United Kingdom, 1902

London, Britania Raya, 1902

Frederica Lovisa hanya menyorotkan iris mata hazel kecoklatannya pada sosok pria dengan  setelan jas berwarna cokelat tua serta dasi berwarna biru tua yang sedang duduk di sofa cokelat dengan corak bunga. Pria dengan iris biru yang terlihat sejernih air laut itupun langsung berjalan mendekati dirinya yang berdiri di salah satu jendela karena telah menyadari dirinya sudah diperhatikan sejak tadi oleh Frederica. Gadis itu menggunakan gaun putih tulang dengan aksen pita berwarna biru yang sudah ia rencanakan untuk dikenakan pada kegiatan spesial hari ini. Ya, saat ini, mereka berdua sedang melangsungkan pengambilan gambar untuk foto pertunangan mereka dari perpustakaan salah satu istana di Inggris.

"Kamu terlihat cantik, Frederick," goda pria pemilik iris biru laut sambil tersenyum jahil padanya saat dirinya memanggil Frederica dengan versi masuklin dari namanya, "aku tidak bisa melepaskan pandangan darimu sejak kamu datang dengan gaun putih tulang ini. Kamu selalu cantik."

"Diam kamu, Nicky," ucap Frederica kesal yang langsung segera meninggikan tubuhnya agar sejajar dengan pria di hadapannya, Nicholas, yang sudah resmi menjadi tunangannya, "kamu mengatakan aku cantik dan kamu selalu memujaku, tetapi kamu masih memanggilku dengan Frederick. Apa-apaan kamu."

Edward Nicholas George Alexander, begitulah nama lengkapnya. Rakyat sering kali menyebutnya sebagai Prince Edward The Younger (bukan Nicholas seperti harapannya), namun keluarga kerajaan memanggilnya dengan Nicky karena 1) ayahnya sendiri juga Pangeran Edward dan 2) dikhawatirkan ada kesalahan dalam pemanggilan antara dirinya dan ayahnya sendiri, Pangeran Edward. Ia sendiri sudah terlahir sebagai Pangeran Inggris yang kelak di masa depan akan menggantikan posisi Ratu Marie. Sebenarnya Ratu Marie memiliki lima orang anak dengan perhitungan tiga putra dan dua putri yang lebih rupawan dibandingkan Nicholas. Jujur saja, Nicholas memang sangat rupawan, berprestasi dan dicintai oleh rakyat, namun beberapa relasi mengatakan bahwa saudara-saudarinya lebih rupawan meskipun dengan perbedaan 0,5 persen.

"Tetapi aku tidak menyangka bahwa kedua orang tua kita langsung menyetujui hubungan kita."

"Sebenarnya Felix menjodohkan kita hanya karena ia kasihan dan ingin mengiburmu setelah kamu menolak semua putri yang berusaha ingin dijodohkan Ibumu padamu," jelas Frederica dengan pasrah sembari memutar irisnya.

"Aku menolak mereka semua karena aku ingin menikah denganmu, Frederick." Nicholas menekan penjelasannya. Kedua irisnya dengan cepat memandangi ruangan tersebut yang telah sepi karena ditinggal oleh fotografer dan para pelayannya. Ia kembali menoleh kepada Frederica lalu mulai mencium lembut bibir wanitanya. Dengan cepat dan tangannya mengusap pipi kemerahan milik Frederica dan kembali tersenyum sambil menatapnya dengan dalam. "Aku tidak sabar."

Gadis tersebut hanya memainkan bibirnya dan kedua irisnya memandangi wajah calon suaminya dengan perasaan bahagia. Frederica kembali meninggikan tubuhnya dengan mengangkat tumit kakinya lalu mencium pipi pria berusia dua puluh enam tahun dan gadis itu hanya tertawa saat melihat ekspresi wajah Nicholas setelah ia mencium pipinya. "Kamu terlihat menggemask—."

"Uhuk."

Kedua manusia berlawanan jenis tersebut sontak terkejut saat aksi bermesraan mereka dipergoki oleh pria berusia dua puluh tujuh tahun yang tiba-tiba datang sambil pura-pura batuk. Terlihat sosok pria yang mengenakan jas biru tua dengan celana putih tulangnya yang masuk ke perpustakaan sambil membawa sebuah kotak beludru berwarna biru tua. Pria tersebut tampak mirip dengan Nicholas. Ya, sekilas mirip.

"Felix?"

Pria yang dipanggil Felix itupun hanya tertawa kecil sembari menepuk punggungnya Nicholas. Felix Mikhailovich sendiri merupakan sepupu Nicholas dari pihak ibunya, Ratu Marie. Antara Felix dengan Nicholas memang sering kali terlihat mirip, kecuali warna iris mata serta bentuk mata, tinggi badan serta cara berpakaian—selain dari seragam formal kerajaan. Nicholas senang memakai pakaian berwarna cokelat dan rumpun keluarganya dari warna tersebut, maka Nicholas terlihat seperti pria berintelektual yang siap bersemayam dalam perpustakaan. Sedangkan Felix senang mengenakan pakaian berwarna putih dan biru. Apapun itu jenis warna birunya. Makanya kebanyakan pakaian Felix lebih mirip seperti seragam Angkatan Laut, meskipun sebenarnya Felix hanya memakai setelan jas biasa. Felix pun langsung merangkul bahunya Nicholas dan tersenyum menggoda sepupunya. "Kenapa kamu melihatku datang seperti melihat hantu, Nicky-ku Sayang? Apa kamu terganggu dengan kedatanganku? Frederica, apa aku mengganggu kalian?"

Frederica pun juga tertawa kecil saat melihat Nicholas yang mulai digoda oleh Felix. "Tidak, tidak! Terimakasih sudah menyelamatkanku. Ada apa Felix?"

"Selain aku sengaja ingin merecoki sesi bermesraan kalian, aku ingin memberikan Frederica hadiah," ucap Felix sambil memberikan kotak beludru biru tua tersebut kepada Frederica. "Karena kalian memutuskan untuk menikah saat kalian berada di Rusia dan aku mengetahui betapa cintanya Nicky padamu. Terimakasih pada surat-suratmu, Frederica, karena aku jadi tahu bahwa kamu sudah terpedaya oleh cintanya sepupuku jadi aku terinspirasi tentang rancangan dan bahan baku tiara ini."

Tangan Frederica pun segera membuka kotak beludru biru tua itu dan melihat tiara yang didominasi oleh batu berlian. Tiara tersebut memiliki rancangan yang sangat mewah dan cantik dengan ornamen bintang-bintang kecil, festoons dan desain dari fleur-de-lis.

"Felix pandai membuat rancangan perhiasan dan perabotan rumah tangga," tambah Nicholas dengan perasaan bangga, "bahkan Ibuku selalu menyukai rancangan perhiasannya Felix."

"Pantas saja karena tiara ini memang sangat cantik. Terima kasih, Felix." Frederica masih memandang Felix dengan mata berbinarnya. "Apa nama tiara ini?"

"Sama-sama Frederica. Sebenarnya aku belum memberinya nama karena aku tidak terpikirkan apapun soal itu." Felix pun langsung pura-pura berpikir dan memandang kedua iris hazel milik Frederica dengan kedua iris hijau kecoklatannya seolah-olah ia memikirkan nama seperti apa yang pantas untuk karya buatannya. "Ngomong-ngomong keluargamu memanggilmu Frederick, bukan?"

Frederica hanya menghela nafas dengan wajah frustasi. Nicholas hanya tertawa kecil saat mendengar Felix memanggil Frederica dengan panggilannya. "Tolong, yang melahirkan panggilan itu adalah saudara kembarku, keluargaku lalu kemudian diadopsi lagi oleh Nicholas karena ibuku memanggilku "Frederick Frederick, ini ada Nicholas." saat pernikahannya Irene dengan August. Seperti itu. Jangan bilang—."

"Tidak seperti itu. Aku harus memberikan nama yang pantas karena penerusmu akan menggunakan tiara ini, maka aku memberi nama tiara ini dengan The Frederica Lovisa of Prussia Tiara." Felix tersenyum bahagia sembari memegang kedua bahunya Frederica. Memandang kedua iris hazel kecoklatan milik Frederica dengan perasaan puas. "Selamat datang di keluarga kita, Frederica Lovisa."

TBC

a/n : Selamat datang ke cerita fiksi sejarah ini xixi. sebenarnya nama lengkapnya Nicky itu nama baptisnya juga, sih. UK pun ngga ada penyebutan crown prince atau putra makhota karena mereka menggunakan istilah Prince of Wales. Prince of Wales juga tidak otomatis dari kelahiran, namun ditetapkan oleh penguasa. Tapi di cerita ini, tokoh lainnya tidak menggunakan title tambahan ya :")

Bapaknya Nicky itu titelnya pangeran karena istrinya, Marie, itu ratu. Harusnya, sih, prince consort, tapi aneh ah translasi Indonesianya :(

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top