Your Side

Kakinya menginjak genangan merah berbau amis. Kedua tangan kecilnya, menggenggam erat pisau yang penuh dengan warna merah.

Wajahnya, bajunya, rambutnya, dipenuhi warna merah dan bau tidak sedap.

Ia ... dikelilingi 5 mayat yang bentuknya sudah tak beraturan.

Ada yang sudah tidak berkepala, ada yang sudah dikuliti, bola mata yang hilang, organ dalam yang keluar dari perut seperti usus 12 jari, dan potongan jari tangan yang menyebar dimana-mana.

Tapi, masih ada satu orang lagi.

Orang itu bersandar dinding. Wajah yang memucat, air mata yang terus mengalir di pipinya, tangan dan bibirnya bergetar.

Kakinya lemas, ia tak mampu melawan gadis dengan pisau di tangannya seorang diri.

"H-Hei..."

Dengan bibir yang bergetar, ia bersuara. Memanggil gadis yang berada di hadapannya dengan kepala yang menunduk.

"K-Kau, t-tidak akan membunuhku 'k-kan?"

Yang ditanya terdiam, tak memperdulikan pertanyaan yang baru saja ditujukan untuknya.

Ia menggenggam erat pisau tersebut. Bahunya bergetar, seringai lebar muncul di wajahnya.

Gadis itu semakin takut. Jantungnya semakin bertalu-talu. Tubuhnya terus bergerak mundur ke belakang, namun tidak bisa. Ia sudah terperangkap.

Kedua tangannya mengangkat pisau tersebut tinggi-tinggi, membuat pupil si gadis mengecil. Benda tajam itu pun menancap ke kepala gadis yang berbicara padanya.

"Mati!"

Ia mencabut pisau tersebut, lalu menancapkannya lagi, begitu seterusnya.

Tertawa bahagia, ia terus melakukan hal itu tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"Mati! Mati! MATI!"

Berteriak kesetanan dan tertawa lepas, suaranya juga menggema di ruangan gelap dan pengap itu. Hanya ada dia, dan sekumpulan mayat yang sudah tak berbentuk.

"AHAHAHAHA!"

Setelah itu, ia melepaskan pisaunya. Mengangkat dagu gadis itu, ia lihat wajahnya yang sudah tak beraturan. Begitupula kepalanya yang sudah membentuk lubang besar yang tidak diperkirakan berapa diameternya.

Kedua bola mata yang sudah keluar dari tempatnya, menggantung di wajah gadis itu. Warna merah gelap pun mendominasi wajahnya.

Ia menempelkan pisau yang penuh dengan darah itu ke pipi gadis di depannya.

Sama. Warna pada pisau tersebut dengan warna pada pipi gadis itu sama.

"Hei~ Bagaimana kalau aku rubah sedikit wajahmu~?"

Gadis yang wajahnya sudah tak berbentuk itu hanya diam. Tidak menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya. Membuat gadis berambut [h/c] itu menggeram kesal.

"KAU DENGAR AKU TIDAK?!"

Setelah berteriak seperti itu, ia menusuk pipi gadis yang di depannya dengan pisau sampai menembus pipi kirinya.

Ia mencabut pisau tersebut, lalu menusukkannya lagi, begitu seterusnya. Sampai membuat tulang-tulang pipi dan gigi gadis yang sudah mati itu terlihat sangat jelas--walaupun tertutup darahnya.

Napasnya terengah-engah, tangannya bergetar, kakinya lemas. Ia lelah.

Akan tetapi, ia masih belum puas dengan mayat yang sudah tak berbentuk itu. Ia ingin menghunuskan pisaunya lagi. Entah di bagian dada atau perut. Ia ingin ... mayat itu benar-benar habis tanpa bentuk apapun.

Dengan tangan yang bergetar, ia mengangkat pisaunya tinggi-tinggi--ingin memutuskan leher mayat tersebut.

Ia ayunkan pisau tersebut dengan cepat menuju leher mayat itu. Akan tetapi--

"[Name], hentikan."

--seseorang berbicara di belakangnya dan sebuah lengan melingkar di perutnya. Ia tersentak.

Tangan itu ... mengambil pisau yang di pegang gadis yang sedang dipeluknya.

"Ini berlebihan."

Bisikan pelan tertangkap oleh pendengaran gadis itu. Ia terdiam dan menunduk--menatap genangan merah yang dipijakinya.

Kakinya yang tidak memakai alas apapun, merasakan betapa dinginnya darah orang-orang yang dibunuhnya.

"Tapi aku suka!"

Gadis itu--kau--berkata sambil memberontak--berusaha untuk lepas dari pelukan lelaki yang berada di belakang.

"Lihat lihat! Dia mau kujadikan boneka nanti!"

Kau menunjuk mayat yang ditusuk dengan pisau di kepala yang berada di hadapanmu. Tatapan lelaki itu menyendu, lalu menghela napas pelan.

"Kita pulang ya. Kau harus mandi."

"TIDAK MAU! AKU MAU DISINI!"

Kau kembali memberontak. Kali ini, tanganmu pun ikut bergerak. Kau memukuli lelaki yang berada di belakangmu dengan kepalan tangan.

Lelaki itu terlihat lelah. Ia bahkan tidak tau harus berbuat apa?

Membalikkan tubuhmu--membuatmu berhadapan dengan dirinya. Kau tersentak, melihat lelaki dengan rambut merah yang berada di hadapan.

Ia memegang kedua tanganmu--tidak membiarkanmu kabur.

Kau ingin melepaskan genggaman si lelaki, namun tidak bisa. Kekuatan kalian sangat berbeda.

Bibir lelaki itu menyentuh bibirmu--membuatmu tersentak.

Kau benar-benar tidak bisa menggerakkan seluruh anggota tubuhmu. Bahkan, saat berciuman dengannya pun kau tak bisa membalasnya.

Ia dengan leluasa menjelajahi rongga mulutmu dengan lidahnya.

Kau ingin melepaskan genggaman tangannya, namun tetap saja tidak bisa. Mendesah pelan, karena dia semakin kasar melakukannya.

Seakan mengerti kode, ia pun menghentikkan ciuman itu lalu menatap lurus pada matamu.

"Kita pulang ya?"

Kau menjawab pertanyaan tersebut dengan anggukan pelan. Ia melepaskan genggamannya lalu mengelus rambutmu.

Tak peduli dengan darah dan bau amis yang menempel, tangannya tetap berada di rambutmu. Ia tersenyum, lalu berjongkok--menunjukkan punggung lebarnya padamu.

Kau pun segera naik ke punggungnya. Setelah itu, kau pun di gendong olehnya. Kedua tanganmu berada di atas bahunya dan kau cengkram erat-erat.

"Ne ... "

Kau memanggilnya dengan suara yang pelan. Ia yang tetap berjalan dengan kau yang berada di punggungnya menoleh sebentar lalu bertanya,

"Apa?"

Tanganmu kini melingkar di lehernya dan kepalamu di letakkan di atas bahunya. Kau menatapnya sambil tersenyum lebar.

"Carikan aku boneka!"

Mengerti dengan apa yang kau maksudkan, ia mengangguk mengiyakan permintaanmu.

"Baiklah. Kau mau yang seperti apa?"

"Yang seperti gadis itu! Aku suka bentuknya!"

Gadis yang dimaksud adalah perempuan yang kau bunuh secara sadis tadi.

Lelaki itu terkejut dengan permintaanmu, lalu menghela napas.

"Tidak mungkin 'kan ada yang menjual boneka seperti itu?"

"Tapi aku mau yang seperti dia!"

Kau tetap bersikeras untuk mendapatkan boneka dengan rupa yang sama seperti gadis tadi.

Jika dipikir-pikir, mau mencari sampai ke luar negeri pun, tidak ada orang yang akan menjual boneka dengan rupa yang mengerikan seperti itu.

Ia terdiam sejenak, berpikir-pikir dimanakah ia bisa mendapatkan boneka seperti itu?

Dan, suatu tempat terlintas secara tiba-tiba di kepalanya. Ia tersenyum tipis.

"Oke. Besok kita cari ya."

Ada perasaan bahagia di dalam hatimu. Kau terlonjak senang, membuat kau hampir terjatuh dari gendongan lelaki yang berada di depanmu. Untung saja ia memegangimu.

Kau menaruh kepala di punggungnya lalu berucap,

"Aku mencintaimu ... "

Mendengar perkataan yang kau ucapkan, ia memejamkan mata sejenak lalu menjawab,

"Aku juga."

×××

Kau dan lelaki berambut merah ruby itu duduk berdua di meja makan. Kalian duduk berseberangan dan berpegangan tangan.

Satu tanganmu yang sibuk dengan garpu dan pancake yang berada di hadapan, sedangkan lelaki itu sibuk dengan tab yang menampilkan berita harian disana.

Pandanganmu tak beralih pada televisi yang menampilkan film kesukaanmu. Tangan yang masih memegang garpu, memotong pancake lalu menusuknya dan memasukkannya ke dalam mulut.

Tiba-tiba saja film kesukaanmu berganti ke sebuah berita yang disiarkan secara langsung. Garpu yang tadinya kau gunakan untuk memasukkan pancake ke dalam mulut, kau tempelkan pada bibirmu.

Manikmu membulat. Yang kau lihat dari balik layar kaca itu ... sebuah rumah kecil yang kau gunakan untuk membunuh orang-orang yang kau benci dan itu terjadi tadi malam.

Kau mengeratkan genggamanmu pada tangan lelaki itu lalu memanggil pelan namanya.

"Karma ..."

Yang dipanggil mengadah--karena ia sedang membaca berita tadi--lalu menoleh ke arahmu dan menatapmu dengan tatapan bertanya.

Kau menatapnya dengan perasaan khawatir. Menggigit bibir bawah, lalu mengalihkan pandangan pada televisi. Lelaki itu--Karma pun mengikuti arah pandanganmu.

Pada bagian bawah layar kaca tersebut bertuliskan 'Pembunuhan keji' pada bagian judul dan '6 mayat ditemukan sudah membusuk dengan keadaan yang memperihatinkan' pada bagian bawah--lebih tepatnya pada bagian sub judul.

"Aku lupa membereskannya..."

Kau berucap lagi dengan nada lirih. Rasa khawatir dan takut mengikat hatimu.

Apa ini ... rasanya saat takut dibunuh oleh seseorang?

Tidak, pasti rasanya berbeda. Dan yang pasti, rasa takut karena akan dibunuh pasti akan membuatmu menangis saking takutnya.

Kali ini, kau takut. Takut dan khawatir karena akan ada orang yang menemukan siapa yang terlibat dibalik pembunuhan itu.

Karena ... itu kali pertamanya, kau membunuh orang.

"Hei, bagaimana kalau kau hitung mundur dari angka 3 sampai 1?"

Kau menoleh padanya, menatapnya bingung. Untuk apa kau melakukan hal seperti itu?

"Hitung saja."

Ia berkata lagi dan menyuruhmu untuk menghitung mundur seperti apa yang ia perintahkan.

Kau menarik napas perlahan, lalu menghembuskannya ...

"Tiga ...

Dua ...

Satu ... "

BAM!

Suara ledakan yang cukup keras berasal dari televisi yang sedang menyiarkan berita. Kau terjengit kaget.

Rumah itu, meledak lalu hangus terbakar oleh api.

Beberapa orang yang sedang berada di tempat kejadian pun berhamburan menyelamatkan diri dan siarannya pun terganggu.

"Ka-Kami akan kembali setelah jeda berikut!"

Seorang wanita yang merupakan pembawa berita dari siaran tersebut berkata dengan gagap.

Disaat itu juga, berita itu pun berganti dengan iklan makanan.

Kau menatap Karma terkejut--seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ia bertopang pipi dan tersenyum tipis.

"Sudah baikan?"

Karma bertanya padamu. Tatapan hangatnya itu membuat hatimu yang tadinya diselubungi rasa khawatir, perlahan berubah menjadi lebih tenang.

Jantungmu tak lagi berpacu seperti tadi, sekarang sudah kembali berdetak seperti biasa.

Kau mengangguk dan tersenyum.

"Terima kasih."

Ia mengangguk lalu mengelus pipi halusmu. Kau hanya terdiam dan membiarkan tangannya yang berada di pipimu itu.

"Ah, soal boneka."

Karma berbicara tiba-tiba, membuatmu tersentak lalu menoleh ke arahnya.

"Aku tahu dimana kau bisa mendapatkannya."

Kau tersenyum lebar saking senangnya. Fakta mengenai bahwa kau menginginkan sebuah boneka dengan bentuk tidak wajar seperti itu tidak bisa dielak.

Kau suka. Kau sangat suka bentuk boneka yang seperti itu.

"Kau mau yang warna rambutnya biru atau hitam?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top