1. Who?
"Kenapa wajahmu sedih begitu?" sapa sebuah suara manis dari sampingku. Seketika saja lamunanku buyar, begitu pula senjaku yang damai di teras atas penginapan Wangshu Inn ini.
"Apa yang membuatmu gundah? Kau bisa cerita padaku," tanyanya lagi.
Aku menyernyit saat mendapati sesosok gadis pelayan berperawakan mungil. Sepasang iris mata (orbs colour)nya menatapku bingung, tetapi bibirnya agak melengkung membentuk senyum tipis. Sungguh aneh.
"Siapa?" tanyaku berintonasi dingin. Biarlah dikata galak, tidak bersahabat, atau pun sombong. Lagipula berhubungan dengan mahluk tak abadi itu tidak ada untungnya bagiku.
"[your name]," balasnya, "pelayan baru di penginapan ini. Kalau kau? Pakaianmu cukup aneh. Apa kau petualang juga?"
Seketika saja aku menyernyit. Apa, sih, maksudnya? Apa dia tidak tahu siapa aku? Apa Ver Goldet (bos penginapan) tidak memberitahunya soalku? Padahal semua pegawai di sini sudah tahu siapa aku. Vigilant Yaksha, Xiao.
"Siapa aku, tidak ada urusannya denganmu. Sana, kembali kerja!" balasku bersikap dingin lagi.
Namun gadis ini enggan menyerah. Ia semakin mendekat--kini hanya berjarak beberapa sentimeter di sampingku. Wajahnya ia condongkan ke arahku, begitu ingin tahu. Sepasang matanya memicing curiga.
"Aku menghampirimu karena kau terlihat kesepian. Aku juga petualang dari negeri seberang, dan aku juga rindu kampung halamanku. Setidaknya ketika bertemu petualang lain, rasanya jadi tidak terlalu kesepian, bukan?" katanya begitu yakin.
"Aku bukan petualang sepertimu," balasku lagi, "kau bilang tadi kau pelayan di sini?"
Gadis di sebelahku menyeringai. "Memang. Aku petualang yang kehabisan mora (uang) dan tidak bisa pulang ke kampung halaman. Makanya untuk sementara waktu, aku bekerja di sini."
"Apa?"
"Aku miskin."
Kali ini aku menyernyit. Ternyata kemiskinan pun bisa menimpa seorang petualang, ya?
"Sekarang giliranmu," tuturnya lagi, "jika bukan petualang, lalu kau siapa?"
Helaan napas tidak sengaja kuembuskan. Mau sampai kapan dia mengusik terus? Kelihatannya pun dia tidak akan pergi dengan mudah.
"Sudah kubilang, siapa aku, tidak ada hubungannya denganmu," tuturku lagi sembari naik ke atas pagar kayu. Sekilas, kulihat gadis itu tampak terkejut, tetapi aku sama sekali tidak peduli.
"Menjauh dariku sebisa mungkin. Jangan harap kita akan bertemu lagi," bertutur demikian, aku melompat.
Gadis tadi sempat menjerit, mungkin pikirnya aku bermaksud bunuh diri. Namun aku, Sang Vigilant Yaksa, menguasai elemen Anemo (angin) sejak perang 2600 tahun yang lalu, dan menjaga negeri Liyue yang suci ini dari kejahatan iblis. Alih-alih jatuh terhempas, tubuhku justru terbawa sapuan angin. Menghilang di balik tirai senja.
***
Alice's note:
Maaf baru update yaaa, ternyata kemarin mendadak banyak halangan. Udah gitu sekaligus namatin novel di sebelah. Tapi sekarang aku visa fokus sama ff lagi sampai proyek novel selanjutnya tiba. So stay tuned!
Jangan lupa kalau kamu suka sama cerita ini, silahkan dukung dengan kasih vote, bom komentar /hush/ dan share ke temen-temen kalian. Siapa tau nambah asupan hehe.
Dah, itu aja. Hope you enjoyed and...
Love,
Alice/Hanhami.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top