesalahan.
Siapa lagi kalau bukan Theo.
Theo mengangkat tangannya yang bergips. "Lihat tangan gue."
"Ya terus?" tanya Ameera tanpa minat.
Theo berdecak. "Pura-pura gak tahu ini gara-gara siapa."
Sebelah alis Ameera terangkat.
"Posisi tulang tangan gue hampir geser lagi tadi gara-gara gendong lo."
"Emang gue minta lo gendong gue?" Ameera masih tidak mengerti ke arah mana maksud dari kenapa cowok bernama Theo ini terus mengekorinya.
Tadi saat jam istirahat kedua, Theo mengikutinya yang pergi ke perpustakaan bersama Duta. Dan sekarang, saat bel pulang berbunyi cowok ini pun lagi-lagi mengekorinya.
"Mau lo apa?" tanya Ameera pada akhirnya. Tidak mau lagi menunggu.
"Ajarin gue bela diri yang lo bisa." ujar Theo.
Ternyata ini alasan kenapa cowok kurang waras berotak seperempat ini mengekori Ameera sejak tadi. Membuatnya risih dan sangat tidak nyaman. Bahkan membuat Ameera kehilangan nafsu makannya.
Tanpa Theo tahu, permintaannya berhasil membuka pintu luka itu lagi dalam hatinya.
"Ajarin gue."
Ameera hanya menatap wajah Theo tanpa ekspresi sebelum berbalik badan dan melangkah pergi dengan perasaan marah.
Akan tetapi, cowok bernama Theo ini mengejarnya dan memotong langkahnya.
"Anggap aja itu sebagai ucapan terimakasih dari lo karena gue gak memperpanjang apa yang lo lakuin sama gue."
Mood Ameera berubah buruk. Seperti langit yang tadinya cerah tiba-tiba saja mendung.
Tanpa disangka Theo berlutut. Menatap Ameera yang berdiri di hadapannya dengan penuh harapan dan serius. Berbeda sekali dengan tatapan bak cowok idiot yang selama ini Ameera lihat.
"Gue mohon, Ra." Theo menunduk.
"Gak!" tolak Ameera.
"Kenapa?" Theo mendongak. "Lo takut bikin orang terluka."
"Tuh, lo tahu sendiri."
"Lo bisa ngajarin gue tanpa nyentuh gue."
Ameera berpikir sejenak. Tanpa menyentuh? Ia pikir bisa. Tapi, kenapa juga ia harus mengajari cowok kurang waras ini?
"Kenapa juga gue harus ngajarin lo? Buang-buang waktu!"
"Lo suka sama Fajar kan?"
Mata Ameera membelalak. Dari mana Theo tahu? Apa Duta menceritakan hal itu padanya?
Tidak mungkin.
Tidak mungkin Duta melakukannya. Cowok gempal itu tempat curhat paling aman yang ia tahu.
"Heran kan gue tahu dari mana?" Theo tertawa merasa dirinya hampir menang.
Ameera memicing. Jadi benar Duta yang mengatakan hal itu pada Theo. Awas saja cowok gempal itu, Ameera akan pastikan menguras seluruh lemak dari tubuhnya dalam satu kali perasan.
Theo melambai-lambaikan tangan. Tapi, bukan pada Ameera. Pandangan Theo menembus melewati bahu Ameera.
"Fajar!!" panggil Theo.
Ameera memutar tubuhnya dengan panik. Dilihatnya Fajar berdiri di ujung koridor dengan tangan kiri bergips, tak beda jauh dengan Theo.
Fajar yang pada awalnya tersenyum pada Theo mendadak ketakutan. Matanya membulat. Gerakan tangan melambaiknya seketika berhenti bersamaan dengan senyumnya yang memudar. Tak terhitung satu detik, cowok itu sudah ngacir seperti melihat hantu begitu berpandangan dengan Ameera.
Sama halnya dengan Ameera yang tiba-tiba panik.
"Yahh kabur." Theo tersenyum manis pada Ameera. Senyum itu jelas sebuah ejekan.
"Mau lo apaan sih?" kesal Ameera. Cowok itu masih menunjukan senyum manisnya.
"Lo tahu?" Theo menjeda kalimatnya. "Sekarang Fajar gak mau ketemu lagi sama lo."
Ameera menunduk. Tanpa Theo memberitahukannya pun Ameera sudah tahu. Karena jika tidak, Fajar tidak akan berlari ketakutan seperti melihat hantu saat melihat dirinya seperti barusan. Sudah jelas, apa yang terjadi tempo hari membuat Fajar ketakutan padanya. Cowok manapun akan langsung menjaga jarak bahkan menghindar jika hal itu terjadi padanya.
Kecuali cowok gila satu ini.
"Tapi, gue bisa buat lo deket sama Fajar." ujar Theo bak matahari terbit membuat Ameera seketika bersemangat. Senyum Ameera pun mengembang dengan lebar mendengarnya.
"Beneran?" tanya Ameera penuh semangat tanpa dia sadari.
"Bisa, asal lo mau ajarin gue bela diri." ucap Theo negotiatif. "Gimana?" Sebelah alisnya terangkat. Menunggu jawaban dari Ameera.
"Fajar itu cenderung plin-plan. Orang kayak dia gampang banget dirubah pemikirannya. Gue bujuk dikit, dia gak bakalan takut lagi ketemu sama lo. Buat ngeyakinin dia bukan hal yang sulit buat gue." ujar Theo meyakinkan.
"Gue gak bakalan mempermasalahkan lagi apa yang udah lo lakuin sama gue. Gue juga bisa bantu lo deket sama Fajar. Dan sebagai timbal baliknya lo bisa ngajarin gue bela diri, gak sampai jago, asal gue tahu dasar-dasarnya aja. Lo dapet dua keuntungan sekaligus. Gimana?"
Ameera memicing. Theo rupanya memiliki bakat negosiasi yang baik. Ameera selalu berpikir ulang tentang pandangannya bahwa mencintai tidak harus menyampaikan dan memiliki. Akan tetapi, ia selalu berpikir juga bahwa munafik sekali orang yang berpikiran seperti itu.
"Ngajarin gue tanpa bersentuhan." tambah Theo untuk lebih meyakinkan.
Bukan sesuatu yang sulit, pikir Ameera. Seperti yang Theo katakan ia akan mendapatkan dua keuntungan dalam satu waktu. Lagipula apa yang akan ia lakukan pada Theo tidak terlalu sulit. Hanya mengajari dasar-dasar tanpa menyentuh. Mengajarkan dasar-dasar teknik bisa tidak perlu saling bersentuhan.
Ya. Ameera bisa.
"Oke."
"Gitu dong! " Theo meninju pelan bahu Ameera sebagai ungkapan rasa senangnya.
Sedetik kemudian tubuh Theo sudah terpental sejauh lima meter.
***
281218
Flower Flo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top