Sebuah Dongeng
Dahulu kala ada wanita yang hidup sebatang kara. Dia hidup sederhana dan tinggal di rumah kecil di desa yang letaknya di dekat hutan. Setiap harinya dia merawat kebun yang ada di dekat rumahnya dan sesekali bekerja di peternakan sapi.
Suatu ketika di musim panas wanita itu pergi ke hutan untuk mencari tanaman herbal. Setelah mengumpulkan tanaman herbal di keranjangnya, dia pergi pulang. Di perjalanan pulang dia menemukan semak-semak yang terbakar. Karena takut apinya menyebar ke seluruh hutan, akhirnya wanita itu berusaha memadamkannya. Ditumpahkannya semua tanaman herbal di keranjangnya lalu dia berlari ke arah sungai. Wanita itu mondar-mandir mengambil air sungai dengan keranjangnya untuk memadamkan api. Beruntung usahanya berhasil, lalu dia berjalan pulang.
Wanita itu merasa berjalan di area hutan yang tak pernah ia tahu, padahal dia tidak melewati jalan yang salah dan tidak pula merasa tersesat. Banyak sekali kunang-kunang di sekitarnya, dan entah mengapa muncul beberapa makhluk kecil yang tak pernah ia lihat. Makhluk-makhluk itu adalah peri hutan dan mereka menuntun si wanita ke pohon raksasa bertaburkan cahaya.
Si wanita tertegun melihat pohon itu dan dari sana muncul sosok peri seukuran manusia dewasa. Tubuhnya berkayu ditumbuhi lumut dan dedaunan kecil. Di atas kepalanya tampak rumput halus berwarna emas menjadi rambutnya. Dialah peri yang menghuni pohon bercahaya tersebut.
"Aku adalah dryad, peri kuno penjaga hutan. Terima kasih telah membantuku menjaga hutan ini. Jika kau tidak memadamkan api itu, entah apa yang terjadi pada hutan ini dan semua peri yang hidup di sini."
Meski sosoknya agak menakutkan, tetapi dryad itu berbicara dengan suara yang lembut. Membuat si wanita merasa tenang mendengarnya.
"Sama-sama. Lagipula, jika hutan ini terbakar penduduk desa yang biasa mencari penghasilan di hutan ini juga akan kesusahan," jawab si wanita.
"Sungguh mulia sifat baikmu itu, untuk itu akan kuberi hadiah sebagai balasannya."
Sang dryad melantunkan lagu yang terdengar indah. Sulur-sulur hijau dan ranting-ranting tumbuh dari punggungnya. Perlahan saling melilit dan mengarah ke depan si peri pohon, hingga munculah seorang bayi mungil. Bayi itu kemudian diserahkan kepada wanita tersebut.
"Mengapa kau memberiku bayi?"
"Bayi ini adalah keajaiban yang kuberikan untukmu sebagai teman hidupmu. Rawatlah bayi ini, maka hidupmu akan damai dan bahagia. Sekalipun hidupmu miskin, kau tidak akan pernah kesusahan."
Wanita itu mendengarkan dengan seksama saat dryad itu memberikan bayinya. Bayi itu sudah terselimuti kain katun yang halus dan si wanita menggendongnya dengan hati-hati. Dryad itu kembali berbicara.
"Tetapi, tetaplah waspada. Meski kami hidup damai di hutan ini, kami tetap memiliki musuh. Ada monster hitam yang memburu kami kaum peri. Jagalah bayi itu dan Jangan sampai dia bertemu monster itu."
Perlahan dryad itu menghilang digantikan sinar terang yang menyilaukan mata. Entah bagaimana kini si wanita berada di jalan keluar hutan itu. Pohon besar dan peri-peri kecil di sekitarnya menghilang. Satu-satunya yang tidak hilang hanyalah bayi di gendongannya.
Bertahun-tahun wanita itu merawat bayi peri dan mereka berdua hidup bahagia meskipun miskin. Tanpa melupakan peringatan sang dryad, si wanita selalu menjaga anak itu seperti putrinya sendiri. Dia selalu melindunginya dan tidak pernah mempertemukannya dengan monster hitam. Merekapun hidup bahagia selamanya sebagai ibu dan anak.
¤¤¤
Elma kecil sudah tertidur ketika ibunya selesai menceritakan dongeng peri pohon kesukaannya. Anastasia membelai lembut rambut anaknya sambil berbicara pelan agar Elma tidak terbangun.
"Selamat malam sayang. Tidurlah yang nyenyak dan semoga kau bermimpi indah."
¤¤¤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top