11
"Selamat malam, Daniel...."sapa Lily saat melihat suaminya masuk ke dalam ruang tidur mereka.
"Selamat malam."gumam Daniel. "Kau belum tidur?"
"Belum."sahut Lily. Aku menunggumu, gumamnya dalam hati. Ia merasa cemas dengan Daniel dan perasaan sedih yang masih dirasakannya membuatnya sulit untuk tidur. Lily memperhatikan Daniel yang terlihat lelah. Bagian bawah matanya menggelap karena kurang istirahat.
"Apa kau membutuhkan sesuatu?"tanya Lily saat Daniel duduk di sofa dan menyandarkan kepala seraya mendesah.
"Tidak. Terima kasih, Lily."ujar Daniel sambil menutup mata.
Lily merasa hubungan mereka seperti bukan suami istri. Pembicaraan mereka begitu formal. Membuat ia canggung. Terpikir olehnya untuk membuatkan secangkir teh hangat untuk Daniel. Ia pun mendekati meja. Mulai meramu minuman yang selalu ia buat jika sedang gundah. Aroma teh bercampur tanaman herbal menguar di ruang tidur. Lily tersenyum kecil mencium wangi tehnya.
Daniel mencium aroma itu dan membuka mata. Ia melihat Lily sedang berdiri di meja, membelakangi dirinya. "Apa yang kau buat?"tanyanya penasaran.
Lily membalikkan badan lalu melangkah mendekati Daniel dengan cangkir di tangannya. Daniel terpana menatap Lily. Langkahnya yang anggun, sinar bulan yang menyeruak masuk melalui sela tirai yang terbuka, serta cahaya lilin yang remang membuat Lily terlihat seperti malaikat. Daniel menelan ludah melihat siluet tubuh Lily dari gaun tidur putih tipisnya. Ia merasa sulit untuk bernapas seiring semakin dekatnya jarak mereka. Daniel hanya terdiam melihat Lily duduk di sampingnya.
"Minumlah. Kau akan merasa lebih baik."gumam Lily.
Daniel menunduk dan melihat cangkir di tangan Lily. Ia mengambil dengan gugup. Jarinya sempat bersentuhan dengan tangan halus Lily. "Terima kasih."gumamnya seraya mendekatkan cangkir dan meminumnya. "Rasanya sangat enak."
"Aku selalu meminumnya di saat aku merasa lelah."
"Terima kasih kau sudah membuatkannya untukku."
Lily mengangguk tersenyum. Mereka pun kembali diam. Daniel duduk sambil sesekali menghirup tehnya. Sementara Lily hanya duduk diam. Suasana hening saat ini terasa mencekik baginya. Lily ingin memecah kesunyian ini tapi ia tak tahu harus berkata apa.
Daniel menoleh menatap Lily. Begitu pula dengan wanita itu. Tatapan mata mereka bertemu dan tak seorangpun mencoba melepaskan mata mereka. Ada kehangatan dalam diri Daniel yang membuatnya ingin mendekati wajah Lily.
Hangat....itulah yang dirasakan Daniel saat menyentuh wajah wanita di depannya. Perlahan ia mendekat. Berhenti sesaat untuk melihat reaksi Lily yanb hanya terdiam. Lalu dengan lembut Daniel menempelkan bibirnya pada Lily dan ia merasakan getaran yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Ke dua bibir anak manusia itu pun menari seirama desiran dalam tubuh mereka. Terdengar desahan napas Lily. Membuat Daniel semakin tak ingin melepaskan kecupannya. Daniel semakin terdorong untuk lebih menikmati kehangatan bibir Lily.
"Daniel...."gumam Lily. Ia merasa asing dengan sensasi yang terasa dalam dirinya. Serasa ada yang menggelitiki bagian dalam perutnya. Seharusnya ia menghentikan tindakan Daniel tapi entah kenapa ia tak ingin itu terjadi.
Daniel merengkuh tubuh Lily. Menariknya lebih dekat sementara bibir mereka saling bertautan. Daniel bisa mendengar desahan napas Lily. Daniel menyentuh tengkuk Lily dan semakin memperdalam ciuman mereka.
Bagi Lily, ini adalah ciuman pertamanya. Belum pernah ia merasakan sesuatu yang indah seperti saat ini. Ia mencengkeram bahu Daniel saat pria itu mencium dagu dan turun ke lehernya. Lily mengerang pelan.
Daniel melepaskan ciumannya. Menatap wajah Lily yang merona merah dan matanya sayu. Sama seperti Daniel yang sudah tak bisa menahan diri. Lily memandangi Daniel dengan bingung, sesuatu dalam dirinya menginginkan Daniel terus memeluk dan mengecupnya. Pria itu mengusap bibir Lily yang sudah bengkak dan merah akibat ciumannya. Napas Lily masih memburu, seperti yang ia alami.
Lily terpekik kaget saat mendadak Daniel membopong tubuhnya. Membawanya mendekat ke tempat tidur. Daniel membaringkan Lily dengan lembut dan perlahan. Ia menumpukan ke dua tangan di atas tubuh Lily. Menatap intens pada manik hijau Lily lalu turun memandangi tubuh Lily.
Jantung Lily berdebar keras. Ia tahu ini saatnya. Lily merasa gugup. Ia merasa canggung melihat mata Daniel menelusuri tubuhnya dari balik gaun tidur tipis yang ia pakai.
"Kau sungguh cantik...."gumam Daniel dengan suara parau. Perlahan ia menurunkan tubuhnya. Menindih tubuh Lily dan kembali menciuminya.
———
Pagi telah tiba. Burung mulai berkicau sambil mengepakkan sayapnya terbang melintasi langit biru cerah. Dari kejauhan terdengar suara hewan serta penduduk yang mulai melakukan aktivitasnya. Sinar matahari menyeruak masuk melalui sela tirai.
Lily sudah terbangun sejak tadi. Ia berbaring miring melihat Daniel yang masih tertidur. Ia merapatkan selimut pada tubuhnya ketika merasakan angin pagi membelai tubuh polosnya. Ia masih bisa mengingat kejadian malam tadi. Daniel telah menyempurnakan pernikahan mereka, batinnya. Pengalaman yang pertama baginya.
Lily bergerak perlahan tak ingin membangunkan Daniel. Ia mengerang pelan merasakan bagian bawah tubuhnya yang masih perih. Jeritan lirihnya membangunkan Daniel. Pengalaman Daniel dalam berperang membuat ia terbiasa bangun saat mendengar suara sekecil apapun.
Daniel beranjak duduk dan memegang lengan Lily. "Ada apa?!"
Lily kembali terpekik kaget. Selimutnya jatuh menampakkan bagian atas tubuhnya yang masih polos. "Oh tidak...."gumamnya dengan wajah merah padam dan bergegas menutupinya kembali.
"Kenapa kau berteriak?"tanya Daniel.
"Oh aku...aku tak apa...hanya..."sahut Lily gugup.
"Apa tadi malam aku menyakitimu?"
"Tidak...sama sekali tidak..."ujar Lily menatap Daniel yang meringis padanya. Membuat ia semakin menunduk malu.
Daniel mengulurkan tangan menyentuh tangan Lily. Wanita itu sempat terperanjat dan menatap dengan mata melebar. Ia melihat suaminya tersenyum lembut padanya.
"Maaf aku pasti telah membangunkanmu."gumam Lily.
"Tidak apa. Maaf aku juga sudah membuatmu kaget. Aku memang terbiasa tidur dalam keadaan waspada. Terutama sejak aku ikut berperang bersama Ayah dulu. Kau tak akan bisa tidur pulas sementara di luar sana terjadi pertarungan. Inilah resiko menjadi seorang raja. Aku harus menjaga diri terhadap serangan musuh. Juga menjagamu."ujar Daniel menatap Lily.
"Daniel..."gumam Lily. "Kau pasti akan menjadi raja yang baik. Semua rakyat akan hormat dan sayang padamu."
"Terima kasih, Lily. Kuharap aku bisa seperti ayahku."
"Pasti. Kau pasti bisa."sahut Lily.
Daniel menggenggam tangan Lily dengan ke dua tangannya. Menatapnya dengan pandangan penuh cinta. "Lily..."gumamnya. "Aku mencintaimu. Sejak aku melihatmu, aku sudah jatuh cinta padamu."
Lily mendengarkan dengan mata terbelalak lebar. Jantungnya berdebar begitu kencang. Ia bisa merasakan wajahnya panas.
"Kau tahu? Aku sudah sangat lama menantikan malam tadi. Sejak kita menikah, aku selalu menahan diri. Aku merasa kau belum siap. Karena itulah aku menundanya. Tapi, apa tadi malam kau terpaksa melakukannya bersamaku?"tanya Daniel.
Lily terdiam.
"Aku tak ingin kau melakukannya karena paksaan. Jika kau memang merasa aku sudah berbuat curang, aku sungguh minta maaf karena tak bisa menahan diri. Aku janji tak akan melakukannya lagi. Mungkin akan lebih baik jika kita tidur di ruangan yang terpisah..."
"Jangan...."sahut Lily keras membuat Daniel terkejut dan menatapnya. Lily menunduk dengan pipi terasa panas.
"Apa katamu?"
"Jangan lakukan niatmu itu. Aku....aku ingin lebih dekat denganmu. Aku ingin kita bisa seperti orang tuamu. Atau orang tuaku. Aku ingin kita membina keluarga. Aku tahu ini sulit tapi aku akan mencoba membuka perasaanku padamu...."gumam Lily dengan wajah semakin merah padam. Ia tak berani menatap Daniel.
Daniel tersenyum mendengar perkataan Lily. Ia begitu bahagia hingga rasanya ingin berteriak kencang. Lily ingin hidup bersamanya. Ia tahu Lily pasti belum bisa melupakan Thomas, tapi setidaknya saat ini Lily mau mencoba hubungan mereka menjadi lebih dekat.
"Benarkah?"tanya Daniel tak percaya. Lily hanya bisa mengangguk. Daniel kembali tersenyum lebar dan meraih tangan Lily. "Lily, terima kasih. Aku sangat bahagia. Aku janji tak akan mengecewakanmu."
Lily mendongak dan menatap Daniel dengan wajah merona malu. Ia tersenyum mengangguk. Mereka saling bertatapan sambil berpegangan tangan. Daniel mendekat dan mengecup kening Lily. Lalu ia merangkulnya seraya bersandar di bantal. Menikmati pagi yang cerah sambil berbincang ringan. Membicarakan apa yang mereka sukai serta impian mereka.
Tbc
Asik Lily makin mesra sm Daniel 😆😆😆😆
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top