Sweden, 1899
Stockholm, Swedia
21 Januari 1899.
"Apakah Frederica sedang dekat dengan seseorang?"
"Ya, Frederica dekat dengan seorang pria. Anakmu." Kaiserin Charlotte menegaskan jawabannya terhadap pertanyaan dari Pangeran Edward. Mereka berdua bertemu di Stockholm, Swedia karena acara pernikahan seorang putri dari Raja Bavaria dengan putra termuda dari Raja Swedia. Mereka berdua sengaja memilih untuk berbicara dekat jendela sambil menghindari kerumunan keluarga dan relasi yang mengenali mereka. "Mereka sering kali saling bertukar surat dan Frederica mengatakan pada Albert bahwa ia sangat mencintai Nicholas."
"Frederica bercerita pada Albert?"
Permaisuri Charlotte hanya tertawa puas mengingat betapa irinya Albert ketika mengetahui Frederica didekati oleh dua Putra Makhota dengan prospek masa depan yang menarik. Nicky-nya Pangeran Edward dan Ratu Marie serta Putra Makhota Swedia, Gustaf. Meskipun sebenarnya lebih menguntungkan Albert mengingat memiliki kemampuan untuk memilih pasangannya sendiri. "Ya, dan dijadikan bahan bulan-bulanan oleh saudara kembarnya karena Frederica dekat dengan Nicholas, namun Gustav juga mendekati Frederica. Seperti "Jadi kamu akan bersanding dengan Putra Makhota yang mana, Frederica?" gitu."
Seketika Pangeran Edward berpikir bahwa saingan putranya hanyalah Putra Makhota Gustav yang sebenarnya sama saja seperti Nicky-nya. Putra Makhota yang mengenyam bangku kuliah, karier militer dan melaksanakan tugasnya sebagai pewaris tahta yang patuh. Kemudian ia juga patut mempertanyakan soal Putra Makhota Prussia. Ya, kapan Albert menikah akan mempengaruhi perjodohan Frederica dengan pilihan jodohnya (atau pilihan ayahnya). "Bagaimana dengan Albert? Apakah Albert juga dekat dengan seseorang?"
"Aku berencana untuk menjodohkan Albert dengan putri dari Jerman. Namun ayahnya ingin mencari putri dari luar. Pokoknya prospek jodoh Frederica mulai dipikirkan oleh Kaiser setelah Frederica menyelesaikan pendidikannya dan Albert sudah menikah." Permaisuri Charlotte menjelaskan mengenai nasib anak kembarnya. Seketika wanita beriris biru langit tersebut hanya menghela nafasnya dan memandang saudara jauhnya. "Edward, aku setuju jika kamu berencana untuk menjodohkan Nicky-mu dengan Frederick-ku. Aku juga berpikiran hal yang sama setelah melihat kebahagiaannya saat berkomunikasi dengan Nicholas melalui surat-suratnya. Mudah untuk membujuk suamiku, tetapi aku harus membujuk neneknya yang sangat Anglophobia itu."
"Kenapa begitu? Aku, 'kan, orang Jerman. Nicky juga."
Wanita dengan iris cokelat hazel yang terlihat bersinar dengan kulit putih susunya terlihat menghela nafasnya dengan pasrah. Pikirannya sedang mencerna nasib putrinya apabila harus bersama Nicholas di Inggris, apalagi jika nantinya akan bersangkutan dengan perilaku keluarga kerajaan dan penilaian masyarakat Britania Raya dan Persemakmurannya terhadap putri satu-satunya. "Tetapi Nicky-lah akan meneruskan tahta Britania Raya. Aku tidak ingin mengambil risiko Nicky dibenci oleh neneknya Frederica yang sangat dicintai warga Jerman itu."
"Jangan terlalu dipikirkan, lagipula kamu adalah ibunya Frederica dan yang menikah juga Frederica." Pangeran Edward berusaha untuk menyemangati Permaisuri Charlotte. Kedua irisnya tampak fokus memandangi jendela dan melihat sosok Frederica yang jalan bersama Nicholas dan wanita berusia lanjut yang sangat familiar oleh mereka. "Kamu lihat Frederica sedang bersama Queen Mother. Mereka terlihat bahagia."
Permaisuri Charlotte mengangguk setuju. "Ya, aku setuju denganmu, Edward."
"Tante Charlotte! Onkel Edward!"
Mereka berdua langsung fokus menyorotkan pandangan pada sumber suara yaitu sosok pria berusia tiga puluhan awal yang terlihat sangat rapi dan bersahaja. Baik Permaisuri Charlotte dan Pangeran Edward pun mereka saling bertukar pandangan bahwa pria tinggi dengan tubuh tegap tersebut adalah pria yang sejak tadi mereka bicarakan yaitu Crown Prince Gustav of Sweden.
Seharusnya di usianya yang telah menginjak kepala tiga, Gustav sudah menggandeng istrinya untuk diperkenalkan. Namun, sejak tadi Gustav sibuk sekali menghampiri tamunya sendirian dan menyapa mereka dengan hangat. Memang pembicaraan sekitar acara tersebut adalah membahas betapa cantiknya pengantin wanita dan tidak ada pembicaraan secara spesifik mengenai calon istri dari pria dengan paras rupawan tersebut.
"Ah, Gustav Si Favorit Semua Orang. Apa ibumu tidak memperkenalkanmu dengan beberapa gadis disini? Aku tadi melihat ada beberapa yang kurasa cocok denganmu," ucap Pangeran Edward sembari memandang kedua iris keponakannya yang memiliki warna sebiru samudera.
"Ya, aku melihat banyak gadis yang sepertinya sangat menginginkanmu." Permaisuri Charlotte menambahkan sembari menganggukan kepalanya dengan khidmat.
Gustav hanya tertawa ringan merespon ucapan paman dan bibi dari pihak ibunya. "Tidak mungkin. Aku hanya pria lajang yang senang bermain ski di Vemdalen."
Pangeran Edward pun menarik tangan Gustav dan berjalan selangkah menjauhi Permaisuri Charlotte. Seketika lampu pijar besinar memikirkan ide yang menarik. Mengingat keponakannya sendiri adalah saingan yang sulit untuk putranya. "Nah, karena kamu masih lajang, aku harus memperkenalkanmu dengan keponakanku. Dia sangat cantik." Pangeran Edward sangat antusias dan melihat wanita muda dengan surai cokelat mudanya yang bersinar yang dihiasi kokoshnik tiara berukuran sedang itupun berjalan dihadapannya. Astrid masih muda dan menurut Pangeran Edward juga Astrid akan cocok dengan Gustav. "Ah, Astrid! Astrid kemarilah!"
Astrid memiliki paras Eropa Timur campuran yang khas dengan kedua iris hijau emerladnya terlihat mengenakan gaun krem tanpa lengan yang membuat orang-orang rela melirik sedikit untuk melihatnya saja. Wanita muda itupun langsung berjalan menuju pamannya yang telah memanggil dirinya. Sebenarnya Astrid sendiri akhir-akhir ini menjadi topik pembicaraan dikalangan keluarga kerajaan maupun keluarga bangsawan karena merasa sangat tidak percaya diri untuk menjodohkan anak mereka kepada putri dari Tsar Rusia.
"Ada apa Uncle Eddy?" tanya Astrid sambil memandang pamannya dan mengalihkan pandangan pada Kaiserin yang melihat pemandangan dari balik kaca jendela sendirian. Permaisuri Charlotte merasa Astrid melihatnya dan wanita itu memberikan pandangan sebagai kode agar Astrid mulai melihat pria tampan yang berdiri disebelah pamanmu.
Pria tua tersebut hanya tersenyum dan memberikan kode agar Astrid memandang Gustav. "Ini keponakanku juga, Astrid. Namanya Gustav. Gustav ini Astrid."
Sebelum Astrid benar-benar menoleh pada Gustav, pria tersebut sudah memperhatikannya sejak tadi. "Aku Gustav. Maaf, aku kira kamu hanya Russian Grand Duchess. Ternyata kamu juga keponakannya Onkel Edward."
"Aku Astrid. Kakakku, Felix, sangat mirip dengan putranya Uncle Eddy. Ya, kamu bisa menyimpulkan sendiri," ucap Astrid sembari tersenyum dan memandangi kedua iris biru laut milik Gustav. Astrid sendiri memang datang ke pernikahan adiknya Gustav bersama Felix dan kakaknya saja malah pergi entah kemana, "apa kita bisa lanjutkan mengobrol di luar? Aku kurang mengenalmu karena Felix yang lebih sering dilibatkan ke acara-acara seperti ini."
Pria tersebut hanya membalas ajakan Astrid dengan gelak tawa. "Haha oke Astrid, setelah ini kita bisa pindah ke perkarangan belakang."
"Menarik. Baiklah."
"Nah, sekarang kalian berdua bisa pergi. Aku sedang bicara dengan Kaiserin, tahu."
Gustav dan Astrid langsung berjalan meninggalkan Pangeran Edward. Pria tua tersebut langsung kembali melangkah mendekati Permaisuri Charlotte. Wanita Jerman tersebut hanya memandangi Pangeran Edward sembari menaikkan sebelah alisnya. "Trik yang bagus, Edward."
"Karena aku juga ingin melihat keponakan kesukaanku menjadi Ratu, tahu. Ya, siapa tahu. Jika Gustav dan Astrid jatuh cinta mereka tahu harus berterimakasih pada siapa. Setidaknya tuliskan namaku di buku harian mereka."
TBC
n/n : whadaw aku yang nulis saja udah gregetan ini ya :")
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top