26. Pernyataan

Hallo!!!

Jumat berkah

Tinggalkan vote +coment

Happy reading!


[Now Playing: Pilot - Sepanjang Hidupku]

"Kalau emang gak ada apa-apa kenapa harus pake kode-kodean segala. Gue emang gak tahu, tapi gue gak bego yah."

***

Seperti yang dikatakannya, sepulang sekolah Duta datang ke rumahnya. Tapi, Duta tak sendiri.

"Udah makan siang belum?" tanya Theo sesaat setelah Ameera membukakan pintu.

"Baru mau pesen go-food." Jawabnya.

"Ra. Lo gak mandi yah?" Duta nyelonong ke dapur dan mengambil es krim dan beberapa camilan dari kulkas. "Kucel banget." Komentarnya sambil meletakan semua barang jarahannya di atas meja di ruang tamu.

Ameera geleng-geleng. Bukan Duta namanya kalau datang ke rumahnya tidak langsung menjarah makanan dari kulkasnya.

Duta...Duta.

"Hobby banget yah lo menjarah makanan di rumah gue. Kurang makanan lo di rumah?" ucap Ameera dengan niat menyindir.

Dan lagi-lagi bukan Duta namanya kalau tidak mempan dengan sindiran semacam itu. "Ada lah. Banyak. Lo gak suka gitu gue makan di rumah lo? Gue kan tamu."

"Ada yah tamu yang ngambil suguhan sendiri." Kali ini Theo yang berkata. Sama-sama menyindir seperti Ameera.

"Tamu kekinian mah gini." Timpal Duta penuh kebanggaan. Seolah apa yang dilakukannya—menjarah makanan di rumah Ameera adalah suatu hal yang patut untuk dibanggakan.

"Serah lo aja." Ameera geleng-geleng kepala.

"Oh ya, gue baru nyadar muka lo bonyok banget. Perasaan tadi B ajah." ucap Duta mengarah pada Theo.

Ameera menatap Theo dan baru menyadari bahwa memang wajah Theo lebam-lebam. Kenapa ia baru menyadarinya sekarang. Padahal di depan pintu tadi ia dan Theo sempat berpandangan cukup lama.

Ada lebam keunguan di sudut bibir kanannya, hidungnya yang lebam, dan juga terdapat beberapa luka lecet di wajahnya.

Theo tertawa. Entah apa yang lucu. Atau karena tertawanya itu reaksi alamiah dimana dia ingin menyembunyikan sesuatu supaya terlihat seolah tidak ada apa-apa.

"Biasa cowok." Katanya. "Kalau berantem tonjok-tonjokan lah. Kalau jambak-jambakan itu cewek. Makanya gue bonyok."

"Berantem sama siapa?" tanya Ameera cepat sebelum sempat Theo mengatupkan mulutnya kembali.

Theo menatap Duta dengan penuh peringatan.

Seketika Duta memukul kepalanya sendiri. Mengerti arti tatapan Theo padanya. Mengerti isyarat bahwa seharusnya Duta menyembunyikan hal itu dari Ameera.

"Lo gak berniat buat nyembunyiin hal ini dari gue kan?" Ameera menggeser posisi duduknya lebih dekat pada Theo.

Theo mengerjap. "Siapa juga yang mau nyembunyiin ini dari lo. Toh, lo pasti lihat muka gue kan." Katanya sambil tertawa hambar.

Ameera semakin merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Kalau memang tidak ada, kenapa Theo harus memberikan sinyal peringatan pada Duta seolah hal ini bukan sesuatu yang boleh ia ketahui.

Sekarang Ameera menatap Duta. Dengan pelototannya memaksa Duta untuk mengatakan padanya hal apa yang membuat mereka saling member kode tadi.

"Gak ada apa-apa kok." Duta nyengir memamerkan seluruh jajaran giginya.

"Kalau emang gak ada apa-apa kenapa harus pake kode-kodean segala. Gue emang gak tahu, tapi gue gak bego yah."

Ameera memang tidak tahu, tapi bukan berarti ia bodoh tidak bisa menangkap gerak-gerik mencurigakan Theo dan Duta. Theo yang tersenyum aneh, dan Duta yang memakan camilannya dengan cara yang aneh pula menunjukan bahwa ia gugup dan sedikit ketakutan.

"Jawab..." Ameera menipiskan bibirnya. "Atau gue tendang kalian berdua keluar!"

Duta dan Theo saling berpandangan.

"Jawab!" teriak Ameera membuat dua cowok itu berjengit kaget.

"Theo berantem sama siapa? Jawab!"

Untuk yang kedua kalinya Duta berjengit kaget sambil memegangi dadanya kemudian mengatakan sesuatu secara repleks.

"Fajar. Theo berantem sama Fajar karena elo."

Saat itu juga Ameera melihat Theo mengusap wajahnya.

Ternyata hal itu yang mereka berdua coba sembunyikan darinya.

Ameera berdiri karena dengan amarahnya yang memuncak. Ditatapnya dua cowok yang duduk menunduk saling berhimpitan itu. Theo dan Duta.

"Jadi, lo," Ameera menunjuk Theo. "Berantem sama Fajar gara-gara gue?"

"Kalau gak keduluan mungkin gue bakalan yang pertama hajar Fajar." Potong Duta. "Lo pikir gue sebagai temen bisa diem aja tahu lo disakitin sama Fajar."

"Tapi, Fajar gak ngapa-ngapain gue. Itu hak dia. Jadian sama siapapun gak ada hubunganya sama gue. Fajar gak berhak buat minta izin dulu sama gue sebelum jadian sama orang lain."

Ameera mengerti kenapa Theo dan Duta seperti itu. Karena mereka berdua menyayanginya. Dua cowok yang dekat sekali dengannya ini pasti ikut merasa marah karena hal itu.

Namun, sekali lagi Ameera tegaskan bahwa ia tidak ada hubungan apapun dengan Fajar. Urusan Fajar biarlah menjadi urusannya. Mau dia jadian dengan Brisia Jodie atau Kendal Jenner sekalipun. Dan untuk urusan patah hati Ameera, biar ia sendiri yang mengatasinya.

"Gue gak terima lo dimainin sama dia." ujar Theo setelah beberapa saat diam dengan kepala menunduk.

Theo mendongak. "Lo tahu apa yang buat gue marah?"

Ameera menggigit bibir. Menunggu Theo melanjutkan perkataannya.

"Di saat seperti itu, dia minta gue ngomong sama lo supaya lo mau rekam video buat youtubenya. Dia gak minta gue menyampaikan permintaan maaf malah minta gue buat hal itu. Lo pikir gue gak bakalan marah? Fajar emang egois. Orang paling egois yang pernah gue kenal."

Mendengar hal itu membuat hati Ameera mencelos. Seperti de javu, pada kejadian dimana Dian memfitnahnya dan mengatakan yang tidak-tidak pada mamanya dimana Dian bukannya meminta maaf dan malah bersikap seolah dia tidak salah.

"Setidaknya dia minta maaf." tambah Theo.

Ameera menghela napas. Kemudian duduk di samping Theo.

Theo menatapnya dengan tatapannya yang entah kenapa begitu menenangkan untuk Ameera. "Gue gak suka dia bersikap egois kayak gitu sama lo."

Sudut bibir Ameera tertarik. "Makasih."

Theo memang salah, tapi tindakannya bisa dibenarkan juga. Theo tidak suka karena Fajar bersikap egois dan tidak meminta maaf padahal maaf adalah hal yang mudah. Walaupun Theo menunjukan ketidaksukaannya dengan cara yang salah.

"Dut, tolong bawain kotak P3K dong di kamar gue."

Duta menunjuk dirinya sendiri. "Gue?"

Ameera menipiskan bibirnya. "Lo kan kacung gue."

Punggung Duta merosot. Dengan malas, ia bangkit dari tempat duduknya menuju lantai dua dimana kamar Ameera berada.

"Maaf, gue gak bisa buat lo jadian sama Fajar." Ujar Theo merasa bersalah.

Cowok ini pasti teringat pada apa yang dikatakannya dulu sewaktu meminta Ameera mengajarinya bela diri.

"Lagian lo dulu gak bilang mau bantuin gue jadian sama Fajar." Tukas Ameera. "Waktu itu lo cuma bilang mau bantuin gue deket sama Fajar aja."

Theo tersenyum lembut kemudian meringis karena sudut bibirnya yang terluka.

"Sakit banget yah." Ameera ikut-ikutan meringis.

Theo terkekeh. Lalu mengangguk.

"Jadi..." Theo lagi-lagi menatap Ameera dengan cara yang tak biasa.

Ameera mengerjap. Tak tahu kenapa tiba-tiba merasa gugup. Apalagi menyadari posisi duduknya yang terlalu dekat dengan Theo.

"Apa?"

"Lo beneran udah nyerah sama Fajar sekarang?"

"Ha?"

"Apa lo udah beneran nyerah sama Fajar dan gak berharap lagi sama dia?"

"Lagian kenapa gue harus terus berjuang. Gak ada gunanya."

Theo menggeser duduknya semakin dekat padanya. Ameera mendada gugup tanpa alasan. Kenapa sih dengan cowok ini?

"Udah nyerah beneran kan? Udah mau mulai buang rasa suka lo sama Fajar kan?" tanya Theo terdengar sangat menuntut.

"Gue nyerah."

Sudut bibir Theo lagi-lagi tertarik membuahkan senyuman yang entah kenapa tiba-tiba terlihat sangat mempesona di mata Ameera.

"Kalau lo beneran nyerah." Theo menjilat bibir bawahnya dan lagi-lagi Ameera seolah tersihir melihatnya. Ditatapnya bibir Theo dan mulai membayangkan sesuatu yang tidak-tidak.

Ameera menggeleng-geleng mencoba mengenyahkan pikiran tersebut.

"Jadian sama gue mau?"

Ameera mengerjap.

"Jadian sama gue." ucap Theo terdengar lebih tegas. "Gue suka sama lo."

PRANKKK

"Apa!!!"

Suara benda jatuh yang disusul pekikan itu membuat Theo dan Ameera memutar kepalanya secara bersamaan. Menatap Duta yang tengah menutup mulutnya yang malah membuatnya terlihat sangat lebay.

"Lo suka sama Ameera?" tanya Duta kaget namun detik berikutnya seringai aneh muncul di wajahnya. "Udah gue duga dari awal."

***

Akhirnya Theo memberanikan diri guys!


Voment:)


Follow

Iistazkiati

_flowerflo



Sampai jumpa di hari Senin!!!


080319

Flower flo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top