5

Ariana terbangun dalam pelukan Caleb keesokan paginya. Mereka terus duduk dengan berbalutkan selimut menatap langit malam hingga tanpa sadar tertidur. Ariana mendongak menatap wajah Caleb yang tertidur dan tak berani banyak bergerak, tak ingin membangunkan Caleb. Ia menatap wajah Caleb yang tertidur. Suara kicauan burung di atas pohon membangunkan Caleb. Perlahan ia membuka mata dan menatap Ariana.

"Selamat pagi.."gumam Caleb tersenyum.

"Selamat pagi."sahut Ariana.

"Kurasa sebaiknya kita segera kembali sebelum ada yang menyadari bahwa kita tidak ada di kamar..."ucap Caleb seraya duduk.

Caleb membereskan Keranjang, berdiri dan membantu Ariana bangun. Lalu mereka berjalan kembali menuju istana. Prajurit yang menjaga membukakan pintu bagi mereka, dan Ariana bersyukur akan hal itu. Caleb mengecup dahi Ariana sebelum mereka berpisah. Ariana segera berlari menuju kamarnya, tak ingin ketahuan oleh Ezra bahwa ia tidak ada di kamarnya. Ariana menarik napas lega ketika melihat kamarnya yang kosong. Ia segera mengganti baju dan masuk ke dalam selimutnya.

Tak lama kemudian Ezra membuka pintu kamarnya dan duduk di ujung ranjang dengan wajah seriusnya. Ariana mendongak dengan ragu, berpikir apakah ia tahu sesuatu.  "Hai...."

Ezra memberikan seringai aneh pada wajahnya. "Di mana kau semalam? Tepatnya, ke mana saja kau seharian kemarin?"

"Hmmm...."

"Dengan pangeran..."bisik Ezra tersenyum.
Wajah Ariana memerah dan ia menutupnya dengan selimut. Ezra tertawa. "Tenang saja, rahasiamu aman. Bangunlah, aku akan membantumu berpakaian..."

Ariana beranjak bangun. Membiarkan Ezra membantu ia mengenakan gaun biru lembut dan mengepang rapi rambutnya. Ariana berjalan menuju ruang makan dan sarapan bersama Ezra. Duduk di tempat yang sama tanpa memperhatikan orang lain. Selesai sarapan, Ezra pamit untuk mengerjakan hal lain sementara Ariana berjalan sendiri seraya berpikir apa yang hendak ia lakukan ketika seseorang menyapanya.

"Selamat pagi, my lady..."

Ariana menoleh dan tersenyum melihat Caleb berdiri di belakangnya. "Selamat pagi, Yang Mulia.."Sahut Ariana sedikit membungkukkan badannya.

Caleb tersenyum, membuat dada Ariana berdebar. Ia mendekat dan berkata, "Apakah kau mau menemaniku berlatih kembali?"

"Dengan senang hati."

Caleb kembali tersenyum dengan sukacita. Ia menyodorkan lengan dan di sambut oleh Ariana. Mereka berjalan menuju lapangan. Ariana menunggu Caleb berganti pakaian. Ia mengambilkan sebilah pedang untuk Caleb lalu duduk di bangku di bawah pohon rindang. Ariana memperhatikan Caleb yang berlatih bersama ksatria lainnya. Latihan hari ini diikuti lebih banyak pria. Beberapa ada yang berlatih memanah di sudut lapangan, sementara yang lainnya melatih kemampuan berpedang.

"Selamat pagi, my lady..."ujar seorang pria yang berdiri di sebelah Ariana.

Ariana menoleh, melihat seorang pria dan menduga ia salah satu ksatria. "Selamat pagi,"sahutnya seraya kembali mengamati lapangan kembali. Mengabaikan pria tersebut. Ia dapat merasakan pria itu mendekat dan duduk di sampingnya.

"Aku tak pernah melihat kau sebelumnya..."ujar pria itu seraya terus memandangi Ariana.

Ariana bergerak gelisah. "Ya, aku baru saja tinggal di sini. Permisi..."sahut Ariana beranjak berdiri.

"Hei tunggu. Apa kau tidak menyadari kecantikanmu?"tanya pria itu menahan tangan Ariana.

Ariana terkejut dengan tindakan orang asing itu. Ia melihat mata hitam pria yang berkilat genit. Mengingatkannya pada Sir James dan membuatnya muak. "Tolong lepaskan tangan saya..."

"Ayolah. Kita belum berkenalan. Aku ingin lebih mengenalmu, my lady.."

"Tolong, lepaskan!"

Pria itu berdiri dan memeluk pinggang Ariana hingga bertabrakan dengan dadanya. Ariana mencoba melawan seraya berteriak, "Lepaskan aku!!"

"Diam!"ujar pria itu mencoba menyeret badan Ariana.

Lalu semua terjadi begitu cepat dan mendadak. Ariana merasakan sesuatu menarik punggungnya hingga ia terjatuh di tanah. Ariana menoleh dan melihat Caleb berdiri di hadapan pria asing tadi dengan wajah garang. Tangannya mengacungkan sebilah pedang di leher pria jahat tadi seraya berkata dengan tegas, "Jangan sentuh dia atau kau akan berhadapan denganku!"

Pria itu menyeringai. Ia mengangkat tangannya. "Wow wow...Tenang, Caleb. Aku tak tahu bila wanita ini adalah kekasihmu."

"Dan sekarang kau sudah tahu bukan?!"

"Baiklah. Aku akan pergi dan tak akan mengganggunya lagi."

Caleb menoleh pada Ariana, membantunya berdiri. "Kau baik saja?"

Ariana mengangguk. Ia baru melihat sikap Caleb tadi dan merasakan desir senang mengetahui Caleb melindungi dirinya. "Aku...Kurasa aku hanya kaget..."ujarnya meraih tangan Caleb dan berdiri.

"Kalian kembalilah berlatih!"seru Caleb pada para pria yang menatap mereka dari tepi lapangan. Lalu ia menoleh pada Ariana lagi. "Bagaimana jika kita bersiap makan siang? Latihanku sudah cukup."

"Benarkah? Jika kau masih mau berlatih, tidak apa. Kurasa aku akan baik saja.."

Caleb menggeleng. "Tidak. Ayo..."ujarnya seraya menarik tangan Ariana. Ia berganti pakaian sementara Ariana menunggu di luar. Dan ketika Caleb sudah selesai, mereka berjalan menuju ruang makan dan duduk seraya menunggu raja dan ratu datang bergabung.

Tak lama raja dan ratu datang. Duduk di tempat biasa. Para pelayan segera menyiapkan santapan untuk makan siang dan mereka pun mulai menikmati hidangan tersebut.

"Ariana, apakah kau sangat menantikan pesta ball-mu?"tanya Ratu dengan lembut.

"Hm..Kurasa aku tidak terlalu bersemangat seperti gadis lainnya.."

"Oh kau tak perlu cemas. Kau pasti akan menikmatinya."sahut Ratu tersenyum.

"Ya."ujar Ariana melirik sang raja yang dari tadi hanya diam dan murung.

"Ayah, apa kau baik-baik saja?"tanya Caleb yang juga menyadari keheningan ayahnya.

"Ya, aku baik saja. Hanya ada masalah..."ujarnya menarik napas dan wajahnya tampak lelah.

"Ada apa, Ayah?"

Raja Edward terdiam beberapa saat sebelum berkata, "Pria itu...Sir James..."

Terdengar suara garpu jatuh ke lantai menimbulkan suara nyaring. Semua orang menoleh dan melihat Ariana yang tampak pucat dan terkejut. Ia menatap raja dengan panik.

"Ia datang mengacau bersama beberapa orang. Mengajak orang lain untuk memberontak dan melawan istana. Aku yakin ia mengincarmu, Caleb. Karena kau telah membuat ia terusir dari sini."

Caleb, Ariana juga ratu menatap Edward dengan terdiam. Lalu mendadak Caleb berdiri. "Aku akan menyiapkan pasukan dan menghadapi serta mengakhiri semua ini!"

"Tidak, jangan pergi! Kau bisa terluka!"pekik Ariana panik.

Caleb menoleh dan memegang lengan Ariana. "Aku harus pergi untuk memastikan keselamatanmu. Aku tak ingin dia mengganggumu lagi...."

"Kumohon... jangan pergi..."pinta Ariana terisak.

"Aku akan kembali dengan cepat, Ariana."ujar Caleb memeluk Ariana. Lalu ia menoleh pada ayahnya yang terdiam. Merasa tak tega karena anaknya harus pergi meninggalkan Ariana. "Aku akan segera pergi besok pagi."

  To be continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top