02. Mencari Solusi

“Bagaimana? Apa Lumi baik-baik saja?” Everyn yang sedari tadi mondar-mandir khawatir, reflek mencengkeram kerah baju tabib pribadi keluarga Alpharess—berjaga-jaga bila Zephyr tak ada di tempat seperti saat ini—saat keluar kamar. Tabib itu tampak pucat karena ditarik kerahnya
Dengan segera, kepala pelayan menjauhkan Everyn supaya tidak membuat Tabib tersebut ketakutan.

“No-nona benar-benar antara hidup dan mati saat ini, Nona Rubrum ….” cicit Tabib tersebut gemetar. Everyn terdiam. “Maksudmu, dia koma?”

“Tubuh Nona seperti tak bisa merespon saat diperiksa. Bahkan darahnya juga membeku. Ini kejadian yang sangat langka, Nona .…” Tabib itu mencoba menjelaskan dengan hati-hati. Jujur saja, dia pun kebingungan dengan tubuh tunangan tuannya tersebut. Darahnya membeku, ketika diberikan sihir penyembuh tubuh itu seperti menolak. Bahkan bila dipaksakan, tubuh itu bisa hancur.

Everyn tak merespon lebih lanjut penjelasan dari tabib tersebut selain memerintahkannya untuk pergi. Gadis bermata dwi warna itu memijit pelipisnya lelah. Semua kejadian yang dia alami begitu beruntun dan mengejutkan. Dan di antara banyak hal mengejutkannya, secara kebetulan selalu berhubungan dengan orang-orang yang menjadi prioritas tertinggi, yang harus dia lindungi.

Benar-benar sebuah kebetulan yang menyebalkan!

Satu-satunya harapan Everyn kini hanyalah kepulangan Zephyr dari wilayahnya. Dalam hati, gadis itu merutuki diri karena tidak sempat meraih tangan Lumina saat itu.

“Everyn…”

“Lumina, kamu sedang apa? Turun dari sana!” Everyn berlari ke arah Lumina. Gadis bersurai hitam itu hanya menatapnya dengan senyuman tipis. Everyn berusaha berpikir cepat, bagaimana caranya dia bisa meraih sahabatnya sebelum Lumina tau maksud Everyn dan mencoba menerjunkan diri.

Sungguh, dia ketakutan saat ini.

Takut gagal meraih Lumina sebelum benar-benar terjatuh.

Pada dasarnya, ketika mengalami hal buruk, kemungkinan terjadi sesuai dengan pikiran negatif yang ada di pikiran seseorang akan sangat besar. Dan Everyn sudah berpikiran buruk mengenai dia yang berkemungkinan tak bisa meraih Lumina ketika menerjunkan diri.

Maka itulah yang terjadi.

“Maafkan aku … selamat tinggal.”

“Lumina!”

Lumina menerjunkan diri, bahkan ketika Everyn mencoba meraihnya, pada akhirnya gadis itu terjatuh juga, dengan kepalanya yang terlebih dahulu terbentur. Everyn ikut menerjunkan diri, namun terlambat beberapa detik sehingga tidak mampu meraih tubuh ringkih itu.

Seketika, genangan yang sewarna dengan rambut Everyn muncul disekitar kepala Lumina.

“Tabib! Cepat panggil tabib!"

Untungnya Everyn cukup tanggap meski hampir kehilangan kewarasan saat itu. Direngkuhnya tubuh Lumina yang penuh darah dengan hati-hati, lalu membawa tubuh itu ke kamar, memerintahkan para pelayan untuk membersihkan tubuh tunangannya dari Tuan mereka dan memanggil tabib.

“Kakak .…”

Everyn melirik sekilas pada Zephyr yang wajahnya tampak kacau dan pucat saat sampai di depan kamar Lumina. Sepertinya dia sudah sangat lelah setelah pergi untuk mengerjakan urusannya di Duchy, dan sekarang mendapat kabar tunangannya menerjunkan diri. Zephyr pasti hancur berantakan sekarang. Everyn yang ingin memaki Zephyr karena tak ada untuk tunangannya sendiri disaat seperti ini segera mengurungkan niatnya. Sadar bahwa Zephyr juga pasti sama hancurnya dan seperti dirinya yang juga merasa bersalah karena hal serupa.

“Lumina tadi menerjunkan diri dari balkon kamarnya. Dia sebelumnya meminta maaf padaku, lalu menerjunkan diri setelahnya. Aku, terlambat meraihnya, lalu–“

“Bukan salah kakak juga, kok. Aku juga salah di sini.”

“Yang menjadi masalah adalah, tubuh Lumina kali ini sama sekali tidak bereaksi dengan pengobatan apapun, Zephyr. Tubuh itu seperti mengabulkan keinginan Tuannya untuk mati, saat ini Lumina sudah kembali koma.”

“ [ Blessing : Yggdrasil’s tree ]  !”
Mendengarkan penjelasan Everyn secara singkat, pemuda bersurai silver itu segera memasuki kamar tunangannya, lalu mengeluarkan sihir yang cukup banyak untuk mencoba menyembuhkan Lumina dengan sulur raksasa dan menjadikan tubuh pemiliknya sebagai pohon. Everyn sedikit merinding melihat betapa banyak mana yang dikeluarkan Zephyr kali ini. Everyn memang tahu bahwa Zephyr memiliki mana yang banyak, tapi Everyn tak menyangka bahwa Zephyr bisa lebih dari itu.

Namun pada akhirnya Zephyr malah terpental ke belakang saat memberikan sejumlah sihir penyembuhan yang banyak pada Lumina. Sulur serta pohon raksasa itu bahkan segera mengering dan lenyap, menjadi sebuah serpihan cahaya suram, dan Zephyr terbatuk darah karena terlalu memaksakan diri sebagai efeknya.

Keadaan Lumina? Kulit itu tampak semakin memucat—seperti tidak memiliki darah sama sekali di tubuhnya, nafas Lumina terlihat lebih memberat daripada sebelum penyembuhan dari Zephyr. Tapi lupakan hal itu sejenak, Everyn segera mendekati Zephyr.

“Zephyr!”

Gadis itu lupa bahwa Zephyr tak bisa menggunakan kekuatan sihirnya sebanyak itu. Pemuda itu telah melampaui batas tubuhnya, dan inilah yang terjadi. Everyn mengusap punggung Zephyr lembut. “Jangan memaksakan diri. Tubuhmu tak kuat.”

Zephyr tersenyum hampa. “Kalau sudah begini, apa masih sempat memikirkan nyawa sendiri, Kak? Lumina hampir mati. Kalau dia mati … aku …” Everyn menggelengkan kepalanya pelan. “Mungkin, ini diluar kekuasaanmu.”

Zephyr menatapnya dengan tatapan tajam. “Di luar kekuasaanku katamu? Lalu kalau bukan aku, siapa lagi yang bisa menyelamatkan Lumina, Kak? Apa gunanya gelar sialan ini kalau aku bahkan tak bisa menyelamatkan tunanganku sendiri?” sentak Zephyr. Untuk pertamakalinya Everyn melihat Zephyr berani membentaknya. Padahal semuanya pun tahu betul bagaimana lembutnya Zephyr pada  sekitar, dan Zephyr yang dingin dan sinis hanya untuk orang tertentu saja.

Zephyr pasti telah menahan amarah sejak lama.

Menyadari bahwa nada bicaranya sudah meninggi, Zephyr menutup matanya lalu berusaha tenang sambil menahan rasa sakit di dadanya, entah itu karena perasaannya yang sedang sedih ataupun efek samping menggunakan sihir terlalu besar. “Maaf .…”

“Tak apa Zephyr, aku memahami perasaanmu saat ini.” Everyn tersenyum tipis sebagai jawaban.

“Kau bisa meminta seluruh bawahanmu untuk mengerahkan pencarian tabib terhebat diseluruh penjuru Esentelia. Kalau tidak ada yang bisa melakukannya, maka aku akan melakukannya.“

~•°•~


Dan disinilah Everyn saat ini.

Mengembara mencari Tabib yang bisa menyembuhkan Lumina. Sudah tiga hari semenjak Zephyr memaksakan dirinya untuk menyembuhkan Lumina, bukannya Lumina sembuh malah lelaki itu yang kini harus ikut dirawat. Akhirnya atas persetujuan Kaisar dan Putra Mahkota, Everyn berusaha mencari tabib atau penyihir yang bisa menyembuhkan Lumina. Bahkan jika dia harus menggunakan sihir Hitam sekalipun, meski dia harus mengotori nama baiknya sebagai Guardian ataupun pangkatnya di Kekaisaran Esentelia, dia tak peduli sama sekali. 

Tapi tentu saja tidak mudah, apalagi seluruh aktifitas sihir hitam benar-benar terlarang, dan siapapun yang ketahuan menggunakan sihir tersebut pada area kekuasaan Kekaisaran Esentelia takkan selamat. Akhirnya Everyn pergi menuju wilayah perbatasan Dardieilia di ujung Benua Zamka sana, mengingat wilayah perbatasannya  dekat sekali dengan perbatasan Montian yang memang bebas menggunakan sihir apapun, baik itu sihir hitam maupun sihir putih. Gadis bersurai merah itu memutuskan untuk mencari seseorang hebat disana yang dapat membantunya. Kaisar maupun Putra Makhota tampaknya tak menyadari rencana tambahan gadis itu karena mereka mengizinkan Everyn pergi begitu saja.

Everyn menutupi sebagian wajahnya dengan menarik penutup kepala pada jubahnya kebawah. Dia sampai jauh-jauh ke bagian kumuh yang berbatasan dengan Benua Zamka dan Benua Amkir hanya untuk mencari Penyihir Merah. Ya, hanya Penyihir merah lah satu-satunya harapan Everyn saat ini. Karena dibanding Penyihir Hitam dan Penyihir Putih yang bisa memiliki pengikut dimana-mana, Penyihir Merah biasanya hanya ada 7 di dunia. Mereka adalah sebuah berkat Tuhan yang langka, dan sangat mengejutkan sekali Kekaisaran Esentelia malah mengusir Penyihir Merah yang memang sudah ditakdirkan hidup di wilayah mereka.

Everyn menghela nafas lelah. Di mana dia bisa menemukan Penyihir Merah itu?

“Hei, kau dengar tidak, Tuan Verdra sudah kembali!”

“Benarkah? Astaga, dia pasti baru saja membantu penduduk yang kesulitan bukan?”

“Aku dengar, dia pergi ke Kerajaan Montian karena salah satu Duchess disana mengalami kutukan yang sangat dahsyat, dan karena Tuan Vedra sudah kembali, itu artinya dia sudah berhasil mengangkat kutukannya!”

“Seperti biasa, Tuan Penyihir Merah yang legendaris itu luar biasa! Aku bahkan tak paham mengapa Kaisar kita membuang—“

“Hush, turunkan sedikit nada bicaramu! Tuan Verdrum akan dalam bahaya kalau ada yang mendengar mengenai dia!”

“Ehm, kalau boleh tau, apakah saya bisa bertemu dengan beliau?” Everyn mendadak ikut pembicaraan ibu-ibu desa disana dengan polosnya setelah tak sengaja menguping, membuat mereka semua terkejut dan pucat. “B—bertemu siapa ya nak? Haha…” salah satu ibu-ibu tadi mencoba menimpali seramah mungkin meski tubuhnya gemetar.

Everyn tersenyum manis. “Nyonya sekalian tenang saja, saya tak mungkin menyeret Tuan Verdrum ke Kekaisaran… saya hanya butuh pertolongan beliau…” para Ibu saling berpandangan lalu menatap Everyn dengan wajah curiga. “Kenapa Nona mencari Tuan Verdrum?”

“Karena saya ingin memohon beliau untuk membantu saya mengangkat kutukan  adik saya…” Everyn bertanya-tanya apakah kejadian yang dialami Lumina adalah sebuah kutukan. Mendengar gumaman tulus milik Everyn, mereka pun memutuskan untuk memberikan alamat Verdrum berada.

Dan disinilah Everyn berada.

Di sebuah rumah yang bisa dikatakan cukup kumuh namun terbilang bagus diantara rumah lainnya. Ini adalah rumah Herzien Verdrum, si Penyihir Merah legendaris yang menghilang hampir 17 tahun semenjak kebijakan Kekaisaran Esentelia melarang Aktivitas Penyihir Hitam, termasuk mengusir Penyihir Merah. Penyihir Merah juga sama hebatnya dengan Penyihir Putih dan Penyihir Hitam, tak heran Everyn cukup gugup saat ini. Setelah menyiapkan hati, Everyn untuk mengetuk pintunya.

“Tak usah mengetuk pintu Nona, masuk saja,” sahutan dari dalam membuat Everyn sedikit terkejut. Pria itu sepertinya mengetahui kedatangannya. Everyn segera menuruti Perintah Tuan Rumah lalu masuk dengan sesopan mungkin. Sesosok Pria yang terlihat masih muda dengan surai pirang bermata violet menatap Everyn lamat-lamat, sebelum akhirnya tersenyum misterius.

“Halo, Nona Rubrum. Aku sudah menduga kau akan mencariku.” Kata-kata Verdrum membuat Everyn mengernyitkan dahinya heran. “Apa kau memata-mataiku?” pertanyaan penuh curiga yang dikeluarkan oleh Everyn membuat Verdrum  tertawa terbahak. “Mana mungkin aku melakukannya. Dan oh, panggil aku Herzien saja, aku bosan dipanggil dengan nama belakang terus.”

Everyn hanya bisa menghela nafas lalu menuruti keinginan Herzien meski sebenarnya dia tidak begitu peduli. Everyn memang tidak bisa banyak berbasa-basi, apalagi dengan orang asing. Jadilah gadis itu segera mengutarakan maksudnya datang kemari. “Kalau kau tau, bisakah kau pergi ke Kediaman Alpharess, atau harus kami yang membawa—“

“Apakah aku berkata bisa melakukannya?”

Dan tiba-tiba saja ucapannya dipotong Herzien dengan seenaknya. Everyn menatap tajam sosok dihadapannya dengan kesal. “Apa kau berusaha mempermainkanku?”

“Astaga, Nona Rubrum memang mengerikan, ya! Padahal hanya berkata aku tau maksud kedatanganmu, tapi bukan berarti aku mengatakan bahwa aku bisa membantu, bukan?” Herzien tersenyum santai, padahal Pria itu baru saja mengatakan kalau Everyn mengerikan. Sungguh, kalau bukan karena Herzien adalah satu-satunya harapan terakhirnya, mungkin dia sudah pergi dari tempat itu.

Setelah melayangkan tiga sampai empat pukulan, tentu saja.

“Lantas, apa yang mau kau katakan padaku? Dari tadi bicaramu sama sekali tak berbobot di telingaku.” Everyn berusaha menahan emosinya, sementara Herzien menyunggingkan senyuman aneh lainnya. Jujur, setelah mendapat penglihatan beberapa hari yang lalu membuat Herzien berpikir bahwa sesuatu yang akan mendatanginya akan menarik minatnya.

“Sahabatmu itu tak bisa diselamatkan, itu sudah menjadi suratan Takdir, Everyn.”

“…”

“Kenyataannya dia memang sudah dibatas waktunya, dan baik itu kau maupun Tunangannya Nona tak punya kuasa apapun untuk melawan, jadi menyerahlah dan berdoalah semoga keajaiban itu datang—“

Cukup sudah.

Kesabaran Everyn sudah diambang batas, hingga  tanpa sadar dia menendang meja didepannya dengan penuh amarah.

“Kau pikir, aku bisa menerima hal klasik seperti itu?

“Fufu, tentu saja tidak. Tapi mau bagaimana lagi bukan? Ini sudah menjadi Kehendak dari Tuhan,” Herzien sepertinya puas sekali mempermainkan emosi Gadis dihadapannya ini. Selama ini Herzien memang hidup dalam pengasingan, namun tetap dipuja oleh orang sekitar sini, jadi melihat seseorang berdarah panas tengah memakinya benar-benar sangat menarik.

Everyn menggigit bibir bawahnya. Kenyataan pahit menamparnya saat ini. Kalau sudah membahas kuasa Tuhan, apa yang bisa dia lakukan untuk ini?!

“Tapi … kau tau? Aku bisa saja membantu mu, sedikit. Satu-satunya harapanmu kali ini menemui seseorang yang mustahil.”

Perkataan Herzien membuat Everyn terdiam. Bertemu seseorang yang mustahil? Bertemu dengan siapa?

Tuhan?

Apakah itu artinya dia harus mati dahulu untuk menyelamatkan sahabatnya?

“Maksudmu aku ….”

“Tepat sekali, Nona. Jadi bagaimana? Apakah kau mau menemui Tuhan untuk menyelamatkan sahabatmu?”
================================
TBC.

Wih! Gimana, nih? Makin penasaran dengan kelanjutannya? Hayuk yang mau kenalan sama penulisnya juga!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top