I. Rosella Vi Schneiderlin
"Yang Mulia, mohon pikirkan kembali..." Reyn menundukkan kepalanya hingga rambut panjangnya menjuntai.
Sang Ratu yang sedang meninjau dokumen diatas mejanya terdiam dan menolehkan kepala. Iris mata violetnya menatap sekretaris Kerajaan Schneiden dihadapannya dengan datar.
"Kau yang paling mengerti keadaanku, Reyn." Tangan kanannya melepas kacamata baca, kemudian meletakkannya diatas tumpukan dokumen.
Reyn mendongak, menatap wajah cantik Queen Rose, Ratu muda Kerajaan Schneiden. Reyn masih diam, ia tahu Ratu nya belum selesai berbicara.
"Reyn, aku tak memiliki bakat apapun selain sihir pesona ini. Menurutmu bagaimana aku bisa mempertahankan kekuasaan?"
"Yang Mulia, anda tahu bahwa anda memiliki pilihan lain." Reyn menjawab mirip seperti pernyataan para pejabat Kerajaan yang lain.
"Membosankan. Kau sama saja dengan mereka." Rose memutar bola matanya malas.
"Yang Mulia... Jangan seperti ini~" Reyn merengek persis seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen oleh ibunya.
"... " Rose memandang sekretaris nya dengan wajah heran.
Ayolah, kenapa dia merengek seperti anak-anak begitu? Menjijikkan sekali.
Begitulah kira-kira isi hatinya.
Jangan heran, Rosella Vi Schneiderlin adalah Ratu yang terkenal akan pesonanya sejak kecil. Sejak debutnya didunia sosial namanya sangat terkenal. Dikarenakan wajahnya yang cantik dan pesonanya yang mematikan ia benar-benar seperti namanya.
Rose yang berarti mawar berduri. Ia dikenal dengan wanita yang sangat menjaga martabatnya. Elegan juga anggun. Dia tidak begitu dingin, namun bisa kejam bila seseorang melukai harga dirinya.
Rose terkenal sebagai wanita yang banyak menolak lamaran yang datang untuknya. Beberapa kali ia menolak dengan tegas tawaran untuk menjadi pendamping ataupun selir.
Yah, dia tidak menolak jika ada pria tampan yang bersedia menjadi penghangat ranjangnya. Namun, bukan untuk urusan romantisme karena bagi Rose itu adalah hal yang tidak nyata.
Cinta, sesuatu yang paling ia tidak percaya didunia ini.
Beberapa kali ia mendapatkan surat cinta, namun Rose dengan kejamnya membuang semuanya di perapian.
Rose tidak tahu bahwa banyak pria yang rela menukar nyawanya hanya untuk melihat dia bahagia.
Rose tidak mengerti bahwa cinta adalah hal yang paling membahagiakan didunia. Karena ibunya mendidiknya begitu kejam, hingga ia tumbuh menjadi gadis yang sama sekali tidak pernah merasakan cinta yang sebenarnya.
🤍🤍🤍
Rose merapikan gaun tidurnya. Malam ini ia ingin sendiri. Meskipun beberapa malam yang lalu, seorang pria salah satu dari Ksatria nya menawarkan dirinya untuk menjadi objek pelampiasan nafsunya tapi ia menolak.
Bukan berarti ia tidak suka, pria itu cukup tampan. Tapi Rose sama sekali tidak menginginkannya. Rose memang bukan wanita yang suci. Ia beberapa kali melakukan hubungan seksual dengan pria tapi bukan pria sembarangan yang ia pilih.
Rose punya kriteria tersendiri untuk pria yang menjadi penghangat ranjangnya.
Suara ketukan pintu kamar membuat Rose menoleh. Baru saja, ia ingin istirahat.
Seingatku, aku sudah meminta para dayang untuk tidak ada yang menggangguku malam ini. Lalu siapa?
Tanya Rose dalam hati.
Dia membuka pintu kamarnya. Tampak Reyn menunduk hormat, kemudian memejamkan matanya. Sepertinya ia tahu bahwa Ratu nya tengah memakai gaun tidur yang menampakkan belahan dada.
"Kau rupanya tuan sekretaris." suara serak milik Sang Ratu membuat Reyn menelan ludahnya.
Tuan sekretaris? Mati aku! Ratu benar-benar marah.
Reyn berkeringat dingin.
"Maafkan saya, Yang Mulia. Saya tidak bermaksud mengganggu istirahat anda. Namun, ada hal mendesak yang harus saya sampaikan." Reyn kembali menundukkan kepalanya.
Baru kali ini ia melihat raut wajah dingin Ratu. Cukup membuatnya takut dan panik. Lima tahun menjadi ajudan Rose membuatnya sangat mengerti bahwa Ratunya sama sekali tidak suka diganggu ketika malam hari.
Reyn adalah salah satu pria yang bisa menahan godaan sihir pesona milik Queen Rose. Meskipun beberapa kali Reyn hampir terperosok kedalam lubang bernama nafsu. Yah, dia pria normal yang menyukai wanita. Namun, pria berambut panjang serta berkaca mata itu cukup tahu diri.
"Masuklah," Rose membuka pintu kamarnya mempersilahkan Reyn masuk.
"Eh?" untuk beberapa saat Reyn terkejut.
Baru kali ini, Ratu memperbolehkan dirinya masuk ke kamar pribadinya. Apa ini hal yang bagus atau sebaliknya?
🤍🤍🤍
"Jadi, Putra Mahkota mengirimkan surat lamaran resmi kepadaku?"
Rose merapatkan mantelnya, menutupi gaun tidurnya. Ia tidak begitu menyukai pakaian yang menampakkan belahan dadanya apalagi ketika ia berhadapan dengan para pria.
"Benar, Yang Mulia." Reyn menyerahkan sepucuk surat berstempel Kekaisaran Mayden.
Rose menerima surat itu kemudian membukanya.
"Rupanya dia sama sekali tidak sabar. Malam sudah larut tapi dia tetap mengirimkan suratnya." Rose memejamkan matanya, terlintas di ingatannya seorang pria berambut hitam dengan paras yang cukup tampan yah, jika orang lain berkata dia sangat tampan tapi baginya itu bukanlah apa-apa.
Reyn menatap Ratunya dengan pikiran yang berkecamuk. Matanya tak bisa berhenti menatap Rose yang mengenakan gaun tidur dibalut mantel tipisnya. Ia pria yang normal, tentu saja.
"Apa anda akan menerimanya Yang Mulia?"
"Entahlah, aku sama sekali tidak pernah berpikir ingin menjadi istri seorang Kaisar. Kau tahu, aku tak akan melepaskan tahtaku. Tidak untuk siapapun."
"Saya mengerti Yang Mulia. Namun, bila anda menolaknya itu akan menjadi pernyataan perang. Kerajaan kita tidak akan bisa menang melawan Kekaisaran."
Rose membuka matanya. "Aku tahu. Tapi dia sama sekali bukan tipeku. Dan kami tidak akan pernah bisa bersatu."
Reyn mengernyitkan dahinya. "Tidak akan pernah bisa bersatu?"
"Sekali melihatnya, aku langsung tahu. Sifat kami terlalu mirip. Kami tidak akan bisa akur."
Reyn mengangguk mengerti. Ia tahu persis siapa Putra Mahkota Kekaisaran itu.
Benar juga, Ratu dan Putra Mahkota Kekaisaran. Siapapun tahu mereka sama-sama memiliki pesona yang mematikan. Bila diibaratkan sebagai binatang maka yang paling cocok menggambar mereka adalah singa. Singa betina Sang Ratu. Dan singa jantan, Putra Mahkota Kekaisaran Mayden, Leonard.
"Aku ingin sekali menolaknya, tapi para pejabat Kerajaan pasti akan berisik bila mengetahui hal ini. Dan rakyatku juga... Ah, sungguh melelahkan. " suara pelan milik Rose sarat akan keletihan.
Reyn yang mendengar hal itu pun, berpikir keras. Sejujurnya ia sama sekali tidak suka dengan Leonard, ia beberapa kali mendengar rumor bahwa Putra Mahkota Kekaisaran suka mempermainkan perasaan wanita. Tapi melihat dia sampai mengirim surat lamaran resmi untuk Ratunya berarti Leonard benar-benar menginginkan Rose untuk menjadi pendampingnya.
"Yang Mulia, sepertinya Putra Mahkota telah mendengar berita mengenai anda yang mencari sword master."
"Hmm...aku kira itu tidak ada hubungannya."
Reyn menegakkan punggungnya. "Awalnya saya berpikir juga begitu, tapi sepertinya Putra Mahkota yakin anda akan menerima lamarannya karena ia mengetahui keberadaan sword master."
"Astaga, apakah dia berpikir aku akan melakukan pertukaran dengannya? Menukar diriku dengan informasi itu? Hahahaha... sesuai yang diharapkan dari seorang Putra Mahkota." Rose tertawa keras, matanya menajam memikirkan liciknya Leonard.
"Yang Mulia... Anda baik-baik saja?"
Reyn cukup ngeri melihat raut wajah cantik Rose yang tampak seperti seseorang yang ingin balas dendam. Tak terbayangkan. Baru kali ini ia melihat Ratunya berekspresi seperti itu.
Leonard Van Dersine, kau sama sekali tidak tahu siapa diriku.
Aku, Rosella Vi Schneiderlin tidak akan pernah merendahkan diriku dihadapan siapapun.
Ujar Rose dalam hati seraya menatap tajam surat lamaran dalam genggamannya.
Jangan lupa vote n komennya ya 🤍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top