18. JOSHUA REYNALDHI (He's Come Back)

Seorang pemuda berdiri didepan gerbang pondok dengan tersenyum tipis. Ia menggendong tas ranselnya yang berat dan merapikan baju yang mulai kusut.

I come here for you dear.

Pemuda itu berjalan memasuki pondok. Ia tidak peduli dengan celotehan dan tatapan tajam dari beberapa santri. Tujuannya hanya satu mencari kekasih hatinya yang hilang.

⏪⏩

Sudah 3 minggu Rara merubah dirinya. Walau belum sepenuhnya bisa berubah, Rara tetap mensyukurinya. Ia tidak melakukan kebiasaannya, salah satunya mengikuti Rasyid.

Rara keluar dari masjid, sekarang ia mengenakan sandalnya.

"Hello honey, do you miss me?" Kata pemuda itu dengan senyumnya yang menawan.

Rara kenal dengan suara berat itu. Ia mendongak kearah suara. Matanya melotot dan bibirnya membentuk huruf O. Segera ia menundukkan pandangannya dan beristigfar kepada Allah.

Segera pemuda itu mendekat dan memeluk Rara hangat. Rara terkejut setengah mati. Harum pemuda itu sampai tercium di hidung Rara, mengembalikan kenangan masa lalu yang hilang. Rara tersadar, ia mendorong pemuda itu menjauhinya.

Dia Joshua Reynaldhi, mantan kekasih Rara di Amerika. Mungkin ini juga salah satu alasan kenapa Rara ingin pindah ke Indonesia.

"What are you doing in here, Jo?"selidik Rara.

"Because I want to meet you dear. I really really miss you. Do you miss me?" Goda Jo.

"I've already said we do not have any relationship. Now you go from here" kata Rara sambil menunjuk ke arah gerbang.

Jo mendengus. Senyum yang mengembang sekarang pudar diganti dengan tatapan tajam. Ia mendekat dan memegang tangan Rara dan mengelus lembut punggung tangan Rara. Segera Rara menarik tangannya dan mundur beberapa langkah. Jo dibuat bingung dengan tingkah Rara, ia tidak biasanya seperti ini.

"that's why I came here. I want to improve our relations. so marry me, Ra" kata Jo penuh keyakinan.

Rara merasa mendapat sebuah mutiara yang besar, namun sulit untuk diterima. Bingung. Kikuk. Ini tidak masuk akal. Jantungnya berdebar lebih kencang dari sebelumnya, orang yang dulu meninggalkannya sekarang datang untuk melamarnya. Rara bahkan tidak tau harus menjawab apa pertanyaan Jo.

"You are crazy!" Teriak Rara. "I realized if we are of different religions and you know in my religion it is not allowed" jawab Rara lembut.

Jo berasa ditusuk oleh Samurai. Ia tidak menyangka gadis yang ia kira masih mencintainya kini menolaknya mentah-mentah dan alasannya karena agama. Jo semakin geram dengan pernyataan Rara.

"Gue nggak habis pikir, kenapa agama selalu mengekang tindakan seseorang. It's not fair. Dunia akan damai tanpa agama"

"Itu pemikiran yang kolot Jo. Bukan agama yang menyebabkan peperangan, tapi manusia sendiri yang menyebabkannya. Jangan salahkan agama, tapi salahkan orangnya"

Jo bungkam. Ini pertama kalinya ia melihat gadisnya mengatakan hal yang membuatnya berpikir tentang agama. Dulu dia tidak membahas tentang agama, bahkan tidak pernah sama sekali. Ini memang perubahan yang besar. Senyum mengembang di pipi pemuda itu.

"Gue seneng lo berubah, Ra" Jo tersenyum tulus pada Rara. "Oh ya I meet your daddy, he is very charismatic and very kind. Lo nggak kangen sama daddy lo?"

"NGGAK! Buat apa gue ngangenin orang yang bahkan nggak peduli sama gue. Dia udah mati bagi gue"

"Hey don't say it. Lo akan nyesel" Jo tersenyum pada Rara dan memegang pundak gadisnya.

Jantungnya kembali berdebar oleh senyuman yang dulu sempat hilang dari pandangannya. Rara tersenyum miris sebagai balasannya.

"Dia siapa kak?"

Terdengar suara. Keduanya spontan menengok kesumber suara. Fatimah dan Dinda sedang berdiri menatap Jo.

"He is Joshua Reynaldhi my friend from USA" Rara mempernalkan Jo ke kedua temannya.

"Hey I'm Joshua Reynaldhi. Lo bisa panggil gue Jo. What your name?" Jo mengulurkan tangannya.

"Saya Annisa Fatimah". "Saya Adinda Yustika".

Keduanya menelangkupkan tangannya. Jo merasa uluran tangannya tidak dianggap segera ia menarik kembali dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jadi kamu bisa bahasa Indonesia?" Tanya Dinda polos.

"Yes, I can. But sorry gue nggak lancar"

Senyum Rara merekah dengan indah. Ia mengajak Jo untuk bertemu dengan pak Kyai. Tanpa basa basi Jo maju dan menggandeng tangan Rara erat. Rara meronta, namun apalah daya cengkeraman tangan pemuda itu sangat kuat. Ia hanya bisa pasrah dan meminta ampunan pada Allah karena ia tidak bisa menghindari tangan besar yang menggenggamnya. Fatimah dan Dinda sesekali memisahkan tautan tangan Jo dan Rara, namun hasilnya nihil.

Ia berharap tidak bertemu Rasyid. Jika bertemu dengan ia pasti kacau semuanya.

Sesampainya didepan ruangan. Segera Rara melepaskan tangannya. Namun, Jo menarik kembali tangan Rara dan menautkan tangan Rara ketangannya. Amarah Rara tidak bisa dibendung lagi.

Plak

"Lepasin gue" bentak Rara.

Jo kaku seketika. Ditatapnya Rara yang wajahnya sudah tertekuk. Walau sakit akibat tamparan Rara yang super kuat, ia tidak melepaskan genggaman tangannya malah ia berjalan memasukki ruangan dengan menggandeng Rara bahagia.

I never let you go, Ra.

⏪⏩

Rasyid duduk berhadapan dengan pak Kyai. Mereka membahas kegiatan untuk bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan tinggal dihitung dengan jari. Rasyid memijat pelan keningnya dan menghiraukan perkataan pak Kyai. Pak Kyai kebingungan dengan sikap santrinya ini.

"Kamu sehat Rasyid?"

"Eh, saya sehat pak kyai. Maaf saya tidak mendengarkan pak Kyai"

Rasyid menghela napas panjang dan memberikan senyuman tulus ke pak Kyai. Dilihatnya wajah santrinya yang sedang kelelahan dengan masalahnya.

"Kamu sedang ada masalah? Masalah dengan Rara sudah beres belum?"

Rasyid menggeleng. Ia tidak memiliki keberanian setelah mengatakan hal-hal yang menyakiti hati Rara. Akhir-akhir ini pun Rasyid tidak bisa menemuinya. Rara tidak ada ditaman, tidak ada didepannya bahkan disampingnya. Tapi Rara masih ada diingatannya.

"Segera selesaikan masalah mu dengan Rara. Allah tidak menyukai hambanya marahan selama 3 hari. Perbaiki hubunganmu dengan Rara, jangan pernah menyesal jika Rara tidak bisa memaafkanmu"

Kata-kata pak Kyai menyemangatinya. Ada rasa yang mulai tumbuh di hati Rasyid. Ya mungkin ini hal yang harus Rasyid lakukan, ia tidak ingin senyum itu hilang, ia tidak ingin tawa dan canda gadis itu hilang, kecerobohan dan perbuatan nekad Rara untuk menemuinya, ia tidak ingin semua itu hilang, karena amarah sesaatnya.

Mantapkan hati hambamu ini Ya Rab.

"Jo please lepasin gue"

"I don't want"

"Argh! You are not my mahram dan ini dosa Jo. Lepasin" Rara meronta.

Tanpa sadar mereka sudah memasukki ruangan. Didapatinya Rasyid dan pak kyai sudah ada didalam. Rasyid menatapnya sesaat kemudian menundukkan kepala, bukan untuk menghindari kontak mata dengan Rara. Tapi untuk memastikan apa yang ia lihat benar atau tidak.

Mereka berpegangan tangan. Apa maksudnya ya Allah?

Spontan Rara menarik tangannya yang digenggam Jo. Ia melangkah maju ke arah pak Kyai dan berdiri tepat disamping Rasyid. Rara tidak karuan, ingin rasanya ia menyapa Rasyid, tersenyum dan tertawa dengan pemuda pujaannya. Tapi apalah daya kejadian kemarin membuat dadanya sesak dan belum bisa menerima Rasyid kembali ke dalam hidupnya.

"Pak kyai dia teman saya dari Amerika namanya Jo" Rara memperkenalkan Jo.

Jo melangkah maju dan mengulurkan tangannya. "My name is Joshua Reynaldhi. You can call me Jo, sir. And I Rara boyfriend. So she is my girl" kata Jo dengan senyum tampannya dan menatap Rara tulus.

Jo menarik Rara kesampingnya dan memegang bahu Rara lembut. Sontak semua yang ada diruangan terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa, tak terkecuali Rasyid. Jantungnya berdebar kencang. Ada amarah yang meletup ketika Rara disentuh pria lain.

"Lepas" bentak Rara.

Jo melepaskan Rara. Pak kyai hanya menggelengkan kepalanya.

"Jangan menyentuh seseorang yang bukan mahrammu Jo. Rara bukan mahramu" Kata Pak Kyai. "Sekarang kenapa kamu ingin kemari?"

Jo berdiri tegap. "I want to find a religion. Karena sikap dan perilaku Rara berubah after find a religion and I want it"

Senyum mengembang dipipi Rara juga semua orang yang ada diruangan.

"Baiklah jika itu kemauanmu. Rasyid antar dia ke Asrama laki-laki. Dia teman kamarmu" perintah pak Kyai.

"Iya pak kyai. Follow me" kata Rasyid sambil berdiri dan menunjukkan arahnya.

Jo berbalik dan menggandeng Rara. Pak kyai berdiri dan memisahkan mereka.

"Why? She is my girlfriend"

Rara melotot setelah mendengar perkataan itu dari Jo. Pak kyai menggelengkan kepalanya lagi dan menjelaskan pada Jo aturan pondok yang harus ia patuhi. Jo mengangguk paham.

"It's okay" ia mengacungkan jempolnya. "Gue ke kamar dulu. Don't miss me honey" mengusap kepala Rara sayang.

Rara mendengus kasar dan menatap tajam Jo yang sudah lari terbirit-birit. Rasyid tidak bisa melakukan apa-apa selain melihat kejadian yang tidak enak dipandang mata. Untuk apa dia marah kepada Jo, Rasyid selalu mengatakan kepada dirinya kamu siapanya Rara berani mengekangnya untuk bertemu dengan laki-laki lain. Ia memasrahkan semuanya kepada yang Maha kuasa.

"Assalamu'alaikum" pamit Rasyid.

"Waalaikumsalam warahmatullah" jawab semuanya.

⏪⏩

Maaf kalo akhir-akhir ini ceritanya panjang. Lagi semangat. Kritik dan sarannya ya:).

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top