24. Dia Datang Lagi

"Apa yang akan kamu lakukan jika seseorang yang pernah melukai dan mengkhianatimu hadir kembali?"

~ Adinda Sekar Prastantri ~

~***~

Matahari sudah kembali ke peraduan ketika Sekar pulang ke rumah kontrakannya. Memang sangat terlambat hari ini untuknya pulang. Tidak biasanya, gadis ayu itu pulang selarut ini. Ada satu anak yang telah membuatnya harus pulang telat. Siapa lagi kalau bukan Rere. Gadis kecil itu merengek lagi pada Sekar untuk menemaninya nonton. Dan wajah memelas bocah kecil itu tidak bisa begitu saja Sekar abaikan. Akhirnya dia pun luluh dan menerima ajakan nonton Rere juga Bima.

Gadis ayu itu baru saja selesai salat isya' ketika mendengar suara pintu diketuk. Matanya menyipit. Dia sedikit terkejut. Siapa gerangan malam-malam begini bertamu ke rumahnya. Tidak biasanya ada tamu, mungkinkah Bima dan Rere kembali ke rumahnya lagi.

Sekar segera bangkit setelah melipat mukenanya. Dia bergegas menuju ke arah pintu karena suara ketukan semakin keras.

"Iya, seben...," Sekar memotong ucapannya setelah berhasil membuka pintu dan melihat siapa yang datang.

"Assalamualaikum," ucap seorang laki-laki yang berdiri tegap di hadapannya.

Sekar bergeming. Matanya tidak berkedip melihat objek di depannya. Bahkan ucapan salam tidak langsung dia jawab. Otaknya masih mencoba mencerna, apakah yang dilihatnya sekarang ini nyata atau tidak.

"Assalamualaikum, Dek,"  ucap laki-laki itu kembali.

"Wa'alaikumsalam. Mas Dimas?"  tanya Sekar lirih masih dengan ketidakpercayaanya. Dia benar-benar terkejut.

Antara mimpi atau nyata. Tapi jelas-jelas laki-laki yang di hadapannya sekarang ini adalah Dimas. Dimas Aditya yang telah mengkhianati rencana pernikahan mereka. Hatinya tiba-tiba terasa perih seperti disiram garam. Mungkin lukanya belum benar-benar sembuh dan mengering.

"Iya. Ini aku Dimas," balas Dimas.

Sekar mengamati laki-laki yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya tersebut. Keadaan Dimas sedikit lebih kacau dari terakhir mereka bertemu. Ketika saat Dimas duduk di depan penghulu untuk mengucapkan Ijab Qabul. Rambutnya terlihat lebih panjang. Tumbuh cambang dan kumis di area wajahnya. Mata yang sayu dihiasi dengan kantong hitam dibawahnya. Tubuhnya pun lebih kurus.

"Kok, Mas Dimas ada di sini?"  tanya Sekar penasaran sekaligus masih terkejut.

Wajah Sekar terlihat sekali terkejut dengan kedatangan Dimas ke rumah kontrakannya. Pasalnya, dia tidak pernah memberitahukan alamat rumah kontrakannya kepada siapapun kecuali ayah dan ibunya. Dan bagaimana bisa laki-laki yang sudah putus kontak dengannya hampir satu tahun lebih tiba-tiba bisa berdiri di hadapan Sekar saat ini. Ini aneh dan juga kejutan sekali untuknya.


"Maaf, tapi aku boleh masuk dulu?" pinta Dimas membuat Sekar sedikit tersentak.

Tapi bukannya Sekar mempersilakan Dimas masuk, dia malah menutup pintu.

"Maaf, Mas. Kita bicara di luar saja," ucap Sekar dengan wajah tegas sambil menyuruh Dimas untuk duduk di kursi kayu yang sudah tersedia di teras rumah kontrakannya.

Dimas hanya mengangguk kemudian duduk, lalu disusul Sekar. Mereka berdua duduk berhadapan hanya dipisahkan oleh sebuah meja kayu.

Suatu tindakan yang benar karena Sekar tidak mempersilakan Dimas untuk masuk ke dalam rumah kontrakannya. Dia punya banyak alasan, salah satunya adalah Sekar tidak ingin ada fitnah. Astagfirullah haladzim.

"Mas Dimas belum jawab pertanyaan Sekar. Bagaimana Mas bisa sampai di rumah kontrakan Sekar?"  tanya Sekar langsung.

Dimas menelisik wajah ayu Sekar. Ternyata hampir satu tahun tidak bertemu, membuat mantan calon istrinya dulu semakin cantik dan anggun. Bahkan aura kecantikannya semakin terpancar sekarang. Ada hasrat kerinduan yang diam-diam dia pendam selama ini.

"Mas...," panggil Sekar. Dia tidak bodoh ditatap seperti tadi. Sekar merasa risih.

"Oh... Iya, maaf," jawab Dimas sedikit kikuk.

Sekar diam. Dia merasakan atmosfer yang tidak enak di antara mereka berdua. Ada sesuatu yang mengusik kedamaian hatinya.

"Kalau Mas Dimas tidak ada keperluan lain, Sekar mohon diri," ucap Sekar jengah.

"Maaf. Tapi jangan pergi dulu."

Sekar mengamati Dimas. Laki-laki itu nampak bingung untuk memulai pembicaraan.

"Maaf, Mas.  Ini sudah malam dan Sekar tidak enak dengan tetangga."

Sekar bangkit tapi tangannya tiba-tiba dipegang oleh Dimas. Tentu saja dia kaget dan langsung menyentakkan tangan laki-laki yang telah melukai hatinya tersebut.

"Maaf," ucapnya refleks setelah tangannya disentakkan.

Sekar tidak bicara tapi Dimas tahu kalau gadis di hadapannya ini tidak suka dengan tindakannya. Dengan hanya melihat sikap Sekar saat ini dia bisa tahu kalau gadis itu belum bisa memaafkannya.

"Duduklah. Kita bicara," pinta Dimas halus.

Sekar menurut kemudian duduk. Tapi, dia lebih waspada. Entah kenapa napasnya tiba-tiba memburu. Jantungnya berdetak lebih cepat. Wajah Sekar berubah menjadi datar dan dingin.

"Aku datang ke Jakarta untuk mencari Kasih, sekaligus ingin bertemu dengan kamu, Dek."

Sekar menyipitkan matanya. Dia masih tidak ingin membalas perkataan Dimas.

"Aku tahu kamu masih marah. Aku datang ke sini untuk meminta maaf." Dimas menatap Sekar sungguh-sungguh.

"Aku tahu, kalau salah. Aku khilaf waktu itu, Dek." Wajah Dimas terlihat memelas.

Sekar langsung memberikan tatapan tajam. Namun, Dimas malah bangkit dan bersimpuh di depan Sekar.

"Kasih yang telah menjebak Mas. Dia yang menggoda Mas, hingga aku khilaf, Dek."

Sekar membuang muka. Dia tidak ingin melihat Dimas. Wajahnya berubah menjadi lebih dingin. Dadanya semakin sesak.

"Aku menyesal, Dek. Mas nyesel, Dek." Dimas memukul dadanya sendiri.

"Percuma, Mas. Semua sudah terjadi."

"Enggak, Dek. Aku ke sini untuk meminta maaf dan tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku janji akan berubah."

"Bukankah Mas ke Jakarta untuk mencari Mbak Kasih?" tanya Sekar menyipit.

"Benar. Karena Mbakyu-mu ingin kami berdua bercerai, sedangkan bapak dan ibu menyuruh aku untuk rujuk kembali."

"Lalu, bagaimana bisa Mas tahu tempat tinggal Sekar?" tanya Sekar jengah.

"Aku mendesak Ibu untuk memberi tahu di mana kamu tinggal."

Sekar berpikir tidak mungkin ibunya memberitahu Dimas walaupun dia tidak pernah berpesan untuk merahasiakan tempat tinggalnya pada siapapun.

"Awalnya ibu menolak, tapi aku meyakinkan bahwa mungkin kamu tahu keberadaan Kasih."

Astagfirullah haladzim

Sekar tak habis pikir Dimas bisa selicik itu. Memperalat dan membohongi ibunya, demi kepentingannya sendiri.

"Maaf, Mas. Sekar tidak bisa."

"Aku mohon, Dek."  Dimas memegang tangan Sekar tapi sekali lagi ditolak oleh sang empunya.

"Jangan sentuh Sekar. Kita bukan muhrim. Mas masih berstatus kakak ipar Sekar."

"Tapi, aku tidak bahagia dengan Kasih. Kami menikah karena Kasih sudah terlanjur mengandung."

Sekar geram, perkataan Dimas seolah laki-laki itu tidak pernah bersalah. Wajah gadis itu memerah. Dia sangat marah.

"Mas sadar dengan apa yang Mas katakan barusan. Apa Mas tahu berapa hati yang telah Mas lukai? Apa maksudnya dengan Mbak Kasih yang telah hamil duluan?" tanya Sekar tajam kemudian berdiri.

"Aku tahu, aku khilaf, Dek. Aku sadar kalau aku hanya mencintai kamu, Dek. Aku minta maaf." Dimas menunduk.

Mata Sekar langsung menatap tajam ke arah Dimas.

"Tidak akan ada asap jika tidak ada api Mas. Sekarang kamu bisa pergi dari sini dan jangan pernah datang lagi!" tegas Sekar.

Lalu dengan cepat Sekar meninggalkan Dimas dan mengunci pintu. Dari dalam Sekar masih bisa mendengar pintu diketuk. Dia juga mendengar kata maaf dan cinta keluar dari bibir Dimas.

Sekar beristiqfar berulang kali dalam hati. Dia memegang dadanya sendiri.

"Mas mencintai kamu, Dek. Mas akan pergi sekarang tapi aku akan kembali lagi."

Itu adalah kata terakhir yang bisa Sekar dengar, kemudian hening. Tubuhnya melorot di atas lantai. Air matanya meleleh kembali. Semudah itu kata cinta itu diucapkan oleh laki-laki yang telah mengkhianati cintanya sendiri. Sekar memegang dadanya sendiri. Rasa sakit dan sesak itu datang lagi.

Ya Allah, cobaan apa lagi ini?

**~~**
"Cinta akan hilang ketika pengkhianatan itu datang."
**~~**

Ps: yang mau nimpuk Dimas saya persilakan.

Terima kasih sudah menunggu dengan sabar cerita ini. Saya minta maaf karena update agak lama. Kondisi kesehatan saya tidak stabil akhir-akhir ini. Membuat mood nulis tidak ada.

Sejujurnya part ini sudah selesai sejak pertengahan bulan Juli tapi karena keburu sakit jadi baru bisa edit.

Vea Aprilia
Ta, 31 Juli 2017




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top