Antara
Nabilla tersenyum lebar ketika kami bertemu di depan kelasku. Sudah hampir sebulan aku menghindarinya, tapi sepertinya Nabilla selalu punya cara untuk mencariku. Kuembuskan napas berat ketika jemari mungilnya menarikku ke arah kantin.
"Tebak apa?" katanya. Aku hanya mengangkat bahu sebagai jawaban. "Aku transfer ke kampusmu, jadi kita bisa sering-sering ketemu."
Belakangan ini, aku baru tahu Nabilla sejurusan denganku. Entah takdir sedang mempermainkanku, atau kami memang benar-benar berjodoh. Namun jika Nabilla pindah, itu artinya kami akan berbagi jadwal kuliah dan lain-lainnya. Lalu aku akan semakin sulit untuk bertemu Amira. Billa membaca raut wajahku.
"Jangan khawatir. Aku nggak akan beritahu siapa-siapa tentang kita," katanya. Sebuah pernyataan yang sangat basi sekali, mengingat beberapa temanku sudah sering menanyakan tentang keberadaan Billa ketika dia mengikutiku dulu.
"Aku nggak bisa, Billa," pungkasku cepat, ketika ia hendak menarikku lagi menuju pelataran parkir. Alis Nabilla terangkat. "Aku cinta Amira."
Ia terkikik geli, "Tapi kamu sayang aku."
Aku menatapnya marah, "Jangan bikin kesimpulan seenaknya."
Mata indah Nabilla membulat, "Lalu, kenapa kamu cuma bilang 'nggak bisa', dan bukannya nyuruh aku pergi?"
Lidahku kembali terpasung pada tempatnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top