8
"Ariana... my lady...Bangunlah!"
Ariana terbangun Dalam keadaan terkejut mendengar suara Ezra tampak panik dan tergesa. Ia melihat keadaan di luar jendela yang masih gelap. "Ada apa, Ezra?"tanyanya mulai panik.
"Kau harus segera menemui Yang Mulia Raja. Beliau menunggumu. Ini mengenai Caleb..."
Ariana merasa jantungnya berhenti berdetak. Ia segera berganti pakaian dan berlari menuju ruang tahta. Prajurit yang menjaga segera membukakan pintu. Ariana melihat raja dan ratu duduk di kursi tahta. Raja Edward tampak sedang menenangkan sang ratu yang sedang menangis.
Melihat ratu menangis, membuat Ariana lemah dan lunglai. Ia melangkah dengan tubuh gemetar. "Apa yang terjadi? Apa terjadi sesuatu pada Caleb?"
"Caleb terluka tapi ia baik. Pasukannya saat ini sedang menuju kemari dan mungkin akan tiba dalam waktu dua hari.."
Ariana membekap mulutnya. "Apa...Apa ia...Terluka parah?"
"Tidak, Ariana. Kau tak perlu cemas. Ia akan sembuh dan kembali sehat serta kuat seperti sebelumnya.."
Ariana hanya bisa mengangguk dan menangis. Ratu turun dari kursi dan mendekati Ariana. Memeluk serta menenangkan gadis itu dengan lembut.
--------
Dua hari berikutnya baik Ezra maupun Leah terus menemani Ariana. Gadis itu tampak lebih pendiam. Ia menjadi lebih kurus karena sering tidak menghabiskan makannya. Menjadi lebih pucat karena tiap malam tak bisa tidur menanti kedatangan Caleb. Selama dua hari ia hanya mengurung diri di kamarnya.
"Ariana..."
Gadis yang dipanggil menoleh. Wajahnya tampak lelah dan tertekan akan rasa cemasnya.
"Pasukan Caleb sudah memasuki istana."ujar Ezra pelan.
Kabar itu membuat mata Ariana melebar. Ia segera berdiri dan berlari menuju luar istana. Air mata menetes jatuh. Rasa cemas sekaligus lega melanda dirinya. Kakinya terus berlari melewati tangga dan lorong hingga tiba di pintu depan istana yang sudah di buka oleh prajurit. Ia melihat sekelompok ksatria berkuda melaju ke arahnya dan di belakang mereka terdapat sebuah kereta kecil. Ariana menduga Caleb berada dalam kereta tersebut, langsung berlari ke arah belakang tidak mempedulikan tatapan para ksatria.
"Caleb!!"teriak Ariana membuka pintu kereta dan melihat pria berambut coklat berbaring di dalam dengan selimut kumal. Air matanya mengenang.
"My lady, jangan masuk. Yang Mulia pangeran terluka di bagian lengan dan perutnya!"ujar seorang ksatria menahan bahu Ariana saat melihat gadis itu hendak masuk.
Ariana menoleh. "Apa?! Apakah lukanya sangat parah? Apa ia belum siuman?"isaknya melihat Caleb yang seperti masih tertidur.
"Pangeran sudah siuman tapi kondisinya masih lemah dan masih harus banyak rehat. Aku akan segera membawanya ke kamar."
Ariana hanya bisa melihat dalam diam saat pria tersebut membopong tubuh Caleb di bantu pria lainnya. Lalu ia mengikuti mereka berjalan masuk ke kamar Caleb. Pria tersebut membaringkan Caleb dan Ariana mendekat ke tepi ranjang. Wajah Caleb tampak pucat dan kusam karena keringat serta debu. Ariana menyentuh tangan Caleb. "Caleb...."panggilnya.
"Saya akan memanggil tabib untuk memeriksa pangeran.."ujar pria yang membawa Caleb seraya undur diri.
Ariana terus menemani Caleb hingga tabib datang bersama ratu. Ia menyingkir agar tabib bisa memeriksa keadaan Caleb. Setelah beberapa lama, tabib menghadap ratu seraya berkata, "Lukanya cukup parah tapi ia sudah diobati dengan baik. Kita hanya bisa menunggu hingga ia siuman, Yang Mulia.."
"Baiklah, aku mengerti."sahut sang ratu.
Tabib pamit undur diri setelah memastikan perban Caleb di ganti. Ariana kembali mendekat. Ia mengulurkan tangan membelai poni ikal Caleb dan mengusap kepalanya. Caleb tampak seperti hanya tidur, dengan perban membalut perut dan lengannya.
"Caleb..."gumam Ariana menggenggam tangannya. "Kumohon cepatlah bangun. Apa kau tidak ingin melihat aku?"
Ratu Victoria yang memperhatikan dari belakang merasa terharu. Ia mengusap matanya yang basah lalu memutuskan untuk memberi waktu pada ke anak muda tersebut.
Ariana terus berjaga di sisi Caleb. Mengabaikan istirahat serta makan siangnya hingga Leah memaksa dirinya untuk makan. Dan Ariana mengunyah santap siangnya dengan tak bersemangat. Selesai makan ia kembali ke sisi Caleb. Terus berjaga seraya memegang tangannya.
"Caleb, bangunlah, gara-gara aku...kau jadi terluka.."isak Ariana. Ia terus terisak hingga rasa lelah menguasai dirinya dan tertidur dengan kepala terkulai di tepi ranjang Caleb.
------
"Bangunlah, cantik..."
Ariana membuka mata perlahan. Merasa mendengar suara yang telah begitu ia rindukan. Gadis itu mendongakkan kepala dan melihat Caleb yang sudah bangun dengan senyum khasnya. Ariana terkejut. Ia segera beranjak bangun dan duduk di tepi ranjang. Menatap Caleb dengan bahagia. "Caleb! Kau sudah siuman, syukurlah..."ujarnya lega.
"Hai, Ariana. Aku sangat merindukanmu...."
"Oh Caleb...."isak Ariana membekap mulutnya tak percaya.
Caleb mengulurkan tangan, menyentuh dan menghapus air mata di wajah Ariana. "Jangan menangis, aku baik saja..."
Ariana tersenyum seraya membungkuk memeluk Caleb. Detik berikutnya ia segera bangun, lupa akan luka Caleb. "Maaf, apakah aku membuat kau sakit?"
"Tidak. Ini hanya luka biasa yang akan segera sembuh. Jangan kau cemaskan. Boleh kau bantu aku minum? Leherku kering..."ujar Caleb dengan serak.
"Oh maaf, aku lupa."sahut Ariana merona. Merasa malu karena bahagia melihat Caleb dan lupa memberikannya air. Ia membantu Caleb duduk dan mendekatkan gelas berisi air pada mulut Caleb. "Pelan-pelan..."gumamnya kemudian kembali membaringkan Caleb.
"Tidurlah, Caleb.."
"Kau juga harus rehat. Kau terlihat lelah."
"Aku tak apa, bukankah aku baru saja tidur?!"ujar Ariana tertawa.
Caleb tersenyum dan ia menutup mata, mencoba untuk tidur kembali. Ariana berdiri ketika melihat Caleb sudah tertidur pulas. Ia duduk di bangku samping ranjang dan membaca buku. Begitu larut dalam bacaannya hingga tanpa sadar ia pun tertidur akibat rasa lelah dan kurang tidur selama tiga hari sebelumnya.
-------
"Kenapa Yang Mulia membiarkan lady Ariana tidur di ranjang dan Anda di bangku?!"tegur sang pelayan.
"Aku yang memindahkan dia ke ranjang dan ia tak tahu itu. Sekarang diamlah. Ia sedang tidur dan aku tak mau ia terbangun karena suaramu!"desis Caleb.
"Tapi, Yang Mulia...Anda tidak sedang dalam kondisi yang kuat untuk mengendongnya, juga tidur di sofa!"
Ariana bergerak dalam tidurnya karena mendengar suara. Ia menyadari sedang berbaring di atas ranjang yang empuk dan hangat. Matanya terbuka lebar dan ia beranjak duduk, melihat seorang pelayan dan Caleb menatapnya.
"Kenapa aku berada di ranjang?!"tanya Ariana dengan kaget. Ia menatap Caleb yang hanya terdiam dengan senyum miringnya. "Kau...apa kau yang memindahkan aku ke sini?!"
"Tidurmu sangat pulas, kau pasti lelah..."
"Oh Caleb, kenapa kau melakukan hal itu? Bagaimana jika lukamu terbuka lagi?!!"seru Ariana bangun dan mendekati Caleb. Menyuruh pria itu untuk kembali berbaring di ranjangnya.
"Aku baik saja..."
Ariana menatapnya dengan tajam. Ia menoleh pada pelayan dan berkata, "Tolong bawakan sarapan kemari."
"Baik, my lady."sahut pelayan tersebut membungkukkan Badan dan berjalan keluar
Tak lama kemudian pelayan datang membawakan sarapan bagi mereka berdua. Ariana membantu mengganti perban dan mengobati luka Caleb setelah pria itu selesai sarapan. Dan ia menyuruhnya untuk rehat kembali.
"Apa kau senang aku kembali?"
"Tentu saja aku senang, Caleb. Kenapa kau menanyakan hal aneh seperti itu?"
Caleb tersenyum. "Aku berhasil membunuhnya. Ia tak akan mengganggumu lagi."
Ariana hanya terdiam menunduk. "Kalau saja aku tak datang kemari, tentu saat ini kau tak akan terluka.."
"Jangan berkata demikian,"ujar Caleb menggenggam tangan Ariana. "Kau masih ingat pria yang pernah mengganggumu tempo hari saat aku latihan?"
"Ya, sepertinya aku tidak melihatnya saat kalian tiba.."
"Ia meninggal, Ariana. Pria itu memegang janjinya untuk menjagaku..."
"Oh...."pekik Ariana terkejut akan kabar sedih yang disampaikan oleh Caleb.
"Aku telah gagal sebagai pemimpinnya..."gumam Caleb lirih.
"Caleb, itu bukan salahmu, aku yakin kau sudah memimpin pasukanmu dengan baik.."ujar Ariana menyentuh wajahnya. "Tidurlah kembali agar kau cepat sembuh."
"Maukah kau bernyanyi untukku?"
Ariana membelalakkan matanya dan tampak heran. "Apa?!"ujarnya seraya tertawa.
Caleb membalas dengan seringainya. "Aku yakin suaramu pasti bagus. Ayolah, demi aku agar bisa istirahat dengan tenang."
"Oh Caleb.."ucap Ariana tertawa. "Baiklah, aku akan menyanyikan lagu yang selalu dinyanyikan nenekku saat aku masih kecil..."
Caleb mengangguk. Ariana tersenyum lalu ia mulai melantunkan lagu pengantar tidur yang selalu dinyanyikan sang nenek. Suara merdu mengalun memenuhi kamar Caleb. Ariana terus bernyanyi hingga Caleb menutup matanya. Dan ia baru berhenti setelah yakin pria itu sudah terlelap.
Ariana menaruh tangan Caleb dan menyelimutinya. Lalu ia bergerak duduk di sofa dan memutuskan untuk mengisi waktunya dengan membaca buku kembali.
Beberapa menit berlalu ketika pintu terbuka menampakkan seorang pelayan membawa nampan berisi teko the, cangkir serta kue. Dengan Leah yang berjalan di belakang pelayan tersebut. Leah segera mendekati sofa di mana Ariana sedang duduk sementara pelayan menaruh nampan di meja dan pamit undur diri. Leah menatap Caleb yang tertidur, lalu ia menoleh pada Ariana dengan senyum anehnya.
"Ada apa?"tanya Ariana bingung.
"Kau membuatnya tidur?"tanya Leah dengan senyumnya
"Hm...iya.."sahut Ariana. "Kenapa kau menanyakannya?"
Leah tertawa. "Oh aku tak percaya. Caleb termasuk pria yang susah tidur bila ditemani. Dan kenyataan kau bisa menemaninya tidur membuatku kaget.."
"Aku menyuruhnya tidur tapi ia...ia memintaku menyanyi untuknya.."
"Dan kau bernyanyi untuknya?!"ujar Leah dengan mimik wajah tak percaya
Ariana mengangguk dengan wajah terasa panas. "Dan hal itu berhasil membuatnya tidur? Wow...ajaib.."
Suara Ariana dan Leah membangunkan Caleb. "Ada apa?"tanya Caleb mengangkat kepalanya.
"Ah maaf Caleb, aku pasti telah membangunkan kau..."
Caleb tersenyum. "Tidak apa. Kulihat kalian sudah akrab.."
"Yah... Ariana gadis yang menyenangkan...bukan begitu, Caleb?!"ujar Leah tersenyum.
Ariana hanya menunduk malu dan Caleb tertawa. Sepanjang sisa hari itu mereka menghabiskan waktu bersama. Berbincang mengenai segala hal hingga menjelang malam. Dan malam ini ratu Victoria meminta Ariana agar beristirahat di kamarnya. Ariana keberatan tapi ia mengikuti perintah sang ratu.
To be continue....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top