23. TITIK BALIK

Ditaman dekat asrama laki-laki dimana ia sering bertemu dengan Rasyid sekarang menjadi mulai memanas setelah Rara menyeret paksa Jo ke tempat tersebut. Keadaan tempat itu memang tidak berubah,  masih ada kenangan yang terlukis. Malam ini bintang tidak memenuhi ruang kosong di langit,  hanya ada beberapa bintang yang masih setia menerangi malam yang sunyi ini.  Rara sekarang berdiri berhadapan dengan Jo. Wajahnya yang mulai letih, enggan menatap orang didepannya. Jo dibuat bingung dengan sikap Rara.

"Are you okay Ra?"

"Lo jangan deketin Rasyid lagi" kata Rara dengan nada tinggi.

Jo diam. "Kenapa? Dia udah berani deketin lo" bentak Jo.

Jo melangkah maju dan menggenggam tangan Rara erat. "Ra, I don't like him. Gue nggak suka dia deket-deket sama lo. Karena lo milik gue"

Rara menghempaskan kasar tangan Jo dan menatapnya geram. Ia memutar kedua bola matanya heran, kenapa Jo masih mempertahankan hubungan yang sudah jelas tidak dapat disambung kembali. Menurut Rara semua yang Jo lakukan untuk menarik perhatiannya sama sekali tidak berpengaruh kepadanya.

"Milik lo? Sejak kapan? KITA UDAH PUTUS! Jadi lo bukan siapa-siapa gue lagi dan lo nggak berhak ngatur hidup gue Jo". Rara meninggikan suaranya berharap Jo bisa mendengar setiap kata yang terucap dari bibir merah mudanya, tanpa harus mengulangi atau menekankan satu per satu kata lagi.

Jo terkejut mendengar perkataan yang keluar dari mulut gadisnya. Secara Rara yang ia kenal jarang sekali membentakknyan, jarang sejali memarahinya. Tapi akhir-akhir ini Rara selalu memarahi bahkan membentak Jo, seperti memberi jarak yang nyata antara keduanya. Ia tidak percaya Rara lebih membela Rasyid daripada dirinya.

"Don't joke honey" kata Jo lirih.

"Joke?! I don't joke Jo and don't call me honey, please. I don't like this" bentak Rara.

Jo ragu sekarang dengan perasaan Rara terhadapnya. Ia mengangkat dagu Rara dan menatapnya lekat. Mata mereka beradu, Rara tidak kuat menatap Jo,  kemudian membuang muka agar tidak menatap pria bule yang berada didepannya. Ia tau pasti ada luka dihati pria bule yang pernah menjadi kekasihnya,  yang mengisi setiap relung hatinya.

"Ra, I really really love you. Dan gue ingin lo nikah sama gue" tawar Jo sekali lagi,  penuh dengan keyakinan.

Rara gemetar, ini bukan pertama kalinya Jo melamarnya. Tapi rasanya masih sesak menerima kenyataan ini. Rara mundur beberapa langkah dan mulai mengatur perasaannya.

"Jo gue harus bilang berapa kali, kalo gue belum bisa"

"Why? Karena Rasyid?"

Rara menggeleng. "Bukan, ini keputusan gue Jo. Lo nggak denger penjelasan gue waktu awal lo ngelamar gue? Kita beda Jo. Kita beda agama dan islam melarang pernikahan beda agama. Satu hal lagi Jo, pernikahan bukanlah hal yang sepele. Gue nggak suka"

Jo geram dengan pernyataan Rara. Agama, agama selalu agama. Bahkan Jo berpikir bahwa agama itu ada didunia ini untuk mengekang hidup seseorang.

"Agama lo itu selalu ngekang orang"

"Enggak Jo, bukan mengekang tapi memperbaiki"

Jo berkacak pinggang dan menaikkan satu alisnya.

"Memperbaiki? Lo nggak mikir lihat penampilan lo sekarang, nggak cantik. Mana Rara yang dulu huh?"

Nada Jo meninggi karena amarah mulai tidak bisa dibendung.

"Rara yang dulu udah hilang dan diganti Rara yang lebih baik. Gue nggak mau masuk kelubang yang sama lagi Jo. Gue nggak mau kenal dengan alkohol, balapan liar, dan clubbing. Gue nggak mau Jo" Rara menggelengkan kepalanya.

Ia berdiri tegap menghadap Jo dan menatapnya lekat.
"Gue pake jilbab karena itu kewajiban gue sebagai seorang muslimah dan sebagai bakti gue sama Allah"

Rara meyakinkan kembali Jo sekali lagi agar dia berada dijalan yang benar. Dilihatnya Jo dengan wajah yang memerah karena jawabannya yang menusuk sampai ke ulu hati.

"Terserah lo mau bilang apa! Yang penting lo harus nikah sama gue! Nggak ada yang boleh milikin lo selain gue" paksa Jo.

Rara tidak kuat lagi menghadapi Jo yang selalu memaksakan kehendak. Ingin sekali ia menampar Jo dan menyumbal mulutnya. Tapi, ia tidak bisa. Islam mengajarkan untuk selalu sabar menghadapi segala ujian, termasuk orang yang keras kepala seperti Jo.

"Cinta itu tidak memaksa Jo. Kalo lo emang cinta sama gue, lo pasti ngerti maksud gue. Masalahnya lo cinta sama gue karena nafsu sesaat dan gue nggak suka itu" Rara mengehembuskan napas berat.

"Jangan nambah masalah lagi Jo. Tadi gue ketemu sama ayah gue dan rasanya masih sakit. Sakit Jo. Jadi gue mohon lo, jangan ganggu gue lagi. Gue makasih banget lo dateng jauh-jauh buat gue. Tapi inget Jo, lo masa lalu gue dan sekarang lo hanya temen gue nggak lebih"

Rara menanggis sejadi-jadinya. Rasa sakit yang ia tahan sekarang keluar. Masalah dengan ayahnya ditambah lagi masalah dengan Jo. Memang hidup sulit untuk ditebak, terkadang baik dan buruk.

"Kalo gitu gue harus gimana? Lo nggak bisa giniin gue. Gue janji nggak bakalan buat lo sedih lagi" Jo memegang bahu Rara lembut.

"Lo masih inget kenapa lo ninggalin gue? Lo masih inget lo lebih milih cewe itu daripada gue?"

Jo mengangguk pelan mengakui kesalahannya yang lalu.

"Sekarang yang harus lo lakukan adalah temukan jati diri lo. Gue pingin lo bisa mencintai gue karena Allah bukan karena nafsu. Jadi masa lalu itu nggak akan terulang kembali" Rara menghapus air matanya.

Jo menatap lekat Rara dan memeluknya. Ia sadar gadisnya sudah menolaknya, tapi ia yakin masih ada ruang untuk Jo walau sedikit.

"Gue akan cari jati diri gue, Ra" membisikkan ketelinga seraya mempererat pelukannya.

⏪⏩

Pukul 01.15,  udara masih dingin, suara jangkrik yang menghiasi kesunyian malam serta rembulan yang masih terang benderang menyinari permukaan bumi yang gelap. Rara bangun dari tidurnya dan memakai jilbab yang ia gantung. Ia mengambil mukena untuk shalat Tahajjud. Ini salah satu kesempatan Rara bercerita keluh kesahnya didunia yang fana ini. Langkah kakinya berhenti didepan masjid yang sering ia tempati untuk beribadah. Ia mulai mengambil air wudhu dan membasuh tubuhnya.

Ia mulai shalat Tahajjud. Setelah shalat ia berdzikir dan meminta doa kepada Allah yang maha kuasa.

"Ya Allah ya Rahman. Kenapa engkau memberikan cobaan yang sangat berat bagi hambamu ini? Apakah ini salah satu caramu ya Allah untuk menunjukkan betapa cintanya Engkau kepada ku? Ya Rab, bantu hambamu ini menyelesaiakan masalah yang sedang hamba hadapi mulai dari Jo sampai ayah, bantu hambamu ya Allah. Semoga dengan ujian ini membuat hambmu lebih dekat dengan Engkau dan tetap istiqomah menjalani semua perintahmu"

Rara mengusap pelan wajahnya yang basah karena air mata yang mulai turun. Bibirnya kelu setelah mengucapkan doa yang ia pinta. Ia harus berpikir positif akan semua kejadian yang ia alami. Ia mencopot mukena yang membalut tubuhnya selama melaksankan ibadah, dilipatnya dan membawanya kekamar. Di luar masjid, ia mencari sandalnya yang tertutup oleh gelapnya malam. Ia berjalan membungkuk memeriksa satu persatu tiap sudut masjid untuk mencari sandalnya.

"Kamu cari ini?" Kata orang yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

Mata Rara membulat, senyumnya mengembang manis melihat benda yang dibawa oleh orang itu. Rara berdiri tegap dan mengambil sandalnya yang langsung ia pakai.

"Makasih". Rara mendongakkan kepalanya.

Wajah orang itu sangat familiar baginya. Bibirnya kaku seketika. Air muka Rara langsung berubah kikuk melihat orang yang tengah berdiri didepannya.

"Makasih Rasyid" kata Rara kikuk.

Pemuda itu tersenyum manis, kemudian meninggalkan Rara yang masih berdiri kaku ditempatnya. Pikirannya kalang kabut, ingin sekali ia menyapa dan tersenyum kepada Rasyid, tapi setelah kejadian semalam ia benar-benar takut, bahkan malu setengah mati jika bertemu pemuda yang wajahnya sudah babak belur. Tanpa menunggu jawaban dari otaknya yang agak lemot, ia segera menggerakkan kakinya menjauhi masjid.

Rasyid menengok kearah tempat ia bertemu dengan Rara, dilihatnya kini gadis berjilbab itu berjalan menjauhinya, tepatnya menjauhi masjid. Ada rasa rindu yang meluap-luap dihati Rasyid saat bertemu dengan gadis itu. Bibirnya tersenyum getir menatap kepergian Rara, kemudian ia melangkahkan kakinya masuk kedalam masjid, untuk beribadah kepada sang pencipta.

⏪⏩

Kegiatan pondok selama seharian dilakukan dengan senang hati, tidak dengan Rara. Perasaannya tidak baik hari ini, sepangjang hari ia memilih diam dan berdzikir pada Allah. Ia muak dengan para santriwati yang membicarakannya. Tapi, ia harus bagaimana? Jika ia terus meladeni celotehan tidak penting, yang ada Rara akan stress berat. Intinya biarkan mereka berkomentar tentang Rara, yang terpenting adalah buktikan pada mereka pada apa yang mereka bicarakan salah.

Semua santriwati dan santri duduk di lantai masjid yang putih bersih mendengarkan ceramah dari pak kyai. Mereka mendengarkan ceramah dan juga menunggu datangnya buka puasa.

"Assalamu'alaikum. Saya disini akan menjelaskan tentang sifat Rasulullah dengan akhlak mulia Rasulullah. Ada beberapa akhlak Rasulullah yang akan saya sampaikan. Pertama, rasulullah selalu sabar. Hidup ini seperti roda yang berputar. Sewaktu-waktu di bawah, lain waktu diatas. Terkadang senang, terkadang juga susah. Oleh karena itu, kuncinya adalah sabar. Allah berfirman : "hai, orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." Q.s Al-Baqarah ayat 153. Rasulullah Saw bersabda: "ketahuilah olehmu! Bahwasannya datangnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran" HR. Tirmidzi.

Yang kedua, menjadi pribadi yang pemaaf. Namanya manusia terkadang bisa lepas kendali. Oleh karena itu, meminta maaf sangat penting dilakukan. Dan yang tidak kalah penting adalah memberi maaf kepada orang yang minta maaf kepada kita. Memaafkan termasuk salah satu akhlak mulia dan cerminan dari hati yang tulus. Jadilah pemaaf, karena memaafkan perbuatan dan akhlak mulia.

Yang ketiga, yang tidak kalah penting adalah berbakti kepada orang tua. Tentunya kita semua sudah paham, kenapa kita harus berbakti kepada orang tua. Dengan perantara kedua orang tualah kita ada didunia ini. Ibuyang melahirkan dan membesarkan kita. Ayah yang mencari nafkah agar kita dapat bertahan hidup. Mereka tidak pantang menyerah agar kita bisa menjadi manusia yang berguna. Allah Swt berfirman: "sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan, berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, dan tetangga yang jauh,dan teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri" Q.s An-Nissa' ayat 36. Birrul walidain atau berbuat baik kepada orang tua merupakan hak kedua orang tua yang harus dilaksanakan oleh anak. Jadi, hak kedua orang tua harus kita penuhi dan hal itu merupakan kewajiban kita sebagai anak.

Demikianlah sebagian akhlak mulia yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sekian dari saya. Assalamu'alaikum"

Pak kyai turun dari mimbar. Para santri dan santriwati membuka Qur'an dan mulai melantunkan ayat suci Al-Qur'an.

Hatinya terusik sekali lagi, setelah mendengar ceramah dari pak kyai. Mau bagaimanapun yang namanya orang tua tetap menjadi orang tua. Tidak ada yang namanya mantan orang tua. Dengan berat hati dan ia harus menyampingkan egonya untuk memaafkan ayahnya.

⏪⏩

Assalamu'alaikum ketemu lagi :). Gimana part ini? Pesannya udah nyampe belum? Maaf kalo masih ada typo dan alurnya mulai nggak jelas. Namanya juga belajar.

Ceramahnya pak kyai aku ambil dari buku yang judulnya "Gue Cinta Rasul" dari Rahem Insan Nurrohiem. Bukunya bagus banget, kalo bisa kalian juga baca bukunya kak Rahem ini ya.

Sekian dan terima kasih....

Mutiara

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top