Eleven

Perjalanan ke bandara tidak terlalu memakan waktu lama. Quita duduk disebelah Lucas yang memeluk pinggangnya dengan possesif. Quita tahu Lucas akan pergi ke Montreal dengan pesawat pribadinya, jadi tidak harus terburu buru. Itulah mengapa ketika Lucas memintanya untuk menemaninya sarapan di sekitaran bandara dia mengiyakan saja.

" Queen..kau tidak akan ikut denganku." Tanyanya disela sela sarapannya. Quita menggeleng tegas.

" Aku harus bertemu dengan Martino untuk mengurus resign dari Resto dan mengajari pegawai baru yang akan menggantikanku."

" Baiklah..aku juga tidak akan lama disana." Quita menggangguk, bibirnya tersenyum manis.

" Aku pasti akan merindukan senyummu." Jari Lucas mengusap lembut bibir yang menyungging senyum manis itu. Wajah Quita merona.

" Aku juga akan merindukan pipi yang merona ini." Kecupan mendarat dipipi yang bersemu merah itu. Quita terdiam tak bisa berkata.

" Kau tidak akan pergi lama. Hanya beberapa hari saja."

" Ya..aku tidak akan pergi lama, tapi jangan kan berhari hari. Berjam jam saja tidak bertemu denganmu aku sangat rindu." Quita tergelak. Lucas menatapnya dengan senyum. Dia menyukai tawa gadis didepannya.

" Hey..selamat pagi. Maaf aku terlambat." Tawa Quita terhenti oleh suara lembut dari seorang gadis cantik yang berdiri disisinya. Quita menatap bergantian ke Lucas dan gadis itu.

" Wannie...tidak kau tidak terlambat, sudah sarapan." Suara Lucas begitu ramah. Quita bertanya dalam hati, siapa gadis cantik ini. Gadis itu tanpa ragu duduk disebelah Lucas.

" Kenalkan Wannie...ini Quita dan Queen...ini Wannie temanku." Quita segera menjabat tangan gadis yang menatapnya seolah tidak suka.

" Terima kasih kau mengajakku ke Montreal." Suara manja Wannie membuat Quita risih.

" Aku tidak mengajakmu, kau yang bilang ada pemotretan disana. Aku sebagai teman hanya menawarkan tumpangan."

Lucas seolah meluruskan maksud ucapan Wannie. Quita mulai tidak nyaman. Apalagi Wannie terlihat mendominasi obrolan dengan Lucas. Quita merasa kesal.

" Aku permisi ke Toilet." Ucapnya dengan nada sedikit ketus.

Tanpa menunggu jawaban Quita meninggalkan mereka. Lucas yang melihat perubahan diwajah Quita segera menyusul. Dia menunggu di depan Toilet. Setelah hampir lima menit menunggu dia melihat Quita keluar dari sana.

" Ada apa." Tanyanya sambil menarik tangan Quita untuk duduk di kursi yang tersedia di dekat toilet.

" Maksudmu.." Quita mengerutkan alisnya.

" Aku melihat perubahan diwajahmu. Kau terlihat tidak nyaman dengan kehadiran Wannie... what's wrong baby."

" Nothing. Don't mention it."

" No baby. Ini jadi masalah untukku. Apa kau cemburu." Mata Lucas menatapnya dengan sedikit menyipit.

" No.." ketus Quita.

Lucas jadi gemas. Dia memajukan dirinya. Memutus jarak diantara mereka. Badannya sedikit membungkuk menyamakan dengan gadis didepannya. Bibirnya melumat bibir manis dihadapannya. Quita tidak siap dan tidak mampu menolak. Dia hanya pasrah dan menikmatinya.

" Balas ciumanku baby. Aku tahu kau mulai menerimaku " suara Lucas terdengar serak.

Quita tidak menolak. Dia mengikuti permainan bibir Lucas yang membuatnya terbuai. Dia melupakan aturan keluarganya yang melarangnya berciuman. Quita tidak bisa menolak. Quita menikmatinya. Lalu ciuman itu harus terhenti karena panggilan di ponsel yang mengatakan bahwa pesawatnya sudah siap.

Dengan bergandengan tangan mereka menuju ke tempat pesawat Lucas menunggu. Sudah ada Wannie dan Garry disana. Wannie terlihat tidak suka melihat Lucas yang datang dengan menggandeng Quita. Lucas menyadarinya, dia melirik gadisnya yang juga menatap Wannie dengan tatapan sinis. Lucas tersenyum ke arah Garry yang membalasnya dengan menaikkan alisnya.

" Aku pergi dulu baby. Wait for me, okay."

Lucas mencium lama kening gadisnya. Wannie memalingkan mukanya. Quita tersenyum manis melepas Lucas. Wannie terlihat hendak menggandeng tangan Lucas, tapi pria itu menepisnya.

" Tunggu..." suara Quita yang sedikit berteriak mengurungkan niat Lucas untuk menaiki tangga pesawat. Garry dan Wannie ikut menolehkan kepalanya.

" Aku ikut."

Quita berlari menghambur ke pelukan Lucas. Pria itu tersenyum senang. Dia segera memeluk gadisnya.

" Aku tidak mau memberi kesempatan dia untuk berdekatan denganmu." Ucapnya sinis.

Lucas tersenyum mendengarnya. Segera dia menggendong gadisnya untuk masuk ke pesawat. Hatinya begitu berbunga. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top