19. Mantan
Gak pernah bosen-bosen buat mengingatkan supaya meninggalkan vote dan komentarnya, gratis kok wkwk ;)
"Dia pernah jadi pacar gue pas SMP."
***
Ameera merengut tak suka melihat Theo datang ke kelasnya tapi tak menghampirinya melainkan menghampiri Dian. Tanpa sadar Ameera meremas botol air mineral yang masih berisi 1/10 nya itu hingga tak berbentuk. Duta yang duduk di atas meja sambil bermain game meringis takut. Diam-diam ia merangsek berpindah tempat ke kursi Andini yang ditinggal pemiliknya ke kantin, kursi yang berada di bangku tepat di depan bangku Ameera.
"Balik lagi ke sini!" perintah Ameera tegas sambi menunjuk mejanya.
Duta yang baru saja merasa aman kembali lagi merasa takut. Duduk dengan Ameera yang marah-marah seharian lebih menegangkan dari pada berada di tengah medan perang. Duta tidak yakin satu detik ke depan apakah nyawanya masih ada ada tidak.
Walaupun begitu Duta menurut. Meskipun tahu tempat duduknya saat ini seperti di tengah ranjau. Harus hati-hati kalau tidak mau dirinya celaka.
Setangkai mawar tiba-tiba saja tersodor tepat di depan wajahnya. Ameera terpana untuk beberapa saat sebelum mendongak dan mendapati cowok yang selalu membuat debaran jantungnya berdebar 100 kali lebih cepat.
"Tadi pagi gue nganter mama beli bunga. Gue lihat bunga ini mirip sama lo makanya gue beli."
Ameera mengulum senyum sambil jemarinya mengambil bunga itu dari Fajar. Dari mana Fajar belajar gombalan seperti itu. Tuh kan, jantungnya berdebar tak karuan lagi. Dekat dengan Fajar selalu tak baik untuk kesehatannya. Lama-lama jika Fajar bersikap seperti ini Ameera akan terkena diabetes.
"Besok shooting buat youtube gue lagi ya." Ucap Fajar.
Ameera mengangguk cepat. "Dimana?"
"Di rumah gue lagi." jawab Fajar.
"Sekarang lo buat konten tentang apa?" tanya Ameera dengan senyum yang tak bisa di sembunyikan.
Fajar menjelaskan tentang konsep konten yang direncanakannya. Ameera sesekali mengangguk-anggguk senang, sesekali memberikan tanggapan dan memberi saran yang Fajar setujui. Mereka berdua berbicara seolah Duta tidak ada diantara mereka berdua. Ameera kelihatan idiot sekali sekarang karena senyumnya tak berhenti mengembang. Padahal sebelumnya marah-marah tak jelas bahkan sampai meremukan botol minuman dengan ganasnya.
Di tempatnya Duta geleng-geleng kepala. "Macan emang selalu luluh sama pawangnya." Gumamnya pelan tanpa Ameera maupun Fajar dengar.
Tak sengaja Duta mendongak dan mendapati Theo tengah menatap ke arah Ameera dan Fajar. Tatapan Theo tampak kosong. Di samping Theo, Dian berbicara nyerocos yang entah Theo dengar atau tidak.
Sekarang Duta yakin. Yakin sekali.
Duta tersenyum jahil begitu Theo menyadari sedari tadi ia memergokinya menatap Ameera.
Theo balas tersenyum kemudian meletakan telunjuk di depan bibirnya.
***
Beberapa hari ini Theo tidak pernah absen datang ke kelasnya setiap jam istirahat. Tapi, cowok itu tidak menghampiri Ameera seperti biasa. Tidak ada lagi keributan Theo dan Fajar yang berebut untuk bertemu dengannya. Tidak ada lagi keributan di pintu kelas karena tubuh Theo dan Fajar nyangkut di sana.
Ameera menghela napas.
Tiba-tiba ia teringat pada apa yang Duta katakan padanya beberapa hari lalu.
"Dian nembak Theo."
Apa karena alasan itu Theo jadi sedikit berbeda. Ya Tuhan, kenapa Ameera tiba-tiba jadi galau begini hanya karena melihat Theo bersama Dian.
Bukankah hal itu bagus karena ia tidak perlu meladeni dua cowok lagi.
Ok, fokus sama Fajar. Batinnya.
Namun, lagi-lagi perhatiannya teralihkan pada Theo yang duduk di meja dengan Dian di bawahnya tertawa-tawa. Entah membicarakan hal apa.
"Ra...Ameera."
Panggilan itu seketika menyadarkan Ameera pada dunianya yang sebenarnya. Dunianya yang penuh dengan Fajar.
"Iya." Ameera tersenyum pada Fajar yang ternyata sudah duduk di hadapannya entah sejak kapan.
Ameera merasa ada sesuatu dalam tubuhnya yang korslet sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa Fajar datang dan Duta menghilang dari sampingnya.
"Gue mau ngasih tahu kalau netizen nyuruh gue sama lo buat QnA." Ujar Fajar. "Lo mau gak?"
"QnA?" gumam Ameera lagi-lagi mencuri pandang pada Theo dan Dian yang baru saja keluar kelas bersama.
"Kalau lo gak mau gapapa juga sih?" Fajar menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Pandangan Ameera mengekor pada Dian dan Theo yang melangkah bersama keluar kelas. Tidak mendengar sama sekali apa yang Fajar katakan.
"Ra...Ameera..." entah sudah berapa kali Ameera tidak fokus sampai-sampai Fajar harus memanggilnya lagi dan lagi.
Ameera mengerjap. "Iya apa?"
"Lo kenapa sih gak fokus banget dari tadi?" tanya Fajar.
"Enggak kok." Tukas Ameera sambil tersenyum lebar.
"Dari tadi gue nunggu lo jawab tapi lo gak jawab-jawab."
"Sorry." Ameera nyengir. Sudahlah, lupakan Theo. Kenapa juga ia harus selalu terganggu dengan kedekatan Theo dan Dian.
"Gue laper kayaknya makanya gak fokus terus." Kilah Ameera.
"Lo laper?"
Ameera menangguk. Karena kebetulan juga Ameera belum sarapan karena takut kesiangan dan juga 2/3 waktu istirahat barusan ia habiskan untuk melamun sambil memelototi Theo dan Dian. Oke, Ameera, fokus ke Fajar.
Kenapa juga Theo harus memenuhi kepalanya sekarang sementara ada Fajar di depan matanya?
"Mau ke kantin? Gue temenin." Tawar Fajar.
"Rame gak?" tanya Ameera kikuk. Ia meringis.
Fajar tertawa. "Kenapa? Lo takut ngancurin kantin kalau bersentuhan sama orang?"
Ameera tersenyum namun lebih terlihat seperti sebuah ringisan.
Fajar memutar kepalanya 90 derajat menatat jam dinding kelas yang menggantung. "Kayanya jam segini udah lumayan sepi deh. Mau ke kantin bareng gue?"
Mereka berdua pun keluar kelas menuju kantin. Di jalan Ameera bertemu dengan Duta yang berjalan sambil menunduk menatap ponsel dengan sebelah tangan menjinjing keresek berisi banyak jajanan.
"Lo mau kemana?" tanya Duta.
"Kantin." Jawab Ameera.
"Tapi gue..." ucapan Duta menggantung sambil melihat sekeresek jajanan tersebut. "Yaudah lah gue makan sendiri aja."
"Maaf, gue gak tahu lo bertindak sebagai babu yang baik. Gue kira lo kemana."
"Sialan!" umpat Duta karena perhatiannya membelikan makanan untuk Ameera yang sejak tadi bertahan di kelas malah dibalas sebuah ejekan. Oke, babu?
"Duta perhatian banget yah sama lo." Fajar membuka percakapan setelah Duta berlalu dari hadapan mereka.
"Ada maunya dia." Ameera menoleh ke belakang pada Duta. "Gue yakin pulang sekolah dia pasti minta sesuatu sama gue."
"Emang suka gitu?"
Ameera mengangguk. "Kemarin aja, dia baik-baikin gue. Bantuin gue beresin tas sama lipat baju olahraga gue."
"Terus."
"Sorenya dia main ke rumah gue minta gue beliin dia es kepal."
"Es kepal doang?" Fajar tertawa.
"Sebaskom dia belinya."
Seketika tawa Fajar reda.
"Dia kalau mau makan besar larinya ke gue."
"Mmm Ra." Fajar menghentikan langkahnya. Membuat Ameera ikut-ikutan berhenti.
Ameera menunggu sampai Fajar yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu membuka mulutnya.
"Nanti sore gue mau tanding futsal sama SMA sebelah. Gue mau lo ikut."
***
Ameera memasukan ponselnya ke dalam tas setelah mengabari Ilham bahwa ia akan pulang sedikit terlambat. Ilham menanyakan apakah ia bersama Theo dan Ameera mengatakan bahwa ia bersama Fajar. Setelah itu Ilham membalas hati-hati.
Melalui pesan terakhir dari Ilham tersebut Ameera bisa menangkap kekhawatiran dari papanya. Semua ayah pasti khawatir saat anak gadisnya mengatakan bahwa ia akan pulang terlambat. Semua ayah pasti was-was saat tahu anak gadisnya pergi bersama laki-laki lain dan bukan dengannya.
Ilham juga pasti khawatir ia akan bersentuhan dengan orang lain dan menambah daftar manusia yang pernah Ameera pukul. Itu juga yang Ameera khawatirkan.
Oke, cinta memang aneh.
Bisa membuat orang pinter jadi bego mendadak.
Termasuk Ameera yang lagi-lagi mengiyakan permintaan Fajar.
"Udah kasih tahu papa kamu?" tanya Fajar yang duduk di balik kemudi. Menatapnya sekilas lalu kembali ke jalanan.
"Iya, dia bilang hati-hati. Takut gue hajar orang mungkin." Ameera tertawa namun malah terdengar garing sehingga detik berikutnya ia terdiam.
"Ra."
"Hm?"
"Kalau ada yang suka sama lo gimana?" tanya Fajar.
Mendadak Ameera serangan jantung.
Gak gitu juga sih.
Mendadak jantung Ameera berpacu sangat cepat. Matanya mengerjap dengan intensitas yang tak kalah cepat dengan debaran jantungnya.
"E...emang siapa?" tanya Ameera sambil menetralisir kegugupannya.
Apa Fajar sedang menyatakan perasaannya pada Ameera.
Fajar menggaruk tengkuknya sambil tertawa kecil. "Gue nanya aja sih."
"Oh." Tak mau terlihat seperti cewek lainnya Ameera berusaha terlihat santai mendengar hal itu. Walaupun sebenarnya ia gugup setengah mati.
"Udah nyampe." Ucap Fajar. Setelah dia memasukan mobilnya diantara mobil yang terparkir di parkiran SMA Budaya.
Ameera turun lebih dulu, berlari ke pinggiran bangunan menunggu Fajar keluar. Bersamaan dengan Fajar keluar dari mobilnya sebuah mobil berwarna putih yang sangat Ameera kenali parkir tepat di samping mobil Fajar.
Seorang cewek keluar dari sana. Cewek yang juga Ameera kenal. Ck, Dian lagi.
"Jar, yang lain udah pada dateng gak?" tanya cowok yang baru keluar dari mobil putihnya pada Fajar.
"Katanya udah pada di dalem Yo mereka." Jawab Fajar.
Theo menyadari kehadiran Ameera dan tersenyum. "Lo ke sini juga."
"Gue yang ajakin." Jawab Fajar.
Ameera hanya tersenyum.
Lapangan futsal SMA Budaya sudah ramai oleh supporter dari tim tuan rumah. Sementara tim Bumi Nusantara tak membawa satu pun supporter.
Ameera bergidik ngeri melihat begitu banyak orang di sana. Ia hendak mundur dan pulang daripada nanti membahayakan banyak orang. Namun seseorang menahan punggungnya menggunakan ujung sepatu.
"Takut?" tanyanya.
Ameera menoleh dan mendapati Theo berdiri di belakangnya.
"Duduk di bangku pemain aja sama Dian."
Nyatanya duduk di bangku pemain bersama dengan Dian yang bersikap sok akrab dengannya membuat Ameera sebal. Sepanjang pertandingan Ameera harus menulikan diri supaya tidak mendengar teriakan Dian.
Fajar mendekat, "Ada air?"
Ameera cepat-cepat mengeluarkan botol minum dari tasnya. Namun Dian sudah lebih dulu memberikan miliknya pada Fajar.
Fajar meneguk air itu seperempatnya dan menyiramkannya pada kepala. Lalu menggeleng-geleng membuat air bercampur keringat terciprat kemana-mana.
Dian memekik. "Wajib banget yah nyiram kepala pake air setiap kali main?" tanya Dian sinis.
Fajar hanya terkekeh lalu kembali ke tengah lapangan.
"Lo udah kenal lama sama Fajar?" tanya Ameera penuh selidik.
Dian tersenyum. Namun melihatnya membuat Ameera mual sehingga ia mengarahkan tatapannya ke lapangan sambil mendengar jawaban Dian.
"Dia pernah jadi pacar gue pas SMP."
Deg.
Berarti Dian mantan pacarnya Fajar? Hell.
"Gue sama Fajar putus pas masuk SMA. Itu juga karena keegoisan gue. Gue milih fokus sama pelajaran dan atletik. Jujur butuh waktu buat gue move on sama dia, dan gue rasa dia juga butuh waktu yang sama buat move on dari gue. Mungkin sampai saat ini dia belum move on, tapi gak tahu juga sih" Dian menoleh dan tertawa sambil menggaruk tengkuk. "Maaf gue cerita hal ini sama lo."
Selanjutnya Dian kembali bersorak untuk Theo di lapangan sementara Ameera masih bertahan di posisinya. Terdiam menatap kosong pada Dian yang duduk di sampingnya.
Ameera bukan cewek dungu yang tidak menyadari bahwa Dian sengaja menceritakan hal itu padanya. Motifnya sudah jelas untuk menghancurkan perasaannya pada Fajar.
Dan entah kenapa bukannya marah Ameera malah merasa kasihan pada Dian.
Kenapa orang ini harus bertindak begitu jauh padanya seperti ini? Kenapa dia tidak langsung mengatakan saja apa yang membuat Dian tidak suka padanya. Dengan begitu Ameera akan melawannya balik dengan alasan yang sama kuatnya juga.
***
Nah lho...
Dian mantannya Fajar?
Nantikan update selanjutnya di Hari Jumat yaa guysss
200219
Flower Flo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top