Part 24 - Putus

Putri tersentak kaget saat berbelok di ujung koridor. Adam datang dari arah yang berlawanan. Membuat tubuh mereka hampir saja bertabrakan jika gerak refleks keduanya tidak bagus.

Lalu suasana menjadi canggung.

"Lo lewat duluan," ungkap Adam. Namun tubuhnya tidak bergeser sedikitpun untuk memberi Putri jalan.

Putri menatap Adam gamang. "Geser sedikit."

"Iya." Tapi Adam masih pada posisi. Menatap Putri dengan mata dingin tanpa kata-kata.

Jantung Putri berdetak tidak karuan seolah dia baru menyelesaikan lari dua kali keliling lapangan sekolah. Matanya bergerak ke sembarang arah asal tidak bertemu pandang dengan Adam. Tatapan cowok itu terlalu tajam dan mengintimidasi. Membuat Putri menjadi salah tingkah dengan perasaan tidak menentu.

"Adam." Bian muncul dari balik punggung Adam. Tadi saat keluar dari kelas mereka berjalan bersama menuju ruang olahraga, namun Bian ditinggal oleh Adam karena saat diperjalanan tadi Bian disapa seorang teman dan mereka terlibat percakapan kecil.

"Eh, ada Putri. Apa kabar, Put? Udah lama gue nggak ngelihat lo," Bian basa-basi.

Putri hanya balas dengan senyuman setengah. Memandang pada Bian dan Adam dengan serba salah. Otak Putri mendadak mati untuk berpikir seharusnya bagaimana dia bersikap.

"Lo udah selesai ngobrol sama Ujo?" tanya Adam.

"Udah. Oh iya, Dam, film dokumenter satwa liar di Afrika Barat yang baru lo download kemarin seru banget! Sumpah, nggak salah lo ngerekomendasikan film itu. Gue rela begadang buat nonton sampai habis."

Adam bingung dengan perkataan Bian. Perasaan kemarin Adam tidak mendownload film apapun. Beberapa hari terakhir dia kehilangan minat menonton. Dan Adam tidak pernah merekomendasi film dokumenter pada Bian, karena Adam tahu Bian tidak suka jenis tontonannya.

"Gue dapat pelajaran berharga dari film itu," kata Bian dengan nada dramatis.

Adam semakin bingung. Sementara Putri hanya diam dan menyaksikan saja.

"Sebagian orang mentang-mentang sudah mendapatkan dan memiliki orang yang dia inginkan menjadi seenaknya dan ia sia-siakan. Mereka lupa bahwa orang yang ia sia-siakan juga dapat dimiliki oleh orang lain yang lebih pantas," ungkap Bian.

Dan kebingungan Adam semakin menjadi-jadi. Selama dia menonton film dokumenter tentang hewan tidak pernah Adam mendapatkan konklusi sedalam dan hmmm, sebucin itu. Atau mungkin maksud Bian ini adalah kisah cinta antara singa jantan dan harimau betina dimana cinta si jantan disia-siakan?

Dan di sisi lain Putri merasa tersinggung. Bian tengah menyindirnya.

"Lo setuju sama yang gue katakan, Put?" Bian menarik satu ujung bibir kala menatap Putri, pandangannya penuh maksud.

Putri menatap gamang, "setuju," jawabnya.

"Ya, kita memang nggak boleh seenaknya sendiri. Orang yang kita sia-siakan bisa saja diambil oleh orang lain. Baik fisik maupun hati," tandas Bian dengan nada dalam.

"Gue nggak tau kalau lo sebijak ini. Hal yang gue dapat selama ini saat nonton film dokumenter paling hanya tentang cara bertahan hidup di tengah hutan. Dan lo mendapat sesuatu yang lebih dari itu," Adam terkekeh sambil menepuk punggung Bian, kini Adam paham apa yang Bian maksud.

Adam kemudian merangkul si kawan. Merasa bangga memiliki teman seperti Bian. "Ayo, kita pergi."

Putri merasakan wangi parfum Adam ketika melintas dari sampingnya. Cowok itu berjalan dengan Bian tanpa menoleh sedikitpun. Adam terasa sangat jauh dari Putri walau raga cowok itu dalam jarak yang dekat. Adam mengabaikan Putri begitu saja setelah Bian sukses melukai harga diri Putri.

Putri menghela napas, kenapa rasanya semakin berat saja?

-o0o-

"Ya ampun! Nyamuk sialan, berani-beraninya hinggap di lenganku yang berkelas."

Plak!

Terdengar suara tepukan antara telapak tangan dan lengan. Dan saat itu juga si nyamuk meregang nyawa di tangan ketua OSIS, meninggalkan keluarga dan semua saudara.

"Semoga lo tenang di alam sana," ketua OSIS mendepak si nyamuk dari lengannya.

"Gue nggak yakin kalau orang kayak dia pintar. Orang-orang yang kemarin milih dia jadi ketua OSIS akan menangis melihat ini. Yakali bicara sama nyamuk," bisik Mutia pada Acha yang duduk di sampingnya.

"Yang penting dia ganteng," Acha balas berbisik.

Tak berapa lama Putri datang membawa nampan berisi makanan. Keningnya berkerut melihat kehadiran si ketua OSIS. Seingat Putri tadi ia duduk di kantin hanya bersama Acha dan Mutia. Dari mana datangnya manusia langkah yang satu ini alias si ketua OSIS?

"Kenapa dia ada di sini?" tanya Putri sambil duduk di salah satu kursi tepat di samping ketua OSIS, hanya itu kursi yang kosong di meja mereka.

"Dia datang nggak diundang kayak jelangkung," jawab Mutia singkat sambil mendelik pada ketua OSIS yang memasang wajah tanpa dosa.

"Gue gabung sama kalian bukan tanpa alasan. Gue mau menghibur Putri yang sedang galau karena gagal move on, ditambah lagi si mantan udah punya pacar baru. Apa nggak ambyar tuh hati Putri? Maka dari itu gue ada di sini untuk memberi dukungan,"dia berorasi layaknya calon wali kota yang ikut pemilihan.

Putri mengaduk es jeruk miliknya dengan pipet sebelum ia sesap. Minuman itu melewati tenggorokan Putri yang terasa kering, es jeruk memang obat dahaga yang paling baik.

"Gue nggak galau," sanggah Putri.

"Nggak ada kata galau dalam kamus kami," Mutia menambahi.

"Kami ini cewek-cewek tangguh, tahan banting. Tapi jangan dibanting ke lantai benaran," seloroh Acha dengan nada bercanda.

"Lagi pula buat apa lo mau ngehibur Putri yang lagi putus cinta? Pacar aja nggak lo punya, gimana mau menghibur Putri? Udah ya, Adek gemes pergi aja sana. Belajar yang rajin biar berguna bagi nusa dan bangsa," Mutia memberi nasehat layaknya seorang kakak. Ia memperlakukan si ketua OSIS seperti seorang bocah.

"Ck, jangan bawa-bawa status gue! Gue jomblo karena terlalu berharga untuk dimiliki siapapun." Ketua OSIS itu memperbaiki kerah seragamnya. Memasang wajah cool yang menyebalkan.

Bibir Mutia berkedut-kedut siap memaki si ketua OSIS. Namun, Mutia urungkan mengingat ketua OSIS ini adalah orang penting di sekolah. Dan Mutia hanya orang biasa.

"Teman-teman, gue punya ide!" seru Acha tiba-tiba, membuat semua mata kini tertuju padanya. Acha menatap semua orang dengan senyuman misterius, ketiga temannya tidak sabar menantikan ide apa yang dimaksud oleh Acha.

"Ide apa?" tanya Mutia.

"Ide bagus untuk kebaikan hati Putri."

"Ide apa?" kini Putri yang bertanya.

"Ide apa?" si ketua OSIS ikut-ikutan.

"Gimana kalau Putri dan ketua OSIS pura-pura pacaran?"

TBC

Cerita ini aku ikut sertakan dalam challenge 30 hari menulis selama ramadhan bersama glorious publisher 😊😊Minta dukungannya teman-teman dengan vote dan komen yang buanyaaak 😁

Wish me luck gaess 😉

Ceritanya bakal aku up tiap hari, hayuk di vote dan komen makanya.

Spam next di sini 👉

❤ Awas ada typo ❤

#Challenge30GP

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top