Puzzle *01*
Title: Puzzle
Cast: Cnblue & Park Shinhye
Author: Reyalizta93
Pg: 15
Genre: Adventure, Mystery, etc
Cover: Eunhwa Art
Disclaemer!! Cerita ini murni sebuah imaginasi yang meluncur begitu saja dari otak saya, mohon dimaafkan jika ada kata-kata yang tidak masuk akal atau sulit untuk dipahami. Saya hanya Author pemula yang kurang luas wawasan serta kurang pengalaman.
Dont copy dont plagiat whitout permission!
Happy Reading ....
Semburat jingga di ufuk timur kini mulai sedikit demi sedikit meninggi di kaki langit. Burung-burung camar berterbangan dan berpindah dari ranting ke ranting. Korea saat ini sedang dalam musim panas. Langit cerah biru berawan sejauh mata memandang.
Jung Yonghwa dan beberapa calon anggota detekctive dari kepolisian Gangnam kini berjajar rapi di bawah hangatnya terik matahari. Menghadap kepada sang atasan untuk siap melaksanakan berbagai macam tes.
Pria itu terlihat merapikan pin nama di saku kirinya. Ia adalah satu dari sepuluh calon anggota kepolisian yang lolos dari tes tertulis beberapa minggu yang lalu.
"Dari 10 anggota yang lulus uji tes tertulis ini, hanya akan ada 3 orang yang diterima dan menjadi anggota resmi dan mendapat sertivikat kontrak selama 3 tahun. Jadi aku harap persiapkan diri kalian, jika kalian benar-benar bersungguh-sungguh dengan misi kalian." Ucap Tuan Kim Hyukjoo dengan lantang dan semangat yang berkobar-kobar. Dia adalah seseorang yang sudah 7 tahun menjabat menjadi kepala Detective yang terkenal tegas dan berwibawa.
"Tugas kalian adalah menguak beberapa kasus yang ada pada berkas yang ada pada map biru ini. Aku akan membaginya secara acak. Setiap anggota akan menyelesaikan satu kasus." Ia membagikan berkas tersebut secara acak.
"Kalian tidak boleh menukarnya dengan anggota yang lain, jika kalian tidak sanggup dengan kasus yang akan kalian tangani, kalian bisa mundur dari sekarang!" Suara Tuan Kim masih terdengar tegas dan menggema di halaman itu. Namun nada bicaranya terasa begitu dingin dan menusuk. Seolah itu sebuah pemecatan secara halus.
Hening. Hanya terasa sepoi-sepoi angin yang sejuk menerpa wajah, membuat anak rambut mereka berterbangan menyisih dari kening. Mereka tak satupun memprotes atau mencoba mundur dari tantangan yang diberikan.
"Baiklah, Jika kalian tidak ada pertanyaan kalian bisa langsung melakukanya lusa!"
Ke sepuluh anggota itu bubar semburat meninggalkan halaman.
Hanya tersisa Yonghwa yang kini duduk bersila di halaman tersebut. Pria itu menatap lamat-lamat lembaran kertas yang berada di depannya. Ini adalah kasus yang tak begitu rumit dipecahkan olehnya meski ia seseorang yang masih dalam tahap percobaan.
****
Cafe Highlight, dengan nuansa Korea era 90an. Beradu dengan musik jazz yang menggema di ruangan itu. Jung Yonghwa sudah tak betah mendengar music yang sama sekali tak bersahabat ditelinganya itu. Ingin segera ia enyah dari sini agar pekerjaanya cepat tuntas.
Bola matanya yang hitam jernih itu mengedar ke seluruh ruangan dengan penuh selidik. Sejauh ini belum ada gerak-gerik yang mencurigakan dari salah satu pengunjung cafe. Jika ini bukan tempat yang tepat maka ia akan segera beranjak.
Dari pintu masuk terlihat seorang wanita yang baru saja datang seorang diri. Balutan make up nya tampak tebal dan terkesan glamour. Usianya berkisar 35 tahun keatas. Ia hanya mengenakan tanktop cream dan juga rok sebatas lutut.
"Aku mencium sesuatu." Ucap Yonghwa dalam hati ketika wanita itu lewat sekilas di samping ia duduk. "Pil ekstasi." Yonghwa mempunyai indera penciuman yang cukup tajam. Sekalipun jika sesuatu tersebut hanya tertinggal jejak yang tak kasat mata.
Kini wanita itu duduk di pojok ruangan cafe. Wajah dan tubuhnya yang kurus dan kering menunjukkan tanda-tanda jika dia memanglah seorang pecandu.
Yonghwa memperbaiki posisi duduknya. Mencari sarana yang tepat untuk bisa meletakkkan kamera kecilnya. Inilah saatnya ia beraksi. Diletakkanya kamera kecil menyerupai ujung tutup bulpoint tersebut pada tanganya yang kini memakai gelang jam, tak lupa juga ia memasang earphone kecil tepat di telinga kirinya.
"Hey! Kapan kau akan tiba?" Wanita itu terlihat gelisah ketika sedang berbicara ditelepon. "Aku sudah menunggu, kau tau persediaan untukku sudah habis! Bukankah aku sudah membayarnya dimuka?"
Samar-samar, namun Yonghwa bisa mendengar kata-kata wanita itu meski bercampur dengan alunan music jazz yang cukup keras.
"Apa? Kau diluar negri?" Wanita itu mendengus sebal. "Aku tak mau tau, lusa kau harus membawa barang itu, biar aku yang menentukan tempat pertemuan!"
Telepon ditutup. Dibantingnya ponsel pintar diatas meja. Ia menuang alkohol kedalam gelas dan meminumnya hingga tandas. Membuat tenggorokanya basah oleh rasa minuman yang mungkin sudah bersahabat dengan organ tubuhnya.
Yonghwa berniat untuk menghampiri wanita itu. Tapi ia mencoba menahan diri. Sepertinya ia akan menguak dua kasus sekaligus jika ia lebih bersabar sedikit.
Beberapa menit kemudian wanita itu beranjak dari cafe. Kakinya berjalan dengan sempoyongan. Pandangan matanya bekunang-kunang hingga tubuhnya berkali-kali nyaris ambruk.
Yonghwa segera berdiri sebelum ia tertinggal jejak sang target.
****
Tempat tinggalnya terletak di Apartement Cheongdamdong di kamar nomor 706. Ia tinggal seorang diri. Usianya tepat seperti yang dikira-kira olehnya. 38 tahun. Ia adalah Nyonya Kim Minhwa. Seorang janda yang terkena depresi berat lantaran ditinggal meninggal oleh suaminya 10 tahun yang lalu ketika ia sedang mengandung. Kemudian ia keguguran karena stress yang tak kunjung hilang. Sejauh ini hanya itu yang bisa ia selidiki. Itupun ia dapatkan dengan cara mengintrogasi seorang yang juga sudah lama tinggal Apartement ini.
Malam semakin larut. Yonghwa memilih tidur di dalam mobil agar bisa terus mengintai gerak-gerik perempuan itu.
Pria itu terlihat lelah. Setelah meletakkan kepala di atas dashbor mobil, seketika matanya langsung terpejam. Kini sukmanya melayang ke alam mimpi.
*****
Taxi bernomor seri 298 itu melesat jauh meninggalkan Apartement Cheongdamdong. Itu adalah taxi online langganan yang ditumpangi oleh Minhwa. Yonghwa mengerjap dari tidurnya. Sadar mungkin ia sudah terlambat terbangun dari tidurnya.
Ia segera membanting setir. Memutar balik mobilnya dan melesat mengejar taxi yang membawa pergi seorang wanita di dalamnya. Ia benar-benar frustasi atas kecerobohanya itu. Semestinya ia terbangun lebih awal.
Jarak mobilnya cukup terpaut jauh. Ada beberapa truk besar memuat Ton tonan bahan pokok yang di ekspor dari luar kota. Yonghwa berkali kali mencoba mencari jalan disela-sela padatnya mobil. Menyalip serta meliuk-liukkan mobilnya agar bisa mendekati taxi tersebut.
Bandara Incheon Airport
Pagi menjelang siang bandara Incheon begitu padat oleh sambutan beberapa fansgirl maupun fanboy yang berteriak-teriak dengan pulangnya Boyband Exo yang baru saja pulang tour di Jepang dalam seminggu ini. (Author macet ide).
Mereka rela berdesak-desakan dan suaranya nyaris terkuras hanya memanggil satu persatu nama mereka yang nyatanya hanya membalas dengan lambaian tangan saja. Yonghwa bergidik geli. Ia bahkan tak pernah berkhayal untuk jadi seorang publik figur. Bukan itu yang ia cita-citakan.
Ramainya bandara membuatnya sulit mengawasi gerak-gerik Minhwa dengan Leluasa. Perempuan itu memakai kacamata hitam dan kerudung penutup kepala. Ia bukan akan pergi, terlihat dari tangannya yang hanya membawa tas kecil dan bukan sebuah koper. Tetapi wajahnya melukiskan kegelisahan. Ia duduk di bangku panjang. Berkali-kali menengok jam di tangan kirinya, seolah menunggu datangnya seseorang.
Dan tibalah seorang pria dengan jaket kulit hitam, masker penutup wajah dan juga kacamata hitam gelap bertengger di hidung mancungnya.
Hidden Camera siap siaga pada pergelangan tangan Yonghwa. Dengan jarak yang cukup dekat ia bisa jelas melihat keduanya berinteraksi. Pria itu menyerahkan sebuah kotak yang dibungkus dengan plastik. Tingkahnya sama sekali tak mencurigakan untuk orang sekitar. Tetapi tidak untuk Yonghwa yang sudah hampir 3 hari ini mengintai wanita itu.
*****
"Angkat tangan! Kalian telah dikepung!" Seru Polisi itu menodongkan pistolnya kepada Minhwa dan juga rekannya.
"Atas dasar apa aku harus ditahan?" Ucap Minhwa tak mengerti.
"Kalian ditangkap karena kasus pemakaian dan juga kasus penyelundupan narkoba!"
Kedua orang tersebut diam tak berkutik. Ingin mengelak percuma, saat pemeriksaan nanti akan ada tes urine yang mengungkap semuanya.
Mereka juga memeriksa isi kardus yang baru saja diterima oleh perempuan itu. Bukan apa-apa, itu hanyalah beberapa susu yogurt kemasan yang dijajar rapi didalam kardus tersebut.
"Ini hanya Susu yogurt Kemasan." Ucap polisi itu menatap Yonghwa. Yonghwa terperangah. Tidak mungkin ini hanya jajaran kemasan susu yogurt jika mereka melakukan interaksi secara sembunyi-sembunyi.
"Aku mencium sabu di dekat sini." Indera penciumannya kembali ikut terlibat. "Ada 20 kemasan yang berjajar di dalam sini, kita harus membuka dan memeriksa disetiap kemasanya!"
Polisi itu mengangguk dan mulai beraksi memeriksa satu persatu. Awalnya mereka tak menemukan seseuatu yang mencurigakan. Tetapi pada kemasan ke 16 sampai terakhir mereka menemukan bubuk sabu. Setiap kemasan memiliki berat 20gr sabu.
Kini dengan terpaksa mereka digiring ke kantor polisi Gangnam.
*****
Sertifikat itu Yonghwa berhasil memilikinya dengan nilai tertinggi. Berkat kelebihan yang ada pada indera penciumannya itu, Yonghwa akan menjadi anggota yang terpenting di team ini.
"Mereka tak perlu memakai Anjing pelacak untuk melakukan pemeriksaan." Tawa Minhyuk ketika mereka berada dalam Caffe untuk sekedar minum ice latte dan juga spageti bersama.
Kang Minhyuk kini satu Team dengannya. Mereka baru berkenalan ketika mereka sama-sama mendaftar menjadi team Detectif di markas Lightlies di Gangnam.
"Apa itu artinya kau menyamakan aku dengan anjing pelacak?" Yonghwa memicing matanya.Tanganya dilipat di dada menatap Minhyuk dengan tatapan sinisnya. Minhyuk kembali tertawa, ia tahu bahwa Yonghwa tak benar-benar serius dengan tatapanya tersebut. Jung Yonghwa adalah pria yang bisa diajak bercanda dan serius tepat pada waktunya.
"Aku tak sabar untuk menjalani tugas pertamaku sebagai Team Lightlies." Ucap Minhyuk dengan semangat.
"Aku juga." Jawab Yonghwa ala kadarnya. Ia kembali menyeruput ice lattenya. Tetapi arah matanya tertuju pada seorang gadis yang duduk berdua bersama temannya. Yang kini posisi duduknya tepat dibelakang Minhyuk.
"Kau melihat apa?" Tanya Minhyuk menoleh memastikan apa yang dilihat temannya tersebut.
"Bukan apa-apa." Yonghwa kembali mengalihkan pandangan pada makanan di depanya.
Alunan Ring back tone ponsel milik Yonghwa kini meraung di atas meja. Getarannya membuat meja tersebut seolah tersengat. Ia menggeser layar tablet. Di sana sudah terdengar kepala Team Detective Tuan Kim Hyukjoo dengan suaranya yang tegas.
"Ada apa?" Minhyuk mencondongkan wajahnya pada Yonghwa yang kini masih berdiri seusai menerima telepon.
"Lekaslah! Kita harus segera kembali ke markas." Yonghwa meraih kunci mobil dan bergegas keluar meninggalkan caffe.
*****
"Ada pembantaian satu keluarga di Busan. Seluruh keluarga tewas dengan luka tusuk." Kepala Detective langsung menotifikasi ketika Yonghwa dan Minhyuk baru saja datang. Di sana sudah ada satu orang lain yang bergabung dengan team. Namanya Lee Jungshin. Kulitnya putih, rambutnya ikal pinggir, rapi. Namja itu juga salah satu dari kesepuluh yang sukses bergabung dengan team ini.
"Pembantai itu begitu pandai menghapus jejak dengan rapi. Sama sekali tak ada barang bukti yang tertinggal." Lanjut sang kepala Detective.
"Lalu bagaimana dengan sidik jari?" Lee Jungshin angkat bicara.
Kepala Detektif menggeleng. "Itulah pandainya dia. Sidik jari pun ia dengan pintar langsung menghapusya.
"Shit!!!" Yonghwa hanya bisa mengumpat kesal.
"Apa dia adalah orang yang sama dengan kasus meninggalnya Suster yang ada di Rumah Sakit Seoul satu bulan yang lalu?" Minhyuk mencoba menerka. Ini sudah ke 4 kalinya ia mendengar berita pembunuhan tetapi tak menemukan sang pelaku. Dan kasus ini adalah kasus pertama yang akan mereka tangani.
"Aku harap kalian secepatnya menguak semua mystery ini! Aku tidak mau terus-terusan ada kasus pembunuhan tanpa titik terang!" Kepala detektif nampak frustasi dan putus asa. Ia merasa menjadi orang paling bodoh sedunia karena tidak dapat menyelesaikan 4 kasus itu. Betapa ia merasa sudah dibodohi oleh sang pelaku.
Yonghwa memijit pelipisnya. Mencari cela dan sedikit titik terang yang bisa ia dapat dari tempurung kepalanya.
"Siapa Pyscopat itu?" Minhyuk berfikir keras.
"Kita harus bergerak cepat, masalah tidak akan selesai jika kita hanya duduk saja di sini!" Lee Jungshin berdiri dan bergegas keluar dari markas.
Note : masih membosankan karena belum ada tanda-tanda munculnya Shinhye ya? Tunggu part selanjutnya...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top