23. Maaf
Hai, ketemu lagi dengan cerita ini di hari baru bulan baru. Semoga di bulan Maret ini semuanya semakin lancar. Aamiin
vote sama komen ya
kalau enggak, gue sleding:)
"Seharusnya gue dari awal gak buang-buang waktu suka sama dia."
***
Fajar mendadak seperti orang dungu saat ia masuk kelas dan langsung dihadiahi berbagai ucapan selamat dari teman-temannya. Fajar hanya mengerjap saat teman-teman sekelasnya mengerling jahil sambil menyalami tangannya.
"Selamat ya." Itu yang diucapkan oleh ketua kelas XI IPS 3.
Fajar menatap keheranan lalu tersenyum. "Makasih." ucapnya tanpa tahu dia diberi selamat karena hal apa.
Dengan senyum aneh yang terlihat bak ringisan Fajar berjalan menuju kursinya di sebelah Theo.
Theo sudah datang tapi dia tidak ada di kelas. Hanya ada tasnya saja di atas meja.
Apa mungkin Theo tahu penyebab kenapa ia diberi selamat di pagi hari seperti ini?
Ya, mungkin saja.
Fajar baru saja berniat keluar kelas untuk mencari Theo saat Wahyu cowok paling urakan dan penyuka segala hal berbau gratisan berteriak dari pojok belakang kelas.
"Jar! PJ nya ya PJ!" teriaknya membuat Fajar berbalik.
"PJ apaan?" tanyanya dengan wajah bingung yang tak dibuat-buat.
Namun hal itu malah menjadi tertawaan Wahyu cs.
"Yaelah, pura-pura gak tahu lagi." Ujar salah seorang yang duduk bersama wahyu cs.
"Beneran gue gak tahu." Fajar menghampiri Wahyu cs. "Ada apa sih? Kenapa semuanya pada aneh pagi ini?"
"Ck, pura-pura gak tahu." Wahyu mencemooh lalu tertawa bersama yang lainnya. "Nanti pacarnya ilang lho."
"Pacar?" kedua alis Fajar saling bertautan.
"Akting lo bagus, kenapa gak jadi aktor aja. Lo bisa ngalahin Reza Rahardian lho." Kata salah satu dari kerumunan Wahyu cs disambut gelak tawa satu kelas.
"Beneran gue gak tahu siapa yang jadian?" tanya Fajar sambil menatap satu persatu teman sekelasnya berharap ada orang yang memberitahunya.
"Elo lah Fajar! Siapa lagi!" teriak Abella atlet angkat besi dari bangkunya. "Lo yang jadian sama Dian kok pura-pura gak tahu sih."
Fajar mengerjap. "Tunggu!" Fajar kali ini menghampiri Abella.
"Gue?" tanyanya sambil menunjuk dadanya. "Jadian sama siapa?"
"Jadian sama Dian." ulang Abella. "Marah lho dia nanti gak lo akuin."
***
Ameera bolos jam pelajaran pertama. Terlalu malas melihat Dian yang sepanjang waktu senyum-senyum sendiri seolah sedang menebar bunga ke penjuru kelas. Melepas sepatu kemudian melangkah masuk ke tempat tersunyi di SMA Bumi Nusantara. Tempat dengan belasan rak berisi buku setinggi 2 meter berjajar.
Perpustakaan.
Setelah menuliskan namanya di buku daftar pengunjung Ameera lantas melangkah menelusuri rak-rak buku. Memilih duduk di antara rak buku setelah mengambil salah satu buku dari jajaran buku fiksi secara acak tanpa melihat judulnya.
Membuka halaman buku. Hanya beberapa detik ia membacanya, karena detik berikutnya ia menangis tanpa suara. Air mata berjatuhan di atas lembaran kertas. Bahunya bergetar ditengah isakannya yang tertahan.
Sakit sekali hatinya.
Satu tahun menjalani cinta diam-diam tanpa pernah berani mendekat. Kemudian setelah dekat dengan susah payah dan juga karena bantuan seseorang, ia dijatuhkan begitu saja dari ketinggian. Ameera sudah berharap banyak berkat kebersamaannya yang lebih sering. Dulu Ameera bahkan tidak pernah berani bermimpi bisa berbicara dengan Fajar. Melihat Fajar pun ia selalu sembunyi.
Ameera sudah sangat berharap dan percaya diri bahwa Fajar juga memiliki perasaan untuknya. Saat ia bersama Fajar dan ia menjadi bintang tamu youtubenya. Saat Fajar mengantarnya pulang. Saat Fajar mengajaknya ke rumahnya mengenalkan dirinya pada Eka. Saat Fajar selalu berlomba dengan Theo siapa yang lebih dulu mendatanginya. Saat Fajar memujinya cantik sama seperti Kak Chiara yang kecantikannya terkenal itu.
Manusia memang hanya bisa berharap dan berusaha. Tapi, untuk hasil semuanya terserah pada yang di atas.
Ameera merasa semuanya sia-sia.
Kalau pada akhirnya Fajar tetap jadian dengan Dian, kenapa ia harus susah-susah berjuang?
"Bego!" umpatnya pada diri sendiri.
"Seharusnya lo nyerah dari awal." Ameera menyeka air matanya.
"Lo bego Ra." Lirihnya sambil menutupi wajah dengan kedua tangan. Menangis dalam diam di keheningan perpustakaan.
"Ra?" panggilan itu bersamaan dengan munculnya sepasang kaki berkaos kaki putih di hadapannya.
Ameera menghapus air matanya dan mendongak.
Lagi-lagi Theo yang muncul disaat ia bersedih.
Cowok itu duduk bersila di hadapannya lalu memberikan sapu tangannya pada Ameera. "Hapus air mata lo."
"Kayaknya gue harus nyerah sekarang." Ujar Ameera namun malah membuat ia menangis lagi.
"Seharusnya gue dari awal gak buang-buang waktu suka sama dia." Lanjut Ameera.
"Maaf." Entah karena alasan apa Theo meminta maaf. Ameera tidak mengerti.
Ameera menunggu Theo menjelaskan kenapa dia meminta maaf. Namun yang didengarnya lagi-lagi kata maaf.
Minta maaf untuk apa?
Hal yang paling membingungkan adalah saat orang lain meminta maaf tanpa kita tahu alasannya.
***
vote+comen wajib geng
Nah lho, kenapa Theo minta maaf?
ig: iiistazkiati
Sampai jumpa hari senin
010319
Flower flo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top