5. Tanya
Ini tidak seperti lagu Let it go yang kartun Disney, bertindak sesukanya tanpa tahu ketakutan berlebih dapat menyebabkan Masalah. Quizer bukan Elsa yang harus mengurung diri berlama-lama. Namun, kematian hanya berbeda satu tembok saja dengannya. Benarkah dia akan mati?
Kelebihannya benar-benar menyusahkan. Everything Will be ok, bohong, mana ada. Bahkan kali ini dia harus berhadapan kembali dengan Merah. Penjahat tingkat kakap yang membuat satu negara geger karena kemunculan mendadak. Benarkah? Tidak juga.
Pemerintah menutupi rapat-rapat tentang Merah. Kasus, pembunuhan. Semuanya, all of them. Tidak ada yang tersisa kecuali Quizer dan tempat dirinya tinggal. Mom and Dad pun turut jadi korban. Berulangkali Quizer menguatkan hatinya. Namun memangnya dia bisa? Jika dia menjawab ya, maka pertanyaan penegasaan 'benarkah?' akan kembali terngiang.
Quizer lalu melihat wajah datar Luxi. Benarkah laki-laki itu baik-baik saja? Dia lalu melempar pandang pada Luzie. "Are you okay, Quiz?"
"I'm fine. Tapi bagaimana kita bisa keluar dari sini? Bagaimana denganmu Luxi? Tidak ada jalan keluar."
Luxi lalu membalas, "Seriously? Kamu percaya kita tidak memiliki jalan keluar Quizer?"
"Yeah."
Benarkah wajah kusut itu? Luxi tidak percaya. He know Quizer so well. Laki-laki itu hanya kalut. Karena informasi audio yang terlalu banyak masuk melalu telinganya. Mengganggu otak dan membuat beku.
Yup, He know anything about Quizer. Jadi benarkah wajah kusut itu? Luxi geleng-geleng, dia menghampiri Quizer. Duduk berdampingan dengan Luzie di manta laki-laki itu.
Luzie tersenyum dengan paras manisnya. Dia membelai lembut pipi Quizer. Dia hapuskan pertanyaan 'benarkah' melalui sentuhan. "You will be fine."
Talk less, do more. Teringat ajaran ayahnya ketika dia masih kecil. Ayah tidak pernah banyak bicara, tetapi banyak bertindak. Tunggu! Benarkah cara itu bisa membantunya?
Quizer segera bangkit. Membuat Luxi sweatdrop dibuatnya. Dia bergegas ke lemari. Banyak kain di sana. Benarkah akan ada orang yang membalas pesannya?
"What are you doing?" tanya Luxi dan Luzie bersamaan.
Quizer memamerkan senyum. Dia tunjukkan dua buah bendera dengan warna merah-oranye. Luxi membeliak. Benarkah kain yang dipakai Pramuka itu dapat membantu mereka? Really?
"Do you know something? Siapa tahu Polisi membaca pesan kita, lalu mereka segera ke mari."
"Benarkah? How about ...."
"Maybe."
"Quizer, can i help you?" ujar Luzie dengan senyumnya.
Quizer menengok, seraya memberikan bendera itu pada Luxi. A smart boy with the book. Julukan yang dia berikan pada temannya. Benarkah? Kenapa harus julukan itu?
Luxi adalah books lover atau bookholic. Benarkah itu? Ya, Quizer ingat betul ketika pertama berkenalan pun dia sibuk membaca novel-novel bergenre misteri.
"Quizer! Police is here!"
Luzie tersenyum. Quizer turut begitu. Namun entah mengapa diliriknya Luzie memudar. Apa? Benarkah? Dia pasti hanya berhalusinasi. Yeah, all of him life is a dream.
Luzie tiba-tiba mundur. Menembus tembok. Mulut Quizer terbuka sepenuhnya. Nope. Nope. Apa yang dilihatnya hanyalah kepalsuan! Benarkah? Pikiran siapa yang dia bohongi?
"Quizer, look that! Mereka berlari ke sini. Merah tidak akan menangkap kita."
"No ... Luzie."
Luxi bungkam. Luzie again. Benarkah? Kenapa dia masih sempat-sempatnya Quizer memikirkan hantu atau imajenernya?
"Quizer, Luzie ... tidak pernah ada. Forget about her. Look at me. Aku sepupunya, dia sudah meninggal semenjak hari itu. Cukup, mengapa kamu harus membenturkan diri pada kenyataan pahit? Benarkah kamu waras?
"Quizer, please back, sorry, thanks, tiga kata itu terucap dalam doaku tiap waktu. Kumohon kembalilah, Luzie tidak akan senang melihatmu begini. Dia akan sedih dan bertanya. 'Benarkah aku yang membuatnya berubah?'. Lupakan! Kamu punya kehidupan yang layak! Kita akan bebas dari merah." Penjelasan Luxi padanya membuat Quizer terdiam.
Luxi don't know about love and losing. Kehilangan tiap waktu. Orangtua, teman dan dianggap gila. Gila? Benarkah dia sudah mendekati kata itu? Luxi mungkin benar. Mungkin juga salah.
Ketikan pintu mengganggu bromance mereka. Keduanya saling pandang. Tidak berani membuka. Benarkah di luar sana polisi?
"Benarkah?" ulang Luxi yang mempertanyakan hal serupa dengannya. School and nightmare. Bahkan sekedar membuka pintu pun terasa ada belati yang menikam.
"Knock, knock, anybody here? I want to play hide and seek with you."
Benarkah itu polisi? Luxi dan Quizer meragukannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top