Bonus Chapter 2- Aldo

"Lihat si Bodoh itu membuat gue tertawa terus melihat ulahnya yang menyedihkan itu."

Lagi, lagi, dan lagi. Kenapa harus aku? Kenapa aku harus terjebak di sini? Apa sebegitu tidak berarti harga diriku? Mengapa sangat menyedihkan? Kenapa di antara semua orang, kenapa aku yang dibeginikan?

Mereka berempat menertawaiku seolah aku adalah badut bodoh di kerajaan yang mereka berempat pimpin. Guru-guru pun begitu, sama saja. Karena ulah mereka berempat, guru-guru itu juga tak memandangku. Ralat, mereka memandangku tapi sebagai sampah.

Lihatlah topeng mereka semua. Sungguh hidup yang miris. Topengnya terlalu tebal. Tak ada yang menyadari betapa busuknya mereka semua. Mereka yang terlibat ... sangat menyedihkan. Lebih parah lagi Eka, dia berteman dengan mereka berdua tapi ... di sini dia diinjak-injak dan dianggap sampah. Kenapa dia masih bisa tertawa dengan dua orang sok pintar itu?

Aku sangat ingin menghabisi mereka satu-persatu. Mengiris setiap daging yang mereka miliki dan membuangnya di kandang singa. Terutama dia. Dia ... Krisna. Aku sangat ingin membunuh orang itu.

"Lihatlah wajah lo sudah kayak orang bego." Aku menoleh mendengar suara tak asing itu. Misa. Mau apa dia? Mau menjahiliku lagi?

"Apa mau lo?" tanyaku nyolot. Aku tak bisa baik-baik lagi dengan mereka berempat. Mereka itu makhluk yang harus dibasmi secepatnya tanpa sisa.

"Wah santai dong. Gue mau nawari loh kerja sama yang bakal lo gak bisa nolak karena gue tahu apa yang ada di benak lo. Gue yakin lo bakal tertarik," ucapnya dengan nada liciknya.

Yah, dia memang sangat berbahaya. Sangat tajam lidahnya, dan dia seperti ular berbisa yang bisa menggigit siapa saja, termasuk temannya. Aku sangat mengenal satu persatu dari mereka hingga rasanya ingin mati saja. Aku sangat iri dengan David yang tidak terjebak terlalu jauh dengan Black Shadow dan segera mengakhirinya. Tidak seperti aku yang terperangkap jauh.

"Apa maksud lo?" tanyaku.

"Ayo habisi para petinggi Black Shadow. Gue bakal bantu lo." Misa tersenyum licik, senyumnya sangat menakutkan. Aku tidak tahu dengan pemikiran gilanya. Dia memang ular berbisa. Bagaimana bisa dia berniat menghancurkan para petinggi sedangkan dia salah satunya. Namun kenapa aku sangat tertarik dengan tawarannya.

"Dengan cara?"

"Kita jebak mereka dengan kode BS. So easy? Gue akan berpura-pura jadi korban dan semua akan terasa nyata. Kita hancurkan mereka. Lo bisa habisi Krisna hingga mampus kalo lo mau. Karena tujuan gue adalah ngehabisi Ema."

"Kenapa?" tanyaku penasaran. Aku tahu jawabannya tapi aku ingin memastikannya.

"Karena Matthew. Lo tahu kan. Kapan kita mulai? Karena gue tahu lo setuju."

***

"Siapa di situ?" Suaranya bergetar dan bergema memenuhi lorong. Kami berdua mengikuti si Penakut Sok Berani itu tepat di belakangnya. Krisna ini giliranmu.

Dia pasti ingin berbalik dan kabur tapi dia ragu. Dia terlalu bodoh. Ini adalah akhir dari hidupnya yang belum dia sadari atau sudah dia rasakan. Egonya untuk berbalik terlalu tinggi dan itulah kebodohannya.

Apa saat ini dia sedang menebak-nebak siapa pelaku semua ini? Apa dia penasaran siapa pelaku berantai ini? Aku, ya aku. Aldo yang selalu ingin kauhancurkan, pasti dia setengah tidak mempercayai ini.

Sejak terror yang kulakukan pada Ema, beberapa guru bahkan sudah berantisipasi. Mereka takut jika mereka juga adalah korban. Jujur, aku ingin juga menghancurkan guru-guru sialan itu. Guru apanya? Mereka itu hanya sampah masyarakat. Apa mereka patut dikatakan guru? Ketika hasil kerja keras siswanya dihadiahi nilai jelek karena keinginan anggota inti Black Shadow. Apakah mereka patut dihormati? Ketika soal ujian beradar di kalangan anggota Black Shadow dan murid yang serius menjadi kalah karena pertandingan tidak sprotif ini.

Aku sangat ingin mengahncurkan mereka. Namun ... Misa menolaknya. Dia tak ingin para polisi itu berlama-lama di sekolah karena dia takut busuknya tercium. Aku pun setuju dengannya. Mungkin di lain waktu bisa kulakukan hal itu. Aku masih berada di sekolah ini setahun lagi.

Krisna berdiri tepat di depan ruang band. Tangannya memegang kenop pintu tapi jelas jika tangannya bergetar dan takut. Wah, berani juga dia masuk ternyata. Dia memang siap untuk mati di tanganku.

"Lihat dia masuk," bisik Misa pelan.

"Apa ada orang?" tanyanya lagi-lagi dengan suara bergetar.

Jika saja dia membawa satu teman untuk menemaninya malam ini, pasti nyawanya bisa selamat sampai besok karena aku hanya ingin membunuhnya saja dan bukan orang lain itu. Sayangnya, dia memilih sendiri untuk diakhiri hari ini.

"Akh." Terdengar suara jeritan dari sana. Suaranya. Ada apa? Aku dan Misa berpandangan bingung dan kami mempercepat langkah kami ke ruang band.

Tampaknya lelaki cemen ini ketakutan karena cermin di hadapannya yang menampilkan wajahnya sendiri. Aku memberi Misa aba-aba untuk bersembunyi karena ini adalah giliranku muncul di hadapannya.

Aku berdiri tepat di belakangnya dengan tongkat besi yang kuangkat tinggi. Dia menyadari kehadiranku dari cermin di hadapannya. Itu bagus.

"AH-"

Brakk. Kuhantam kepalanya dengan tongkat besi di tanganku. Dia tersungkur tapi dia masih tersadar. Lihatlah, dia merangkak-rangkak ke sana-sini. Mencari kaca mata? Kuinjak kaca matanya yang berada di dekatku.

"Kamu mau kabur? Kamu mau kabur dari hukuman ini?" tanyaku. Kuhantam lagi kepalanya dengan tongkat besiku. Kesadarannya hilang.

"Wah lo menyeramkan sekaligus ngesok formal sekali ya. Salut gue. Ayo buruan diangkut sebelum sadar dan berontak. Permainannya baru dimulai kan?" tanya Misa yang sudah berada di belakangku persis.

Kamu benar Misa. Permainan sekaligus nerakanya baru saja dimulai.

Misa segera menyiapkan tali yang di langit-langit. Aku sibuk mengangkat tubuh Krisna yang meskipun kelihatan kurus tapi cukup berat juga untuk diangkut. Misa mambantuku mengikat kedua tangan Krisna hingga menggantung. Terakhir, meletakkan tali di lehernya. Ini belum saatnya mati.

Dia harus menderita hingga akhir. Meskipun dia tidak mampu tapi dia tidak dapat melakukan apapun karena itu yang dia lakukan padaku.

Tak berselang lama, kesadarannya kembali. Padahal tadi Misa memberi ide untuk memukulinya hingga terbangun bahkan sampai mati, katanya sadis. Wah, rekanku ini memang tak salah. Meski aku membencinya tapi aku cukup mengacungi jempol.

"Well, artis kita sudah bangun." Misa bertepuk tangan seolah ada pemandangan indah di hadapannya.

Kalian ingin tahu reaksi Krisna melihatku sekaligus Misa? Sangat jelek. Dia terbelalak melihat temannya berduaan dengan orang yang dianggapnya pengecut, parahnya berniat membunuh dia saat ini. Reaksi yang sama saat Misa akan menghabisi Ema.

Aku masih ingat kata-kata Misa waktu dia akan menghabisi Ema. "Meski lo bakal membenci gue seumur hidup lo. Lo gak akan pernah mampu melaporkan gue. Karena lo juga gak bakal lagi bisa duduk di singgasana lo. Dan seumur hidup lo, lo bakal terus melihat gue yang selalu ingin membunuh lo."

Wah mengingat hal itu, aku kembali terkaget-kaget dengan sosok Misa yang memang aneh sekali.

"K-kalian?!" ucap Krisna kaget. Dia memandang kami yang berada di bawahnya dengan kesal. Dia menggerak-gerakkan tangannya yang terikat, namun nihil. Seharusnya tal-tali itu terlepas dari tangannya. Agar tali di tengah itu bisa segera mencekik lehernya.

"Shut up. Dan kita mulai pemainannya. Gue sudah mulai ngantuk. Do, lo harus ngejelasin aturan mainnya." Misa sangat kejam memang padahal Krisna baru saja berkaget-kaget ria denganm kehadiran kami. Tapi aku suka gayanya.

"Lo gak bodoh kan? Lo pasti tahu truth or dare. Anggap aja, permaian hadiah sebelum kematian menjemput lo. Aturan mainnya gampang, kita bertiga akan bermain batu-gunting-kertas, jika lo yang menang. Kita akan membiarkan lo bertanya sebuah pertanyaan, anggaplah dapet truth dari kita. Tapi, jika lo kalah, satu ikatan tali akan terlepas dari tangan lo, dan anggaplah ini sebuah dare. Dan kalau dua ikatan di tangan lo lepas, you know. Akan ada tiga kali kesempatan kok, jadi manfaatkan. Ah iya, aku hamper lupa. Tangan lo kan lagi terikat, jadi lo bisa meneriakkan pilihan lo dan gue bakal kasih tahu pilihan gue. So easy."

Permainan ini sudah kami berdua pikirkan. Setidaknya, ada satu kesempatan untuknya bisa tahu sesuatu sebelum malaikat maut memanggilnya.

"Pembodohan," ejeknya.

"Lo nolak permainan ini? Ya udah potong aja talinya, Do." Lagi-lagi Misa yang berbicara. Sangat mengintimidasi dan sok naif.

"Gunting," ucap Krisna kemudian. Dasar manusia menjijikkan. Ah apa masih pantas disebut manusia?

"Kertas. Jadi pertanyaan lo?" Kali ini aku yang berujar. Aku sangat penasaran dengan apa yang akan ditanyakannya.

"Seberapa besar dendam lo ke gue?"

Aku diam sejenak. Pertanyaannya. Wah, tampaknya dia tobat di detik-detik terakhir hidupnya. Namun, aku tak akan pernah mengampuninya. Sampai dia mati.

"Lo gak akan bisa membayangkannya betapa besarnya itu. Bahkan gue nggak puas jika lo Cuma masuk neraka dan disiksa sampai menjerit-jerit. Gue bener-bener ingin lo sangat-sangat hancur dan menderita. Gue pengen lo gak akan mampu mati meskipun lo mau. Gue sangat benci elo. Lo yang urus sisanya, Mis."

Hatiku sangat sakit jika mengingat penderitaan dan hancurnya harga diriku Cuma karena lelaki satu ini. Cuma karena perkataannya. Hidupku benar-benar hancur karena dia. Tampaknya Misa tahu jika aku sudah sangat ingin melihat Krisna menderita. Tanpa bertanya pilihan guting-batu-kertas, Misa langsung menyabet satu tali di tangan Krisna dan membuatnya ketakutan serta berteriak-teriak. Aku tersenyum bahagia saat melihatnya sangat ketakutan akan menghadapi kematiannya.

"Say goodbye, Kris," ucap Misa dan menyabet satu tali di tangan Krisna.

Kami berdua menatap kesakitannya Krisna ketika tali dilehernya mengencang dan siap membunuhnya. Seolah-olah aku dapat melihat malaikat maut datang menjemput Krisna saat ini. Ini balasanku atas semua kekejaman dia.

Tapi kenapa tiba-tiba aku merasa tidak bahagia?

********************************************************************************

Yeay, akhirnya tamat. Woah. Aku gak tahu harus bilang apa. Tapi aku seneng buat yang masih setia baca cerita ini meskipun lama banget updetnya. terutama HunyutheHamster27 juga rimbaeka yang udah ngikutin ceritaku dari awal. Thank you banget ya.

Makasih juga buat kak just-anny yang udah kasih ngereview cerita ini dari part awal-awal itu. Dan aku jadi tahu banget betapa banyaknya plothole yang kutebar di sini.

Yah intinya tengkiu banget buat para readers yang bikin cerita ini naik rank sampai 18. Makasih-makasih banyak deh pokoknya. Semoga ke depannya aku bisa nulis semakin baik lagi. Aku niatnya bikin sequel cerita ini karena banyak shipper Mona x Matt ya? Tapi aku gak bisa janji, soalnya aku keseringan kasih janji palsu /dor/ ya tapi aku mau nulis ulang cerita The Story About Seventeen soalnya data lamanya hilang.

By the way, aku lupa nama panjang Aldo soalnya datanya juga ilang. Bahkan aku lupa tanggal lahir semua tokohku. So sad.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top