Twenty Nine

Siang ini Quita dan Lucas akan check out dari hotel. Bersiap menuju destinasi berikutnya. Tadi pagi mereka masih sempat mampir ke Hardrock cafe dan membeli pernak pernik disana untuk oleh oleh.
Dua orang kepercayaan Lucas sudah siap di depan kamar untuk membawakan barang barang mereka.  Ketika mereka mencapai lobby. Mereka menemukan Marco berdiri disana. Tersenyum ramah dengan mata yang tak lepas menatap Quita. Wanita itu sedikit risih dengan tatapan itu, dia sengaja memalingkan mukanya menatap Lucas yang berjalan disebelahnya.
" Temuilah dia." Lucas berkata dengan sorot mata sedikit kesal. Quita yang menyadari itu menarik sudut bibirnya. Diusapnya lembut lengan suaminya.
" Tolong temani aku." Pintanya sambil menatap penuh harap. Lucas mengangguk. Dia menjajari langkah Quita menghampiri Marco. Ada rasa kecewa terlihat dimata hijau tua milik Marco. Terlebih melihat Quita menggelayutkan tangannya manja di lengan kekar Lucas. Marco tersenyum kecut memandangnya.
" Kalian akan check out hari ini." Tanya Marco dengan senyum samar. Lucas mengangguk yang diikuti Quita.
" Tita..bisa kita bicara sebentar, please." Marco menatap Quita. Wanita itu tersenyum balas menatap Marco.
" Tidak ada yang harus dibicarakan lagi."
" Tita aku perlu menjelaskan tentang malam itu."
" Tidak ada yang perlu dijelaskan." Marco berdecak kesal. Mata hijau tua itu menggelap. Lucas yang melihat itu segera merangkul Quita. Dia menatap Marco tajam.
" Sorry..we have to go.." Lucas membimbing Quita untuk keluar dari hotel. Marco menatapnya dengan wajah kesal.
" My little Tita..please.." Sedikit berteriak Marco memanggil Quita. Berbarengan Lucas dan Quita berbalik. Marco segera menghampirinya.
" Kau harus tahu, malam itu aku melakukannya karena mabuk, aku putus asa karena tidak juga mendapatkan balasan cintamu. Marinda pun sedang kesal karena Brad selingkuh, tapi kau harus tahu, aku tidak pernah mencintainya. Aku menyesal. Aku berusaha mencarimu untuk menjelaskan tapi aku tidak dapat menemukanmu. Sampai aku mendengar dari Briana kau dijodohkan dan segera menikah. Aku tidak lagi punya harapan. Lalu aku melihatmu, hari dimana kau datang ke hotel ini. Aku begitu bahagia bisa melihatmu. Aku pikir kau tidak datang dengan suamimu. Aku berharap banyak tapi aku kembali kecewa. Aku melihat matamu yang penuh cinta memandang suamimu, bukan seperti orang yang terpaksa menikah karena dijodohkan. Ahh...Aku memang tidak pernah bisa membuatmu jatuh cinta." Marco menatap Quita dengan wajah keruh. Lucas sudah terlihat marah tapi jari jari halus Quita yang terus mengusap lengannya membuatnya tenang.
" Beruntung sekali pria yang bisa membuatmu jatuh cinta." Suara Marco terdengar putus asa. Quita mengulas senyum.
" Kita tidak pernah tahu, kepada siapa kita akan jatuh cinta. Aku juga tidak pernah tahu bisa jatuh cinta pada pria menyebalkan ini. Pria yang membuatku kesal tapi sekaligus juga merasa nyaman. Pria yang tak kenal lelah mengejarku dengan cara yang terkadang membuatku ingin marah, tapi juga membuatku selalu rindu. Aku jatuh cinta padanya bukan karena papi menjodohkanku dengannya, tapi karena aku merasakan rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Rasa kesal ketika ada wanita yang mencari cari perhatiannya. Rasa kehilangan ketika sehari saja dia tidak mengabariku dan ada rasa nyaman ketika berdekatan dengannya." Quita menatap penuh cinta Lucas yang berdiri disebelahnya. Marco mengehembuskan napas kasar. Dia menatap Quita dan tersenyum tulus.
" Aku kini sadar, cinta memang tak bisa dipaksakan. Aku bahagia melihatmu menemukan cintamu." Ucapnya sambil menatap Lucas.
" Tolong jaga dia." Marco menepuk pelan bahu Lucas.
" Of course. I do." Lucas menjawab tegas. Dia menatap istrinya lembut.
" Aku permisi. See you my little Tita, Lucas." Marco membawa langkahnya meninggalkan Quita dan Lucas. 
" Lega .." Lucas bertanya lembut. Quita mengangguk.
" Semoga Marco akan bertemu wanita yang mencintainya."
" Jangan terlalu perhatian begitu." Ketus Lucas. Quita menatap Lucas dengan mata menyipit.
" Aku tidak suka. Aku tidak mau kamu berbagi perhatian dengan siapa pun."
" Heeehhh..." Quita menatap kesal suaminya yang kemudian terkekeh.
" Menyebalkan...untung aku cinta." Gerutu Quita. Lucas tertawa senang. Diciumnya lembut bibir istrinya.
" Menggemaskan sekali istriku yang cantik ini." Lucas mencubit gemas pipi istrinya yang merona. Dia menggendong istrinya menuju mobil yang sedari tadi menunggu.
" Vienna...here we come..." Ucapnya dengan tawa riang. Quita tergelak sambil menatap suami tampannya.
" I love you..." bisiknya mesra. Lucas tersenyum menatapnya.
" I love you more, my Angel.."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top