Part 9 - Putus

"Baiklah, ayo kita bersikap baik. Jangan egois."

Putri coba melupakan kekesalannya pada Adam atas perkara cowok itu yang tidak memberi kabar pada Putri. Dan terhitung sejak tadi malam, baru pagi ini Adam memchat Putri dengan alasan kemarin ponselnya habis baterai. Lalu kini pacar Putri itu melakukan panggilan video via WA.

Putri tarik napas sejenak agar ketika menggeser icon berwarna hijau dia tidak langsung emosi. Dan saat panggilan video tersebut tersambung, saat itu pula Putri menarik senyuman.

"Put," Adam tersenyum pada layar ponsel Putri.

"Aku kira kamu dapat cewek lain di pesta Niki jadi lupa sama aku," sindir Putri. Sial, Putri sudah berusaha untuk menahan bibirnya agar tidak terlalu lancang. Namun ternyata tidak semudah itu.

"Kemarin baterai HP aku habis. Aku pulang sekitar jam sebelasan, Put. Karena capek aku langsung tidur. Jam segitu kamu juga udah tidur, kan?" jelas Adam dengan nada sabar.

Putri meringis saat Adam mengatakan bahwa ia tidur pukul sebelas malam. Nyatanya hingga pagi hari Putri tidak kunjung terlelap karena memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi di pesta.

"Aku mau cerita sama kamu soal pesta tadi malam. Kamu tahu, Put, aku--"

"Adam, aku lagi nggak mau dengerin cerita pesta Niki sekarang. Ceritanya lain kali aja," potong Putri cepat. Membuat raut wajah Adam yang sumringah berubah sendu.

Putri tatap wajah Adam dari layar ponselnya. Apa Putri salah bicara? Adam mendadak kalem dan ya, harus Putri akui sepertinya Adam kecewa dengan respons yang Putri berikan.

Tapi, sungguh, saat ini Putri sangat tidak ingin mendengar cerita mengenai pesta ulang tahun Niki. Kemarin untuk memberikan Adam izin untuk pergi  sebenarnya sangat berat bagi Putri. Dan jangan paksa Putri untuk mendengarkan keseruan pesta itu. Putri hanya tidak ingin mendengar bahwa ada hal menarik yang Adam temui di sana lebih dari diri Putri.

"Kamu marah, Put?" tanya Adam pada akhirnya.

"Aku nggak marah," Putri menghela napas. "Udah dulu ya, Dam. Aku harus ke dapur buat bantu Mama masak."

Tanpa menunggu jawaban dari Adam, Putri mengakhiri panggilan video tersebut. Putri menghela napas, dan coba menenangkan hatinya. Kenapa sulit sekali untuk tidak egois?

Kegelisahan Putri semakin menjadi saat dia menerima chat dari Mutia yang mengirimkan sebuah foto. Pada foto itu terlihat gemerlap pesta Niki yang meriah didominasi warna ungu gelap, kemudian ada Adam dan Safa berada di atas panggung. Adam menggunakan selempang dengan tulisan Tamu Tertampan, sementara Safa menggunakan selempang dengan tulisan Tamu Tercantik.

Urat leher Putri terasa menegang. Jadi ini yang terjadi di pesta Niki?

Keesokan harinya seperti hari-hari kemarin Putri dijemput Adam untuk berangkat ke sekolah bersama. Putri hanya diam selama duduk di atas motor Adam. Putri sama sekali tidak ingin mengungkit masalah predikat Tamu Tertampan danTamu Tercantik versi pesta Niki. Pelampiasan rasa kesal Putri selalu berujung dia akan mendiamkan Adam. Dan membiarkan Adam menebak-nebak sendiri di mana letak kesalahannya.

"Put." Adam menarik tangan Putri yang berniat meninggalkannya di parkiran sekolah.

Putri terpaksa berhenti.

"Kamu kenapa lagi?" tanya Adam seraya membuka helm yang Putri kenakan. "Kamu ini suka sekali lupa lepas helm," ujar Adam.

Putri mendengkus keras, ditatapnya wajah Adam dengan intens. "Ck," Putri berdecak dan tidak mampu berkata-kata. Ia lebih memilih untuk memutar tubuh dan berjalan menjauhi sang pacar. Pergi lebih baik dibandingkan berada dalam radius dekat justru akan membuat Putri menambah sakit hati Adam akan sikapnya.

Kayaknya gue salah lagi, decak Adam frustasi.

Sementara Putri masih betah berlama-lama dengan segala persepsinya. Memikirkan ini dan itu, bagaimana dan mungkinkah. Langkahnya bergerak lesu menelusuri  pelataran parkiran hingga lorong kelas. Seperti hari senin pada umumnya, lima belas menit lagi upacara penaikan bendara akan dimulai. Putri harus bergegas menuju kelas, belum lagi PR bahasa Inggris Putri belum selesai.

"Anak-anak berharap lo yang jadi ceweknya Adam."

Putri menghentikan langkah saat akan  berbelok menuju koridor barisan kelas 12. Putti segera bersembunyi di balik dinding dan enggan untuk melintas dari depan sekelompok murid yang asik duduk di kursi depan kelas. Mereka teman-teman nongkrong Adam, dan beberapa di antaranya teman satu kelas Adam. Salah satu di antara mereka adalah Safa.

"Ngaco kalian!" ini suara Safa.

"Sejak acara ulang tahun Niki tadi malam, fans yang berharap lo jadian sama Adam makin banyak," tanggap seseorang.

"Putri mau lo kemanain?" Safa berujar sambil mencibir geli.

"Gue nggak kenal baik sama Putri. Cuma tahu namanya aja dan pernah beberapa kali papasan. Adam juga jarang ngajak dia kumpul sama kita. Dari pendapat gue sih kayaknya si Putri kurang sreg sama lingkungan Adam," komentar Johan, teman Adam yang suka naik mobil mahal ke sekolah.

"Emang dasarnya dia emang nggak mau gaul sama kita aja," komentar yang lainnya.

"Makanya gue lebih suka si Adam jadian sama Safa. Dia klop sama kita-kita," tambah cowok yang selalu terlihat trendy.

Putri merasa semakin-semakin rendah diri. Belum selesai gejolak dalam dirinya, kini Putri harus menerima kenyataan lain bahwa dia yang memang tidak diterima dalam lingkungan pergaulan Adam. Sejak dulu Putri memang mengetahui hal ini, tapi mendengarnya secara langsung jauh lebih menyakitkan.

Kaki Putri mengambil langkah menjauh dari sana, bukan berjalan menuju kelasnya Putri justru membawa langkah ke arah UKS. Duduk di taman samping UKS dan mencari ketenangan. Putri butuh angin segar untuk mendinginkan otak.

Tidak berapa lama setelah kepergian Putri, Adam muncul dan bergabung dengan teman-temannya. Awalnya mereka membahas mengenai keseruan pesta Niki yang masih menjadi topik hangat hingga pagi ini. Hingga perbincangan mereka merembet pada Tamu Tertampan dan Tercantik, dan pada akhirmya menyinggung tentang Putri.

"Demi Upin dan Ipin yang kepalanya botak, lo berdua emang cocok banget," singgung Tya. Matanya menatap Adam dan Safa secara bergantian.

"Cocok sebagai nyonya dan supir. Gue nyonya, Adam supirnya," canda Safa. Disambut tawa ringan oleh semua orang.

"Tamu tertampan dan Tercantik versi pesta Niki nggak salah pilih memang. Well, kalian serasi," sambung yang lain.

"Kalau Putri dengar ini, bisa diceraikan Adam. Tamu tertampan kita jadi duda dong," Aldo, teman Adam yang bermulut lemes ikut berkomentar.

"Duren, duda keren."

"Kalau gitu kesempatan buat Safa ngepepet Adam."

"Anjir, mulut lo semua kayak emak gue yang suka komentar ini-itu," dengus Adam geli. Mendadak Adam teringat ibunya yang suka menjadikan dia model dadakan.

"Kalau Putri nggak gol, Safa siap menggantikan."

"Enak banget jadi orang ganteng."

"Jadi pengen genteng."

"Tapi, boleh gue minta tolong sama kalian semua?" sela Adam dengan nada serius. Membuat semua temannya terdiam. Setiap mata tertuju pada Adam. "Tolong jangan bahas masalah tamu tercantik atau terganteng lagi. Gue nggak mau Putri merasa nggak nyaman karena hal itu. Gue mau jaga perasaan Putri."

Dan suasana yang semula mencair berubah kaku karena permintaan Adam.

Tbc

Spam next di sini 👉

Cerita ini aku ikut sertakan dalam challenge 30 hari menulis selama ramadhan bersama glorious publisher 😊😊Minta dukungannya teman-teman dengan vote dan komen yang buanyaaak 😁

Wish me luck gaess 😉

Ceritanya bakal aku up tiap hari, hayuk di vote dan komen makanya.

❤ Awas ada typo ❤

#Challenge30GP

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top