9
Sejak pertemuan dan perintah Daniel mengenai bantuan Desa Welyn, istana terlihat lebih sibuk. Joseph bersama anggota dewan mulai mencari bantuan. Mereka membuat pengumuman untuk di sebar di desa terdekat, meminta bantuan pada para penduduk. Mencoba mengetuk pintu hati warga ya untuk membantu sesama mereka. Sementara yang lain mencoba mencari para penyembuh, bahan makanan, pakaian serta obat-obatan.
Joseph meminta semua barang yang datang ke istana untuk bantuan desa di taruh di dalam ballroom. Para pelayan pun mulai sibuk menerima sumbangan dari penduduk kerajaan Daniel. Mereka berjalan hilir mudik dari pintu depan hingga ke ballroom membawakan berbagai macam barang. Entah itu pakaian, selimut, makanan atau obat. Dalam waktu cepat ballroom istana pun penuh.
Kereta kuda disiapkan untuk membawakan bantuan. Berikut kuda untuk Daniel, Lily dan Joseph yang akan ikut mengantar. Para prajurit dikerahkan untuk mengawal iringan tersebut. Hari itu istana sungguh sibuk. Tak ada satupun yang bisa bersantai. Pelayan sibuk membantu Joseph serta menyiapkan kepergian Raja dan Ratu mereka. Prajurit mengangkat semua barang dan menaruh ke dalam kereta kuda. Ketika selesai, pintu kereta di tutup dan di kunci demi keamanan.
"Semua sudah siap, kak."ujar Joseph saat melihat Daniel dan Lily berjalan keluar.
Daniel melihat iringan banyak kereta kuda di hadapannya. Sementara Lily menatap dengan mata melebar. Kereta kuda berisi bantuan begitu banyak hingga Lily tak bisa menghitungnya. Iringan di hadapannya sungguh panjang.
"Semua kereta kuda itu hasil sumbangan dari para penduduk?"tanya Lily merasa terharu.
"Ya, Yang Mulia. Banyak warga yang merasa bersimpati dan segera mengirimkan bantuan untuk desa Welyn."
"Oh betapa baiknya mereka."sahut Lily.
"Kuda kalian sudah siap jika ingin pergi sekarang."ujar Joseph.
"Baiklah! Lebih baik kita berangkat sekarang. Semakin cepat lebih baik."ujar Daniel. Ia ingin cepat tiba di desa Welyn dan kembali ke istana. Berita mengenai pelaku penculikan Lily membuatnya cemas. Ia nyaris tak bisa tidur nyenyak semalam.
Lily menyusupkan tangan pada lengan Daniel. Lalu mereka menuruni tangga. Daniel membantu Lily naik ke punggung kudanya. Lalu ia pun mendekati kuda lain yang berdiri di samping Star dan naik ke atasnya. Sementara Joseph berkuda di belakang mereka.
Daniel menolehkan kepala ke belakang. Melihat pasukannya yang sudah siap. Joseph mengangguk padanya. Daniel mengangkat tangannya dan berseru agar iringan mereka segera melaju. Prajurit dan ksatria yang berkuda paling depan untuk melindungi raja serta ratu memacu kudanya. Diikuti oleh kuda lainnya hingga akhirnya kuda Lily ikut melangkah.
Iringan panjang pun mulai berjalan keluar istana. Melewati padang serta pedesaan. Ketika iringan istana melewati desa pertama, para penduduk pun berhamburan keluar rumah atau menghentikan apapun kegiatan mereka untuk menyambut pasukan istana. Mereka berdiri di tepi jalan. Melambaikan tangan serta melempar bunga kepada sang raja dan ratu. Sementara para prajurit berjaga di sisi jalan. Lily yang masih tak terbiasa dengan segala perhatian itu hanya bisa mengangguk tersenyum dengan wajah merona malu.
Pasukan terus berjalan hingga tengah hari dan melewati hutan kecil sebelum mencapai desa Welyn. Tertutupnya desa Welyn karena hutan menyebabkan pihak istana terlambat mengetahui kejadian malang itu. Beberapa meter sebelum mencapai desa Welyn tanah terlihat masih segar. Tapi semakin dekat dengan desa, perlahan tanah tampak kering serta pecah-pecah.
Semakin dekat dengan desa semakin memprihatinkan keadaan di sana. Rumah mereka tampak sederhana dan kotor dengan beberapa bagian rusak. Pakaian para penduduk begitu kumal. Wajah mereka pucat. Yang tampak masih kuat segera menatap kedatangan pasukan istana dengan rasa ingin tahu. Sementara yang lainnya hanya duduk dengan lemah.
"Oh Daniel...."gumam Lily merasa sedih.
Daniel pun ikut memandang kondisi desa di hadapannya. Ia juga merasa pedih. Bagaimana bisa salah satu wilayahnya mengalami bencana seperti ini, batinnya. Dan ia nyaris terlambat mengetahuinya. Jika ayahnya tahu, Daniel yakin hatinya juga akan merasa pedih. Daniel merasa gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai raja.
Mereka tiba di tengah desa dan berhenti. Lily turun di bantu oleh Daniel. Kedatangan mereka begitu beda di sini. Tak ada yang menyambut dengan sukacita. Tak ada lemparan bunga serta seruan para penduduk. Hanya ada kesunyian dengan tatapan lemah para penduduk desa Welyn.
Daniel memerintah prajuritnya untuk mulai menurunkan barang bantuan ketika ia melihat Lily melangkah mendekati seorang anak kecil. Pelayan di sisinya membantu membawa kendi kecil berisi air. Setelah menyampaikan perintahnya, ia memperhatikan Lily yang berlutut di depan anak kecil itu. Dengan lembut wanita itu menyentuh wajah sang anak. Sang pelayan mengeluarkan secarik kain lalu membasahinya dan memberikan pada Lily. Lily mengusap wajah anak itu dengan lap basah. Perlahan Daniel tersenyum kecil.
"Ia akan menjadi ratu yang di sayangi."
Daniel menoleh pada Joseph yang juga sedang memandangi Lily. "Ya. Ratu yang cantik dan di kenang."
"Desa ini sungguh memprihatinkan."ujar Joseph.
"Apa aku bisa menemui kepala desanya?"tanya Daniel. "Aku ingin bicara dengannya mengenai keadaan mereka."
"Sayang sekali, kak. Kita terlambat. Kepala desa telah meninggal kemarin malam karena penyakitnya."
"Oh tidak..."gumam Daniel. "Karena itukah semua orang di sini hanya bisa berdiam diri? Kenapa mereka tak ada yang datang kepada kita?!"
"Mungkin mereka takut. Lebih baik saat ini kita fokus untuk perbaikan desa ini. Mungkin kita bisa membuat saluran air dari sungai dekat hutan itu."usul Joseph.
"Kau benar. Tak ada gunanya kita bersedih hati. Apa kau bisa membantuku dalam hal saluran air itu?"
Joseph tersenyum. "Aku selalu siap membantumu, kak."
"Terima kasih, adikku. Entah apa jadinya jika tak ada dirimu."
Joseph hanya mengangguk lalu ia pergi bersama prajurit untuk melihat lokasi sungai. Sementara Daniel membantu prajurit lainnya menyalurkan bantuan dan para penyembuh mulai memeriksa keadaan penduduk desa.
Desa Welyn yang semula sunyi kini menjadi ramai dengan kedatangan pihak istana. Banyak orang hilir mudik membawa barang ataupun obat. Terdengar suara pasukan istana yang berjalan serta berbicara. Sementara warga desa hanya bisa melihat. Mereka Sudah menyadari bantuan telah datang tapi terlalu lemah untuk membantu. Hampir sebagian penduduknya menderita penyakit akibat kelaparan.
"Bagaimana keadaan mereka?"tanya Daniel pada salah satu penyembuh.
"Sebagian menderita cukup parah, Yang Mulia. Jika kita terlambat mungkin mereka tak dapat diselamatkan lagi."
"Kau harus menyembuhkan mereka."
"Ya, Yang Mulia. Saya sedang menyiapkan ramuan obat bagi mereka."
"Apa kau keberatan jika aku memintamu tinggal sementara di sini hingga mereka sembuh?"
"Tentu saja tidak. Ini sudah menjadi tugasku sebagai penyembuh. Dan saya merasa sedih dengan keadaan desa ini. Saya siap tinggal di sini untuk merawat penduduk desa Welyn."
Daniel tersenyum. "Terima kasih. Aku akan meminta prajurit mendirikan tenda. Aku juga akan meninggalkan beberapa prajurit untuk membantu kalian di sini."
"Terima kasih, Yang Mulia."
Daniel mengangguk lalu ia pergi untuk memeriksa keadaan di sisi lain. Ia melihat penyembuh lainnya yang sedang mengobati pasien. Ada juga yang merebus ramuan obat. Daniel berharap penduduk desa Welyn bisa berangsur pulih dan normal lagi seperti sebelumnya.
Lalu ia melihat pelayan Lily tampak berdiri dengan bingung. Gadis itu panik melihat sekelilingnya. Daniel mengerutkan dahi. Kenapa ia sendirian? Ke mana Lily, tanyanya, bukankah seharusnya ia bersama Lily? Wajah pelayan yang pucat itu membuat jantungnya berdebar cepat. Entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang tak beres. Ia pun bergegas mendekati sang pelayan.
"Mia, di mana Yang Mulia Ratu?!"tanya Daniel.
Pelayan yang dipanggil Mia menoleh dengan kaget. Menatap rajanya yang berdiri di hadapannya. Seketika wajahnya langsung pucat.
"Mia?!"
Sang pelayan tak berani menatap rajanya. Berdiri diam dengan tangan bergetar hebat. Wajahnya nyaris menangis.
"Mia, ke mana majikanmu? Bukankah seharusnya kau mendampinginya sesuai perintahku?!"tanya Daniel dengan suara keras dan mulai tak sabar. Ingin rasanya ia menguncang tubuhnya. Tapi Daniel tahu perbuatannya hanya akan membuat Mia semakin takut dan ia tak mungkin melakukan hal tersebut sebagai raja, apalagi di tempat umum seperti ini.
"Y...Yang Mulia....maafkan aku...aku...."
Jantung Daniel serasa mencelos. Ia memegang ke dua bahu Mia, menyebabkan gadis itu semakin gemetar ketakutan. Ia bisa mendengar Mia mulai menangis. "Katakan, Mia!"
"Yang Mulia Ratu.....Yang Mulia Ratu pergi membantu mencari daun untuk ramuan obat....Yang Mulia Ratu pergi ke hutan dan memintaku tetap membantu di sini....tapi....tapi Yang Mulia sudah lama tak kembali....aku..."Mia berhenti bicara dan mulai menangis. Ia sangat ketakutan. Ia tahu sudah melalaikan tugasnya. Ia yakin raja akan marah dan menghukumnya.
"Apa?! Kau membiarkannya pergi sendirian?!"seru Daniel. Beberapa orang mulai memperhatikan mereka. Tapi Daniel tak peduli. Rasa takut dan panik mulai melanda dirinya.
"Ma...maafkan aku...."
Daniel melepaskan pegangannya lalu berlari menuju kudanya. Ia lari seperti kesetanan. Menyambar tali pelana kuda lalu menaikinya dan segera memacu kudanya ke arah hutan.
"Kak, apa yang terjadi?!!!"teriak Joseph keheranan melihat sikap kakaknya.
"Aku harus mencari Lily! Ia pergi sendiri ke hutan!!"seru Daniel sambil masih memacu kudanya.
"Apa?!"sahut Joseph masih terperangah melihat kakaknya yang memacu kencang kudanya memasuki hutan. Ia menoleh pada ksatria di sisinya. "Aku akan mengikutinya!"
"Ijinkan saya ikut dengan anda."ujar ksatria tersebut.
Joseph hanya bisa mengangguk. Ia tak ingin membuang waktu. Pria itu pun segera lari menuju kudanya dan naik ke atas punggung hewan berkaki empat tersebut. Lalu memacu kudanya untuk mengikuti Daniel.
Mereka pun berkuda menyusul Daniel. Para penduduk serta prajurit lainnya hanya bisa memandangi mereka bertiga dengan heran dan bertanya-tanya. Ada apa gerangan? Kenapa raja mereka berkuda seperti itu? Dan kenapa Joseph yang bertindak sebagai pemimpin mereka juga pergi? Lalu bagaimana dengan misi yang sedang mereka kerjakan kini? Salah satu ksatria mendekat dan menenangkan pasukannya. Meminta mereka untuk kembali bekerja.
———
Sementara itu di hutan
Lily berjalan melalui semak-semak yang lebat. Matanya mencari tumbuhan yang dibutuhkan para penyembuh untuk warga desa Welyn. Ia sungguh merasa prihatin dengan kejadian yang menimpa desa tersebut. Lily tahu ia telah melanggar perintah suaminya. Seharusnya ia di dampingi oleh pelayan atau prajurit tapi Lily bersikeras untuk mencarinya sendiri. Lily meminta mereka tetap membantu di desa.
Lily sempat ragu ketika harus memasuki hutan lebih jauh saat tahu di bagian luar hutan tak ditemukan tumbuhan itu. Lily tak mengenal hutan di depannya. Ia memandangi deretan pohon lebat dengan semak belukar. Semakin dalam tampak semakin gelap. Ia mempertimbangkan apakah sebaiknya meminta bantuan prajurit?
Ia menguatkan tekadnya dan melangkah maju. Perlahan Lily memasuki hutan lebih dalam. Terdengar suara kicauan burung serta gemerisik daun tertiup angin. Lily tersenyum kecil melihat seekor tupai melompat di atas pohon. Lalu ia kembali memperhatikan sekitarnya. Lily kembali berjalan mengitari hutan hingga tanpa sadar ia semakin dalam masuk ke dalam hutan. Yang ada dalam pikirannya hanyalah menemukan tumbuhan obat.
Beberapa lama kemudian di bawah sebuah pohon besar ia melihat tumbuhan yang dibutuhkan. Lily pun segera bergegas ke arah semak itu. Ia berlutut lalu mulai memotong tumbuhan hijau dan memasukkannya ke dalam keranjang. Di bagian itu ia melihat banyak tumbuhan obat. Lily pun sibuk mengambilnya. Berpindah dari semak yang satu ke tempat lainnya. Memenuhi keranjang dengan tumbuhan obat tersebut.
"Syukurlah aku menemukan banyak tumbuhan obat ini. Dengan demikian penduduk desa pasti cepat sembuh."gumam Lily tersenyum sambil terus memotong daun berwarna hijau tersebut.
Di bagian lain hutan
"Lily!!!"raung Daniel. Ia takut. Sungguh takut akan kehilangan Lily. Ia tak ingin Lily kembali di culik lagi. Tidak, aku harus menemukan Lily, batinnya. Berharap Lily hanya tersesat atau terlalu sibuk mencari tumbuhan itu hingga lupa. Tapi ia tetap takut bagaimana jika ada yang mengincar dan membuntuti Lily sejak tadi lalu melihat kesempatan wanita itu hanya sendirian berjalan ke dalam hutan.
Daniel terus melihat sekelilingnya. Memacu kudanya ke kiri dan kanan hutan. Dari belakang ia bisa mendengar Joseph ikut membantunya mencari Lily. Tapi ia tak berhenti untuk menunggu adiknya. Daniel terus memandangi setiap sudut hutan. Mencari sosok Lily.
"Lily, ke mana kau pergi?!"ujar Daniel panik. Ia menarik tali pelana kuda dan mengarahkan ke bagian dalam hutan. Memacu kudanya sambil sesekali berhenti untuk menemukan sosok Lily.
Daniel terus memacu kudanya melewati deretan hutan lebat. Ia bisa mendengar suara burung serta tupai tapi tak ada waktu baginya untuk menikmati keindahan hutan kecil ini. Lalu di sebuah bagian hutan ia melihat sesosok wanita mengenakan gaun berwarna hijau lembut sedang berlutut. Rambut coklat madunya tergerai panjang di punggungnya.
"Lily!!"seru Daniel menarik tali dan mengarahkan kudanya ke tempat Lily berada.
Lily menoleh mendengar suara yang ia kenal. "Daniel!"sahutnya berdiri seraya melambaikan tangan.
Daniel menghentikan kudanya. Ia langsung turun lalu berlari mendekati Lily dan tanpa pikir panjang segera memeluknya. Hatinya terasa lega melihatnya baik-baik saja. "Lily, syukurlah kau baik saja! Aku sangat cemas saat tahu kau masuk ke hutan sendirian!"
Lily merasa sulit bernapas karena pelukan Daniel begitu erat. "Ada apa, Daniel? Apa terjadi sesuatu?"tanyanya heran melihat sikap Daniel. Suaminya tampak ketakutan. Membuatnya terpikir apakah terjadi sesuatu di desa?!
Daniel terdiam. Tak mungkin ia mengatakan alasan kecemasannya saat tahu Lily pergi tanpa pengawal.
"Kenapa kau pergi sendirian?! Kenapa kau tidak didampingi prajurit? Bukankah aku sudah mengatakannya padamu."
"Oh maafkan aku, Daniel. Para penyembuh membutuhkan tumbuhan ini sebagai obat. Aku sendiri yang meminta pergi sendirian agar pelayan dan prajurit itu bisa membantu di desa."
"Kau bisa meminta prajurit lain untuk mencarinya."
"Tapi aku ingin melakukan sesuatu untuk membantu desa Welyn."
Daniel kembali menarik napas. Lily memang keras kepala tapi setidaknya istrinya baik saja saat ini, batinnya. "Kumohon, jangan lakukan ini lagi. Terlalu berbahaya bagimu untuk pergi sendiri."
"Baiklah. Maafkan aku."
"Kakak! Lily!"seru Joseph yang baru menemukan lokasi mereka menghampiri dengan kudanya. Ia tampak lega karena kakaknya menemukan Lily.
"Oh Joseph."gumam Lily saat Joseph sudah berdiri di hadapan mereka. "Apa kau juga mencari aku?"
"Ya. Aku ingin membantu kakakku yang panik."sahut Joseph meringis seraya mengedipkan mata pada Daniel. "Michael pun membantuku."sambungnya menoleh ke belakang kepada ksatria yang juga baru saja tiba di tempat mereka berdiri.
"Yang Mulia."sapa Michael seraya membungkuk.
"Oh maafkan aku. Aku sudah merepotkan kalian semua...."ujar Lily merasa tak enak.
"Sudahlah. Yang penting kau baik saja."tukas Joseph.
"Dan kumohon jangan ulangi lagi, Lily. Ke manapun kau pergi harus ada yang mendampingimu."pinta Daniel.
"Ya. Maafkan aku."gumam Lily dengan wajah merona.
Daniel melirik keranjang yang sudah penuh terisi tumbuhan obat di tanah. "Kulihat kau sudah banyak mengumpulkan bahan ramuan ini. Kita harus segera kembali ke desa."ujarnya.
"Biarkan saya yang membawa keranjang ini, Yang Mulia."
"Terima kasih."sahut Lily tersenyum yang di balas dengan anggukan sang ksatria.
"Kau akan berkuda denganku."ujar Daniel.
Lily hanya mengangguk. Ia mengikuti Daniel ke arah kuda hitamnya. Naik ke atas punggung kuda dan diikuti oleh Daniel yang duduk di belakangnya. Mereka pun segera melaju kembali ke desa. Melewati pepohonan lebat dengan semak-semaknya. Hanya ada suara angin serta hewan hutan saat mereka melintas.
Lily masih tak dapat melupakan wajah Daniel saat menemukan dirinya tadi. Suaminya tampak pucat lalu berangsur hilang seiring semakin dekatnya jarak mereka. Pria itu langsung turun dan memeluknya sangat erat. Seakan ia takut kehilangannya.
Lily merasa jantungnya berdebar merasakan dada bidang serta liat milik Daniel yang menempel pada punggungnya. Sementara lengan kekarnya memegang tali pelana dan satunya lagi memeluk pinggang Lily. Hembusan napas Daniel terasa di leher belakangnya. Memberi sensasi mengelitiki dalam dirinya.
Perasaan ini, batinnya, sama seperti yang kualami saat berkuda dengan Thomas dulu. Apakah itu berarti aku mulai menyukai Daniel....
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top