Thirty One
Lucas menatap nanar layar kecil disebelah Quita yang sedang berbaring nyaman dengan mata berkaca kaca. Tangannya menggenggam erat tangan istrinya. Rasa tak sabar menyelubungi hatinya. Debaran jantung mengiringi setiap detik menanti kemunculan gambar di layar tersebut. Dokter mengusapkan gel bening ke perut rata istrinya. Mengusapnya pelan dan mulai mengarahkan alat berupa stick berwarna putih itu. Tampak gambar gumpalan kecil terpampang disana, masih belum terlihat jelas.
" Selamat untuk kalian berdua. Bayinya masih kecil sekali. Tolong jaga asupan makanannya, jangan lupa untuk minum susu dan vitamin." Dokter wanita itu tersenyum ramah. Lucas mengangguk tanda mengerti, sementara Quita hanya memandanginya sambil mengulas senyum. Dokter itu berbicara dengan bahasa Austria.
Beriringan mereka keluar dari kamar periksa. Lucas tersenyum bahagia, bagitu pun Quita. Tangan mereka saling menggenggam. Quita memandangi lagi hasil cetak USG yang ada ditangannya. Air mata menetes satu satu membasahi pipinya. Dia menyembunyikan wajahnya di dada suaminya yang selalu siap memberikan kenyamanan.
" Kita akan jadi Mom and Dad." Bisik Lucas. Kebahagian jelas menyertai ucapannya.
" Mommy and Daddy." Lirih Quita.
" Terima kasih sudah hadir dihidupku, menghadirkan cinta dan membawa kebahagian yang tak terkira." Lucas mengecup lembut kening istrinya. Matanya mengembun. Tangannya mendongakkan wajah istrinya.
" Cantik dan ini milikku." Ucapnya pelan. Quita tak henti tersenyum dengan airmata yang terus menetes.
" Kita mampir sebentar ke apartement ya, kamu harus istirahat sebentar. Nanti sore baru kita pergi kemana pun kamu mau, sekalian cari tempat untuk makan malam." Quita cemberut, matanya semakin deras mengurai airmata. Lucas menatapnya lembut. Mengusap perlahan airmata yang mengalir dan menciumi jejaknya.
" Aku tidak mengerti apa yang dikatakan dokter tadi, kamu belum mengatakannya." Rengeknya manja. Lucas tergelak.
" Aku kira kamu marah karena diminta untuk istirahat sebentar di apartement, tidak tahunya hanya tidak mengerti ucapan dokter tadi ya." Lucas merengkuh istrinya.
" Dokter bilang..dedek bayinya harus sering sering dijengukin daddynya." Bisik Lucas ditelinga istrinya. Quita memukul pelan lengan suaminya.
" Pasti bukan itu." Ketusnya, " apa yang dia katakan sayangku.." Quita mencium gemas bibir suaminya. Lucas terkekeh kegirangan.
" Aku akan sering sering membuat ibu hamil ini kesal." Quita cemberut, tapi tak urung kecupan kembali dia daratkan di bibir suaminya. Lucas menunjuk pipinya. Quita mengerti, dia mencium pipi suaminya sekilas. Lucas tertawa lagi.
" Kamu harus banyak makan, minum susu dan vitamin."
" Aku pasti nanti gendut." Quita mencebik. Lucas berdecak.
" Gendut pun tetap cantik."
" Tapi nanti kamu malu punya istri gendut..." Quita merengek lagi.
" Siapa bilang...aku malahan suka kamu gendut, biar ga ada yang suka." Kilah Lucas. Quita melotot. Lucas terkekeh.
" Sudah...mau gendut seperti apa pun kamu tetap cantik, kamu tetap istriku, my Queen ..my Angel ...wanita yang paling cantik yang membuatku jatuh cinta. Lagi pula kalau kamu tidak makan banyak dan tidak jadi gendut kasihan dedek bayinya." Lucas membawa istrinya menuju mobil yang akan membawa mereka ke apartement.
Apartement mewah yang tidak terlalu jauh dari Belvedere Palace menyambut pasangan berbahagia itu. Quita tampak manja dalam rengkuhan tangan kekar suaminya.
" Apartement ini sangat bersih, jendelanya tidak pernah surut dengan sinar matahari, membuat kamu senantiasa merasa segar sepanjang hari. Cocok sekali untuk ibu hamil yang cantik ini." Quita tersenyum mendapat cubitan lembut dipipinya.
Memasuki apartement mewah Lucas, Quita menatap ruangan yang berkonsep terbuka itu. Tampak luas dengan cat dinding warna putih yang menyegarkan. Ada mebel antik di ruang keluarga dengan TV yang terpasang di dinding. Ada ruang yang memuat empat orang di meja makan bulat dengan latar belakang jalanan di luar. Dapurnya beraspek ekonomi, lengkap dengan oven microwave, mesin pencuci piring, pemanggang roti dan mesin espresso. Lucas menggendong istrinya yang segera melingkarkan kedua tangannya di leher suaminya. Mereka memasuki kamar dengan tempat tidur berukuran besar yang empuk. Jendela besar membawa masuk cahaya melimpahi kamar.
" Aku akan menutup tirainya agar kamu bisa tidur nyenyak." Lucas menempatkan istrinya dengan hati hati.
Sebelum melangkah untuk menutup tirai, dia mencium lembut bibir manis istrinya.
" Tidurlah..ajak istrirahat our pebble." Ucapnya lembut.
" Pebble.." Quita menatap Lucas yang berjalan untuk menutup tirai.
" Ya..bayi kecil diperutmu itu..aku memanggilnya pebble." Ucapnya riang. Quita tersenyum.
" Pebble.." ulang Quita sambil tangannya mengusap lembut perut ratanya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top