15. Gue Suka Fajar

Ketemu lagi di hari jumat yg panas ini

Gimana kabarnya? baik?


Jangan lupa vote sama komen yaa


***

Tuk tuk tuk

Ketukan tiga kali di kaca jendela kelas yang berada tepat di samping tempat duduk Ameera membuatnya mengalihkan perhatian sejenak dari Bu Nelia. Theo nyengir, si pelaku yang mengetuk kaca nyengir sambil menunjuk ke pintu kelas. Meminta Ameera untuk keluar sejenak.

Ameera belum merespon. Ia melihat Bu Nelia yang sedang menulis di papan tulis memunggunginya. Lalu kembali pada Theo.

"Ada apa?" tanya Ameera hanya berupa gerakan bibir.

"Keluar dulu aja." balas Theo sama menggunakan gerakan bibir sambil telunjuknya menunjuk ke pintu.

Ameera kembali menatap pada Bu Nelia dengan bingung. Lalu kembali lagi pada Theo. Melihat wajah cowok itu yang sepertinya sangat membutuhkannya. Ia sendiri bertanya-tanya. Hal darurat seperti apakah yang mengharuskan Theo menyuruhnya keluar kelas di jam pelajaran saat ini.

Kelas begitu hening. Hanya suara-suara kecil gesekan antara bolpen beradu dengan kertas dan sesekali gerakan kursi yang dimajukan.

"Nanti aja." ujar Ameera.

Theo berdecak. Menunjuk pintu sedikit lebih tegas.

Sedetik kemudian gumpalan kertas sebesar kelereng jatuh di bukunya. Ameera melihat sekeliling dan mendapati Duta tengah menatapnya keheranan.

"Theo di luar." ucap Ameera sebelum sempat Duta bertanya.

Duta tampak menghela napas. Menatap sekilas pada Bu Nelia yang sedang menulis soal matematika nomor 3. Duta kembali pada Ameera dan mengangguk. "Keluar aja dulu, siapa tahu penting banget."

Setelah Duta menyarankan seperti itu Ameera pun berpamitan keluar kelas pada Bu Nelia. Di depan kelas Theo sudah menunggunya. Tersenyum lebar begitu melihat Ameera keluar kelas.

Theo lantas mengeluarkan sapu tangan kotak-kotak hitam dari saku celananya. Seperti biasa merentangkan kedua ujungnya. Ujung satunya ia pegang dan satunya lagi ia serahkan pada Ameera.

Ameera menatap Theo bingung. "Mau ngapain?"

"Ikut gue sebentar." Theo menggedikan dagunya pada ujung sapu tangan yang lain.

Sejenak Ameera menoleh ke dalam kelas. "Gue lagi ada guru."

"Gue tahu." Theo lagi-lagi menggedikan dagunya pada ujung sapu tangan. "Sebentar aja."

Ameera menyerah. Meraih ujung sapu tangan dan mengikuti kemana Theo membawanya. Namun, begitu langkah Theo berhenti di sebuah tempat seketika saja Ameera keheranan.

"Kantin?"

Theo nyengir. Sampai-sampai membuat matanya membentuk garis lurus. "Gue laper."

"Lo..." Ameera kehabisan kata-kata. Melepaskan pegangannya pada ujung sapu tangan. "Lo nyuruh gue keluar karena ini?"

Dengan polos. Seolah tak tahu bahwa dirinya baru saja membuat kesalahan Theo mengangguk. "Tadi gue kesiangan jadi gak sempet sarapan."

"Yo, gue lagi ada guru."

"Gue tahu." Theo melangkah menuju salah satu bangku dan meneriakan pesanannya pada mang-mang penjual mie ayam. "Gue lihat kok tadi."

"Urusan yang kata lo penting sampai nyuruh gue keluar kelas itu ini? Nemenin lo makan? Bikin gue bolos mata pelajaran?"

"Ini penting buat gue."

"Gue gak ada waktu buat masuk di acara yang gak penting lo ini." Ameera hendak melangkah pergi. Namun terhalang karena Theo buru-buru bangkit dari duduknya dan menghalangi Ameera.

"Kemarin ngapain aja di rumah Fajar?" tanya Theo tiba-tiba.

Ameera mengernyit.

"Kalian ngapain aja? Fajar bilang selesainya jam 9 malem."

Ameera memutar bola mata. "Minggir! Gue harus ke kelas."

"Fajar bilang apa aja sama lo?"

"Yo, gue gak ada waktu buat bicarain ini. Gue bukan elo yang suka bolos jam pelajaran."

"Kalau Fajar nembak lo, lo bakal terima?"

Pertanyaan Theo semakin membuat Ameera bingung. Kenapa cowok ini bersikap lebih-lebih menyebalkan saat ini. Kenapa juga Theo harus bertanya kalau dia sendiri sudah tahu jawabannya. Theo sendiri tahu seperti apa perasaan Ameera untuk Fajar.

"Ya. Gue bakalan terima."

***

Dian sedang mengerjakan soal nomor 1 sewaktu Ameera masuk ke dalam kelas. Tersenyum tipis pada Bu Nelia kemudian berjalan menuju bangkunya. Ameera menghela napas. Berusaha mengenyahkan rasa kesalnya terhadap Theo. Orang itu suka bertingkah seenaknya. Mengangap semua orang sama. Menganggap bahwa apa yang dia rasa benar dan tak masalah sama juga dirasakan orang lain.

Duta melirik sejenak pada Bu Nelia yang sedang memainkan ponsel selagi menunggu Dian menyelesaikan soal. Dirasa aman, Duta pun melompat dan duduk di samping Ameera.

"Kenapa?" bisiknya.

Ameera menarik buku Duta dan menyalin soal yang belum ia tulis karena buru-buru keluar kelas karena Theo.

"Habis dari mana sama Theo?" tanya Duta kepo.

"Kantin." Jawab Ameera singkat. Sebisa mungkin membuat suaranya seperti biasa.

"Ngapain?"

"Gak ngapa-ngapain."

"Masa gak ngapa-ngapain?"

"Emang gak ngapa-ngapain. Begitu nyampe kantin gue langsung balik lagi." Jawab Ameera jujur.

"Dia gak bilang sesuatu apa gitu?" Duta belum menyerah menginterogasi Ameera.

Ameera menatap Duta dengan kesal. "Emang kenapa sih?"

Bibir Duta mengerucut. Lalu diam.

Hal itu Ameera manfaatkan untuk melanjutkan menulis soal yang tertinggal. Theo bersikap aneh, Duta juga sama. Kenapa dengan dua cowok ini?

"Ra." Ujar Duta terdengar ragu.

Ameera hanya berdehem tanpa menatap Duta sama sekali.

"Theo bilang sesuatu gak soal Dian?"

Saat itu juga tangan Ameera yang sedang menari di atas buku terhenti.Menatap Duta penuh tanda tanya. "Dian?"

Duta mengangguk mantap. Wajahnya terlihat serius. Sesekali Duta melirik Dian yang baru kembali ke bangkunya setelah menyelesaikan jawaban nomor 1 di papan tulis.

Ameera menunggu, menunggu sampai Duta membuka mulutnya kembali dan menjelaskan kenapa tiba-tiba dia membahas tentang Dian.

"Jadi, tadi gue pinjem HP nya Dian diam-diam buat minta hotspot."

Ameera geleng-geleng kepala. Ternyata bangsat hostpot yang selama ini dicari-cari duduk di sampingnya. Pantas saja kuota Ameera selalu tiba-tiba hilang padahal hanya ia gunakan untuk buka whatsapp dan instagram. Duta pelakunya.

Lupakan tentang pencuri hotspot. Ameera penasaran kenapa Duta membahas ia meminjam HP Dian.

"Lo sendiri tahu kan gue orangnya kurang ajar."

Ameera mengangguk malas. "Baru nyadar?"

Duta mencebik. Tapi lantas ia melanjutkan apa yang sudah terlanjur dia mulai. "Gue baca chat Dian sama Theo."

Ameera semakin penasaran.

"Dian nembak Theo."

Mata Ameera membelalak. Dalam kondisi seperti itu ia menoleh pada Dian yang kedapatan sedang mengeluarkan ponselnya dari kolong meja seperti sedang mengecek sesuatu.

"Tapi, Theo bilang. Dia mau mempertimbangkan sesuatu dulu sebelum nerima Dian."

Sekaget apapun Ameera saat ini, ia mencoba untuk terlihat tidak peduli. "Urusannya sama gue apa? Kalaupun mereka jadian juga gak ada hubungannya sama gue."

"Tapi Ra,..."

"Dut, gue suka sama Fajar."

***

halohaa

Ya ampun, Dian nembak Fajar?

Support terus cerita ini yaa


080219

Flower Flo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top