pdkt Rafif dan hal yang membingungkan
"ini benar bukan rumahnya ya??" Nabila bingung melihat rumah yang ada di depannya ini.
"Pencet aja deh" Nabila memencet bel yang ada di samping Pintu.
Sementara itu di dalam rumah...
"Aihh..siapa sih yang buka bel? Gak tau lagi tidur apa ya?" Gerutu Rafif.
Rafif berjalan keluar dari kamar dan menuruni tangga.
Saat sudah di tangga terakhir, Rafif melihat Queen yang tengah berlari kearah nya.
"Fiff.." panggilnya.
"HM.." Dehem Rafif.
Rafif malas berkomentar karena dia baru saja bangun dari tidur nya.
"Si Nabila..di depan, jadi elo aja yang buka pintunya" seru Queen kesenangan.
Seketika Rafif langsung bersemangat ketika Mendengar nama NABILA.
" Bener Lo? Gak tipu-tipu kan?" tanya Rafif.
Queen berdecak.
"CK! Ya engga lah! Udah buruan sana..gue mau buatin minuman" Titah queen.
"Assiaaapp bosss" Rafif berlari menuju pintu.
Rafif membuka pintu rumah, dan terlihat lah Nabila yang tengah memandang Rafif kikuk.
"Eh? Gue..gue salah rumah ya?" Tanya Nabila dengan wajahnya yang polos.
"Enggak? Lo gak salah rumah! Lo nyari Queen kan?" tanya Rafif balik.
Sebagai jawaban Nabila mengangguk polos.
Dia benar mau mencari Queen, tapi kenapa Rafif yang muncul?
"Masuk-masuk" Ajak Rafif.
Nabila mengangguk lalu mengikuti Rafif dari belakang.
Ia melihat ke sekeliling rumah.
Barang-barang yang ada di dalam semuanya terbuat dari kayu Pinus, dan Nabila juga banyak melihat ukiran-ukiran yang bertuliskan "KELUARGANYA PINUS" di samping ukiran itu terdapat foto Queen, Rafif , dan beberapa orang yang Nabila kenal, tidak terlalu kenal, hanya sekedar tau saja.
Nabila mengerti.
Jadi Rafif itu saudara Queen? Dia kok baru tau ya?
"Jadi Lo Saudara sama Queen?" tanya Nabila.
"Yaps.." jawab Rafif.
Saat ini mereka berdua sudah ada di ruang tengah, Rafif mempersilahkan Nabila untuk duduk.
Dan Nabila mengikuti perkataan Rafif, dia duduk di sofa.
"Queen mana?" tanya Nabila.
Baru Rafif mau menjawab, suara melengking sudah terdengar di penjuru ruangan.
"DISINI TEMAAANN" pekik QUEEN
Rafif dan Nabila menutup telinga mereka karena suara Queen yang menggelegar itu.
"Ya ampun Queen, jangan teriak-teriak, buat malu aja" Desis Rafif.
Queen meletakkan nampan yang berisi makanan dan minuman di meja, lalu dia duduk di samping Nabila.
"Woles aee kali.. Si Nabila juga udah biasa kok, yakan Bil?" ucap Queen meminta pendapat.
Nabila mengagguk dan tersenyum.
"Iya, udah biasa kok" Ucap Nabila.
"Serah deh.." Rafif merasa kalah.
"Yaudah, kita mulai langsung aja ya Queen" Ucap Nabila.
"Okee" Queen mengacungkan jempol nya.
Queen dan Nabila berdiskusi tentang warna bendera apa yang akan di kenakan pada 17-an nanti, dan corak seperti apa yang akan mereka gunakan.
Rafif juga berada di sana, dia mendengarkan sekaligus memainkan handphone nya sambil sesekali melirik ke Nabila.
"Aihh...muka nya baby face gitu, gimana gak suka coba?" Batin Rafif.
"Ekhem...kayaknya dari tadi ada yang curi-curi pandangan nih..." Goda Queen, queen melirik Rafif yang tengah membuang muka karena malu.
"Siapa Queen?" Tanya Nabila.
"Ini loh Nabila... De..mmphhttt..."
Belum sempat Queen melanjutkan kata-katanya, Rafif sudah berlari kearah Queen dan membekap mulut queen dengan tangannya.
Queen berontak, dia memukul-mukul dada Rafif dari belakang.
Sampai akhirnya Queen menggigit telapak tangan Rafif,barulah bekapan itu terlepas.
"Njirr...sakit bangett" Pekik Rafif.
"Salah Lo lah?! Suruh siapa bekap gue ha?!" Ucap Queen garang.
Nabila hanya memperhatikan dua saudara yang tengah berdebat itu.
Diam-diam Nabila terkikik melihat wajah kesal Rafif.
Rafif melirik ke Nabila yang tengah terkikik itu.
"Sialan Lo Queen" Desis Rafif.
"Apa? Apa? Gak salah dengar ini gue? Gue? Sialan?? Owh..oke...oke Fine!!" Ucap Queen.
"Eeehhh... iya-iya, gak salah Lo kok, ini semua salah si Zesya" ucap Rafif.
Zesya yang berada di anak tangga terakhir mendengar kata-kata Rafif yang menyalahkannya, seketika Zesya melongo.
"Salah gue apa?" Tanya Zesya dengan wajah polosnya.
Rafif, Nabila, dan Queen melihat ke tangga.
"Eehh..Ng..nggak, becanda aja kok gue" ucap Rafif, kemudian dia tersenyum paksa
"Ng.. Queen, udah hampir Maghrib nih, gue mau balik deh" Ucap Nabila, Nabila kini sudah berdiri.
Queen, Zesya, dan Rafif sama-sama menoleh ke Nabila.
"Yaudah, anterin gih sana FIF" Titah Queen.
Rafif yang mendengar itu langsung tersenyum semangat.
"Ayo deh ayoo" Rafif langsung menarik tangan Nabila lembut untuk keluar.
"Queen, itu tadi si Rafif kan?" tanya Zesya dengan pandangan heran.
Queen mengangguk.
"Iya, emang kenapa?" tanya Queen.
"Gue baru liat Rafif yang kayak bocah" Ucapnya.
Queen mengangguki setuju.
Memang Rafif terlihat seperti anak-anak ketika ada Nabila atau menyangkut tentang Nabila.
"Ya namanya Bucin, udah ah..gue mau ke kamar" Queen melewati Zesya kemudian menaiki tangga.
Zesya menepuk keningnya pelan, dia lupa.
Zesya kan tadi maksudnya mau ngambil air minum di kulkas.
*******
Queen melewati kamar Narayya yang sedikit terbuka, dia penasaran karena Kamar Narayya terbuka, queen pun memasuki kamar Narayya.
"Lah? Rame toh? Kenapa Narayya?" Tanya Queen, dia duduk di pinggir ranjang Narayya.
"Sakit dia" ucap Anandita, Anandita meletakkan handuk bekas Kompresan Narayya ke baskom yang ada di nakas.
"Lahhh?? Tadi di sekolah baik-baik aja?? Kena sawan Nar?" Canda Queen.
"Dia sakit Queen" tegur Zesya.
Bibir Queen menggerucut.
"Iya-iya, becanda doang" ucap Queen.
Queen penasaran dengan alat yang di pegang Zesya.
Seketika matanya membulat sempurna.
"Zesyaaaa?? Lo hamil??" Pekik Queen.
Zesya, Anandita, dan Narayya sama-sama menoleh ke Queen dengan kaget.
"Heh! Apaan? Gak ada" bantah Zesya.
"Lah, terus? Itu apa?" Tunjuk Queen pada benda yang di pegang Zesya.
"Bukannya tespeck ya?" Tanya Queen dengan wajah polosnya.
Tuk!
"Awww..." Queen meringis ketika kepalanya di getok dari belakang.
Queen berbalik ke belakang dan melihat Angkasa yang berdiri di belakangnya.
"Itu Termometer dodol, bukan tespeck" ucap Angkasa gemas.
Queen mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Owh...kirain tespeck" Queen menyengir.
"Sekolah di mana buk? Sampe gak bisa bedain tespeck sama Termometer?" Gemas Anandita.
"Sekolah dimana ya??" Queen terlihat berpikir.
"Tau ah Queen, Lo berisik banget, sakit nih kepala gue" Omel Naraya.
Queen memanyunkan bibirnya.
"Ihh...JAHADSS..." Ujar Queen dramatisik.
"Angkasa, bawa ini curut keluar daah..buat ribut aja" Titah Zesya.
Angkasa bergaya hormat.
"Siap Bosque..." Angkasa langsung menarik leher baju belakang Queen dan menggeret Queen keluar.
Queen meronta-ronta meminta di lepaskan, dan yang lainnya malah tertawa melihat penderitaan Queen.
"Angkasa Ogeb!! Lepassss...gue gak bisa nafassss" Pekik QUEEN.
Saat sudah di luar barulah Angkasa melepaskannya.
"Ish..sakit Bege!!" Dengus Queen, Queen membenarkan bajunya yang terangkat sedikit karena ulah Angkasa.
"Kampret lu" cibir Queen.
Angkasa terkikik.
"Jalan-jalan kuy Queen, dari pada Lo gangguin mereka" Ajak Angkasa.
Mendengar kata-kata jalan-jalan seketika mata Queen berbinar.
"Yang benerrrr??" tanya Queen excited.
"Iya bener" Angkasa mengangguk.
"Yaudah ayoo" Queen menarik tangan Angkasa, tapi Angkasa tetap tidak beranjak dari posisinya
Queen berhenti dan berbalik.
"Kenapa gak jalan sihh?? Ayo laahh" rengek Queen.
"Ganti baju dulu sana.. tipis banget baju Lo itu" Tunjuk Angkasa pada baju queen.
"Mager ah ganti-ganti" Rengek Queen.
Angkasa menghela nafas.
"Yaudah iya... Tapi ntar pake jaket gue ya?" ucap Angkasa lembut.
Ada saatnya Angkasa bersikap lembut kepada Queen, Angkasa itu sayang sama Queen, queen sendiri sudah dianggap seperti adik kandungnya, dari kecil Queen dan Angkasa memang selalu bersama-sama, apalagi sikap Queen yang masih seperti bocah itu, menambah keinginan Angkasa untuk melindungi Queen.
Saat mereka sudah dekat dengan pintu, Ali bertanya pada Angkasa.
"Kalian mau kemana?" tanya Ali.
"Keluar" Ucap Angkasa singkat.
"Mau ikut gak?" Tawar Queen.
"Emang boleh?" tanya Ali.
Baru Angkasa mau menjawab, Queen sudah menjawab duluan
"Boleh dooongg" seru Queen.
"Yaudah ayo deh, gue ikut" seru Ali juga.
Queen dan Ali berjalan duluan meninggalkan Angkasa yang tengah melongo.
"Perasaan gue yang ngajak, kok Queen pergi Luan sama Ali ya?" Gumamnya.
******
Saat ini mereka bertiga tengah menikmati jagung bakar yang berada di taman.
Taman ini setiap malamnya pasti sangat ramai, apalagi banyak pasangan anak muda yang berkunjung disini.
Namun apalah daya Queen, jika dia kesini saja dengan kedua sepupu nya.
"Nasib-nasib..." batin Queen.
"Kenyang nih gue, pulang yuk" ajak Ali.
Angkasa mengangguk, enggak untuk Queen, karena saat ini fokusnya hanya kedepan
Dimana di pandangan dia kali ini, Queen melihat Orang yang menembak nya tapi tidak di terima nya itu tengah duduk tertawa bersama dengan perempuan.
Dan..
Ntah mengapa Queen merasakan sakit pada hatinya.
"Gue suka dia??" Pikir Queen bingung.
Karena jujur, Queen bingung dan tidak mengerti dengan perasaan nya sendiri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top