1 | Pembantai Titan

Aprilia mengerang saat ia melihat matahari pagi yang masuk melalui jendela kamarnya di badan kapal Laguna. Kapal yang dinaikinya ini bukan sembarangan kapal. Memang benar bentuknya seperti kapal yang berada di tengah samudra, tetapi di bagian ekor dan di samping kapal terdapat baling-baling super besar yang bisa menerbangkannya, ditambah lagi ada layar-layar terkembang yang menggerakkan Kapal Laguna sesuai dengan arahan nahkoda. Kapal terbang atau mereka menyebutnya dengan sebutan Bayungan.

Bayungan merupakan kapal yang menggunakan teknologi khusus seperti mesin uap. Mesin ini menggunakan bahan bakar dari bebatuan granit. Bebatuan granit yang dibakar kemudian menghasilkan panas yang sangat tinggi. Bukan sembarangan bebatuan granit, lebih tepatnya bebatuan granit yang ditambang di daerah gurun pasir, perbatasan antara daerah Imperium dan Kerajaan Peri. Di tempat ini ada daerah yang bernama Pasir Berbisik. Tempat yang tandus, namun dihuni oleh para penambang yang hidup dari menggali bebatuan langka yang bisa dijual, termasuk batu Granit Imperium yang digunakan untuk bahan bakar Bayungan.

Aprilia melongok ke jendela, menyaksikan perahu-perahu nelayan di bawah mereka. Jaraknya cukup jauh, sehingga kapal-kapal nelayan di bawahnya terlihat seperti mainan. Beberapa burung terbang mengikuti Bayungan, bahkan Aprilia bisa melihat burung tersebut seperti tak bergerak sayapnya terbentang saat kecepatan terbang burung dan Bayungan sama.

Gadis ini berbalik, lalu menatap cermin. Dia menurunkan bajunya agar bisa melihat tanda di punggungnya. Tanda itu masih ada, artinya Pangeran Aryanaga masih hidup. Apabila tanda tersebut hilang, itu artinya Sang Pangeran telah pergi. Aprilia mendesah lega. Setidaknya benar apa yang dia perkirakan, Aryanaga bukan tipe orang yang mudah menyerah. Ia pasti akan menemukan jalan keluar dari penjara itu. Sebagaimana yang dia ketahui saat latihan, Aryanaga berusaha keras agar latihannya berhasil, nyatanya memang berhasil.

Setelah Aprilia membetulkan pakaiannya, ia berniat untuk keluar dari kamar. Dia memasang sepatu bootnya yang terbuat dari kulit binatang, serta memakai jubahnya agar tak mudah dikenali oleh orang lain. Ia takut kalau keberadaannya di dalam Kapal Laguna akan diketahui oleh orang lain. Terlebih sebentar lagi ia akan sampai di wilayah Kerajaan Naga Laut Timur. Ayahnya pasti sudah mendengar berita tentang kematian Raja Primadigda, terlebih yang membunuhnya adalah putranya sendiri. Pasti Raja Belzagum sangat khawatir kepadanya.

Aprilia keluar dari kamarnya melewati lorong yang menuju ke dek kapal. Begitu keluar terlihat cahaya matahari sangat terang menyilaukan matanya. Angin berhembus cukup kencang dari atas sini, bersamaan dengan itu awan tebal bergerak mengiringi Bayungan searah angin berhembus.

Bandi terlihat sedang bersandar di pinggiran kapal. Pandangannya menerawang jauh, seolah-olah sedang memperhatikan sesuatu. Tangannya juga dia lindungkan ke pandangan mata dari silaunya matahari.

"Apa yang kau lihat, Bandi?" tanya Aprilia.

"Asap," jawab Bandi. "Pertanda di sana ada pertempuran."

"Wilayah Kerajaan Naga Laut Timur diserang?" tanya Aprilia.

"Sepertinya," jawab Bandi.

Aprilia bergegas mengamati dimana Bandi melihat. Benar. Dari kejauhan tampak asap hitam membubung tinggi. Sang nahkoda melihat dengan teropongnya lalu membunyikan lonceng. Para kru segera membantu membelokkan layar agar angin mendorongnya ke arah yang lain.

"Ada pertempuran di depan sana. Aku tak mau mengambil risiko. Aku akan memakai jalur lain, untuk menghindarinya," ucap nahkoda di pengeras suara.

"Tunggu, kalau begitu caranya akan sangat jauh untuk sampai ke kerajaan," kata Aprilia. "Tak adakah cara lain?"

"Kecuali kau mau terbang menembus pertempuran itu, Nona. Kami bukan prajurit. Kami masih butuh Bayungan untuk mencari nafkah," ucap salah satu kru.

Aprilia bisa mengerti hal itu. Dia kemudian berjalan menaiki tangga menuju ke tempat nahkoda berada. Di kokpit tampak nahkoda sedang menggunakan teropong untuk melihat lagi apa yang sebenarnya terjadi. Melihat Aprilia datang, sang nahkoda pun bertanya-tanya.

"Di sini adalah wilayah kru kapal, kau tak boleh masuk!" tegas sang nahkoda berjanggut putih tersebut.

"Maaf, tapi aku ingin pinjam teropongnya kalau boleh. Aku ingin melihat juga," kata Aprilia.

Sang nahkoda agak ragu-ragu untuk meminjamkannya.

"Tidak lama. Aku tak akan membawanya pergi. Aku hanya ingin tahu pertempuran apa yang sebenarnya terjadi," kata Aprilia.

Nahkoda menggeleng-geleng. "Aku bisa ceritakan kalau kau mau, tapi aku tak akan meminjamkannya."

Aprilia mendesah. "Baiklah. Ceritakan apa yang terjadi!"

"Ada pertempuran besar di sana. Prajurit dari Kerajaan Naga Laut Timur sedang bertempur dengan satu titan dan kavaleri dari Kerajaan Naga Laut Utara," ucap Nahkoda.

Aprilia berdecak. Dia segera meninggalkan nahkoda lalu menuju pinggiran kapal. Bayungan terasa makin menjauhi dari rute yang seharusnya. Aprilia bisa melihat dari kejauhan ada sosok besar di sana, itukah yang disebut Titan? Titan adalah sosok raksasa yang sangat besar dan tinggi. Pasukan Titan hanya dimiliki oleh Kerajaan Naga Laut Utara. Makhluk ini konon dulunya adalah dari jiwa-jiwa yang terkutuk kemudian karena ingin tetap hidup, kemudian mereka dihidupkan lagi oleh para Necromancer. Jadilah mereka bentuk tersebut. Kekuatan dan bentuk mereka sebesar apa yang mereka korbankan kepada para Necromancer. Semakin besar dan kuat, maka apa yang dikorbankan juga lebih banyak. Dan biasanya satu Titan berasal dari ribuan jiwa.

"Ada Titan," ucap Aprilia saat mendekati Bandi.

"Terus terang, aku tak pernah melawan Titan sebelumnya," kata Bandi.

"Bantu aku untuk ke sana! Rakyatku membutuhkanku," pinta Aprilia.

Bandi menoleh ke Aprilia. "Serius? Kau sama saja menyetorkan nyawamu."

"Bandi Yang Terkuat, apakah kau takut oleh satu Titan?"

Pertanyaan Aprilia membuat Bandi tertohok. Harga dirinya serasa diremehkan. Dia tertawa mendengar pertanyaan itu. "Baiklah, ayo kalau kau sudah siap."

Tanpa bertanya-tanya lagi Aprilia kemudian melompat dari kapal Laguna. Bandi menggeleng-gelengkan kepalanya. Terkadang perempuan seperti Aprilia ini benar-benar tak bisa ditebak jalan pikirannya. Aprilia sudah berubah saja menjadi hybrid. Bandi segera mengikutinya lalu berubah menjadi naga yang sangat besar. Dia menyusul Aprlia terbang di bawahnya, lalu Aprilia mendarat di atas punggung Bandi. Orang-orang yang berada di dek kapal tercengang menyaksikan apa yang mereka lihat.

"Demi Jangut Lelouch! Mereka para bangsawan Naga?" ucap Nahkoda. Dia tentu saja terkejut ketika tahu kalau kedua penumpangnya bukan penumpang biasa.

Bandi mengembangkan sayapnya. Angin menerbangkannya dengan cepat menuju ke pertempuran. Pertempuran yang terlihat dari atas itu terlihat seperti gerombolan semut yang sedang bertempur. Dari arah barat, tampak kumpulan hitam pasukan Kerajaan Naga Laut Utara mulai mendesak pasukan Kerajaan Naga Laut Timur. Para kavaleri dengan mengendarai Boghul begitu kuat mendesak pasukan pertahanan. Binatang-binatang reptil yang biasanya digunakan dalam pertempuran itu sangat garang dan bergerak dengan sangat cepat. Sangat tangguh di dalam pertempuran, tak kalah dengan kuda-kuda perang. Sementara itu dari sisi pasukan Kerajaan Naga Laut Timur, mereka sama sekali tak punya kavaleri, hanya pasukan pertahanan dengan berbagai baju besi mereka. Pasukan ini hanya terdiri dari para ras naga dan sebagian elemental. Tampaknya mereka sedang kesulitan terlebih dengan Titan yang menyerang dengan membabi buta.

"Cepat Bandi!" seru Aprilia dari atas punggungnya.

Bandi kemudian menutup sayapnya agar gravitasi membantunya untuk bisa lebih cepat mendarat ke arena pertempuran. Bayangan Bandi segera membuat sebagian pasukan mendongak ke atas. Mereka tak percaya ada naga di atas mereka. Mereka juga tak tahu apakah naga ini kawan ataukah lawan. Sang Titan yang terkejut juga mendongak ke atas.

"Turunkan aku di dekat komandan pasukan! Aku tahu siapa dia!" pinta Aprilia.

Bandi melihat seseorang yang sedang berdiri di ujung pasukan. Orang tersebut memakai baju besi dengan tanda lambang Kerajaan Naga Laut Timur. Melihat seekor naga terbang ke arahnya tentunya sang komandan sedikit gentar, namun ia menjadi gembira saat tahu siapa yang ada di atas punggung naga tersebut.

"Putri Aprilia!" seru komandan itu.

Aprilia langsung melompat saat jarak Bandi dan sang komandan tak begitu jauh. Aprilia mendarat di sebelah sang komandan. Wajah sang komandan yang sedang kusut akibat pertempuran tak bisa disembunyikan.

"T-tuan Putri Aprilia, ba-bagaimana bisa Anda ada di sini?" tanya sang komandan. Dia langsung berlutut di hadapan Aprilia. Sementara itu Bandi kembali ke wujud manusianya dan mendarat dengan sempurna.

"Pati Walaka, Sang Komandan Penjaga Perbatasan. Bisa kau jelaskan situasinya?" tanya Aprilia.

"Kami tiba-tiba diserang oleh Pasukan Kerajaan Naga Laut Selatan. Sepertinya mereka sudah tidak lagi menyasar ke pertahanan Kerajaan Naga Laut Selatan, mungkin setelah mendengar berita wafatnya Raja Agung Primadigda, mereka akhirnya memfokuskan penyerangan kemari," jelas Pati Walaka.

"Pasukan mereka terdiri dari kavaleri dan Titan. Sepertinya mereka hanya ingin memancing di air keruh. Ini adalah serangan percobaan, aku yakin kalau mereka akan datang lebih banyak lagi," ucap Aprilia.

"Sepertinya demikian. Maafkan kami, Tuan Putri. Kami tak menduga ada serangan mendadak seperti ini, terlebih sebagian prajurit kemarin kembali ke barak. Jadi kekuatan kami tidak penuh."

Aprilia menatap ke Titan. Raksasa itu tinggi menjulang, tetapi Aprilia tahu kalau Titan ini bisa ditaklukkan. Dia sudah berlatih bersama ayahnya, mulai dari musuh paling mengesalkan, hingga yang sulit ditaklukkan. Aprilia mengulurkan tangannya kepada Sang Komandan.

"Pinjamkan aku pedangmu!" ucap Aprilia.

"Yang Mulia, apakah Anda mau bertarung?" tanya Pati Walaka.

"Aku akan tunjukkan kepada kalian cara mengalahkan Titan," jawab Aprilia.

Sang Komandan kebingunan. Dia menoleh ke sana kemari dan hanya mendapati pedangnya saja yang ada di dekatnya. Pedang itu segera diserahkan kepada Aprilia dengan kedua tangannya. Aprilia lalu menerima pedang tersebut.

"Aku pinjam sebentar," ucap Aprilia. Dia mengernyit memperhatikan pedang itu. "Dari mana kau dapatkan pedang ini?"

"I-itu...b-buatan istri hamba," ujar Pati Walaka.

"Istrimu? Mustahil!" Aprilia tampak keheranan. "Kau sudah menikah? Kapan?"

"Belum lama Yang Mulia. Dan dia seorang peri. Tapi, bukan peri bangsawan. Cuma peri biasa yang bekerja sebagai tukang pandai besi. Dia sudah lama pergi dari Kerajaan Peri dan hidup di negeri kita," jelas Pati Walaka.

Aprilia melihat mata pedang yang sangat berkilau. Ketika digenggamnya, pedang itu serasa ringan seperti kapas, serasa langsung menyatu dengan tubuhnya. Ada cahaya berwarna kemerahan saat pedang itu digenggam.

"Istrimu pandai membuat pedang, sepertinya pedang ini akan memancarkan cahaya sesuai dengan pemiliknya. Mustahil dia seorang peri biasa. Setelah pertempuran ini, aku ingin bertemu dengannya," ucap Aprilia.

Pati terkejut. Ia tak pernah mengira kalau Aprilia sangat ingin bertemu dengan istrinya. "Baik, Yang Mulia."

Aprilia kemudian berbalik. Dia berjalan meninggalkan Pati Walaka untuk masuk ke medan pertempuran. Ia mengayun-ayunkan pedang yang ada di tangannya, setelah itu masih dengan tubuh manusia setengah naganya dia pun berlari cepat menuju ke Titan. Aprilia menghadapi musuh-musuh yang ada di hadapannya tanpa ampun.

"Lindungi Putri Aprilia!" seru Pati Walaka. Pasukan panah segera bersiap untuk memberi jalan. Mereka melemparkan panah-panah agar Aprilia terlindungi. Bandi pun tak tinggal diam. Dia kembali ke wujud naganya, lalu terjun ke pertempuran. Napas apinya segera menghanguskan pasukan kavaleri lawan.

Aprilia bergerak dengan lincah, melompat, menghindar, menebas, meluncur tanpa terkejar. Pasukan kavaleri seperti mendapatkan lawan yang sangat licin. Beberapa Boghul ususnya terburai akibat tebasan Aprilia, sehingga membuat penunggangnya harus turun ke tanah. Aprilia terus berlari menuju ke Titan.

Sang Titan segera mengetahui ada Aprilia yang hendak menyerangnya. Sang Raksasa mengangkat tangannya, lalu mencoba menghantam Aprilia. Aprilia dengan lincah melompat ke atas tangan besar itu, lalu berlari terus menuju ke atas tubuh Sang Titan. Dia lalu merobek bahu Titan tersebut. Asap hitam keluar dari luka sang titan.

"Makhluk yang terbuat dari jiwa-jiwa terkutuk. Kalian harusnya tidak ada di dunia ini," geram Aprilia.

Tangan Titan yang satunya mencoba menepuk Aprilia. Aprilia seperti nyamuk yang hinggap di lengannya. Gadis ini kemudian melompat lagi hingga sampai di atas kepalanya. Kepala Titan ini berbentuk seperti potongan pohon memiliki rambut dengan mata merah menyala. Taring-taringnya terlihat tajam dan tidak memiliki hidung. Saat Aprilia mendarat tepat di atas kepalanya Sang Titan berusaha menyingkirkannya dengan menggoyang-goyangkan kepalanya. Aprilia lalu menancapkan pedangnya ke kepala Sang Titan, ia pun berpegangan dengan gagang pedang. Sang Titan meraung kesakitan, goyangan kepalanya makin hebat.

"Putri Aprilia!" seru Pati Walaka yang tak percaya Putri junjungannya bisa melakukan hal semacam itu.

Sang Titan memiliki kelemahan di puncak kepalanya. Di puncak kepalanya ada semacam simbol pentagram yang digunakan oleh sang Necromancer untuk menghidupkannya. Aprilia menancapkan pedangnya di sana. Sang Titan meraung saat dari lukanya keluar asap berwarna hitam. Asap tersebut seolah-olah adalah darah Sang Titan. Aprilia menancapkannya berkali-kali, Sang Titan menggeleng-gelengkan kepalanya, sehingga Aprilia terlempar. Namun, dengan sigap Aprila meraih rambut Titan tersebut. Dia terus bertahan bergelantungan di rambut Titan hingga kepala sang Raksasa tidak lagi bergoyang-goyang. Dengan susah payah, Aprilia kembali ke pucuk kepala raksasa itu.

"Masih belum cukup? Aku akan menambahkannya," ujar Aprilia. Dia melihat di bekas luka yang dia tinggalkan pada tanda pentagram tersebut menyembur asap hitam. Asap-asap itu adalah saripati jiwa-jiwa yang dikumpulkan oleh Sang Necromancer untuk membangkitkan Sang Titan.

Aprilia menancapkan lagi pedang itu. Sang Titan untuk kedua kalinya menjerit, lalu kehilangan keseimbangan. Aprilia bertubi-tubi menancapkan pedangnya sambil tangan yang satunya menjambak rambut Sang Titan. Asap hitam yang keluar makin lama makin banyak, lalu Sang Titan pun mulai ambruk ke tanah. Para prajurit yang ada di bawahnya berhamburan pergi. Sebagian yang lainnya tak sempat sehingga tergencet oleh tubuh raksasa Sang Titan. Aprilia melompat sesaat sebelum tubuh besar itu tumbang. Tanda pentagram di kepala sang monster lenyap, bersamaan dengan itu tubuhnya pun berubah menjadi asap. Tampak beberapa asap berbentuk kepala manusia dengan mimik wajah menakutkan. Aprilia menghirup napas dalam-dalam.

"Rasakan ini!" ucap Aprilia.

Gadis ini menyemburkan api dari mulutnya. Apinya sangat besar, menyebar luas dan membakar apapun yang ada di hadapannya, termasuk asap hitam tersebut. Para kavaleri mundur saat Titan mereka tumbang. Mereka sungguh tak mengira akan menghadapi seorang Putri dari Kerajaan Naga Laut Timur yang sangat tangguh. Seorang perempuan yang bisa menumbangkan satu Titan seorang diri. Nama Aprilia akan dikenal di seluruh daratan dan lautan atas apa yang terjadi hari ini.

Bandi kembali menjadi tubuh manusianya setelah pasukan musuh mundur. Dia lalu mendapati Aprilia berdiri seorang diri menatap pasukan musuh yang pergi menjauh. Satu hal yang membuat Bandi kagum, api yang dikeluarkan Aprilia benar-benar sangat besar dan membakar.

"Hidup Putri Aprilia!" seru para pasukan setelah melihat pasukan musuh terpukul mundur.

Aprilia yang mendengar teriakan itu langsung membalikkan badan. Ia tentu saja tak pernah dipuji seperti itu sebelumnya. Meskipun begitu, ia tak mungkin bisa mencegah para pasukan pertahanan bereuforia terhadap apa yang terjadi saat ini. Dia membiarkan para pasukan bersuka cita menyebut-nyebut namanya.

"Aku tidak pernah melihat api yang seperti itu sebelumnya," ujar Bandi.

Aprilia hanya diam. Dia masih ingat bagaimana dulu ia sangat kesulitan mengendalikan kekuatan apinya. Sampai-sampai ibu angkatnya harus membantu dia merendam tangannya di air agar apinya bisa dikendalikan.

"Putri Aprilia, Anda sangat luar biasa. Semua orang akan menceritakan apa yang terjadi hari ini. Nama Anda akan disegani di seluruh daratan dan lautan. Satu-satunya perempuan yang bisa menumbangkan Titan seorang diri," ujar Pati Walaka dengan antusias.

Aprilia memberikan pedang yang dipinjamnya. Aprilia tersenyum, "Tak perlu melebih-lebihkan. Siapapun juga bisa mengalahkan Titan itu."

"Tapi, baru kali ini kami menyaksikannya seorang putri raja bisa mengalahkan Titan seorang diri," kata Pati Walaka.

"Iya, tapi aku tadi memakai cara nekat. Kalian tak perlu menirunya. Sekarang, aku ingin pergi menemui ayahku," ucap Aprilia.

"Ikutlah bersama kami. Kendaraan sudah siap!" Pati Walaka menunjuk ke jarak yang bisa dilihat. Ada beberapa kuda besar yang ukurannya tidak wajar. Kuda-kuda ini memang kuda-kuda monster yang digunakan di dalam perang. Ukurannya tiga sampai lima kali ukuran kuda-kuda yang ada di Dunia Atas. Mereka juga bukan pemakan rumput biasa, tetapi pemakan segala. Bahkan, tak jarang dalam pertempuran kuda-kuda ini juga memakan lawan-lawannya.

Aprilia segera mendekat ke kuda-kuda tersebut. Dia sangat tahu tentang kuda-kuda itu semenjak pertama kali tiba di Dunia Bawah. Kuda-kuda yang tangguh, bengis namun bisa ditaklukkan hanya oleh para ksatria. Hewan-hewan ini bisa langsung melihat apa jati diri dari orang yang dihadapinya. Seperti Aprilia misalnya, kuda-kuda ini melihat api yang membara di dalam tubuh Aprilia. Mata kuda-kuda ini menyala tajam kepada siapapun, namun saat Aprilia mendekat mereka pun menunduk.

Pati Walaka berdecak menghampiri kuda-kuda tersebut. Aprilia langsung memilih salah satu kuda itu untuk ditungganginya. Bandi pun mengikuti Aprilia naik di kuda yang lain.

"Baru kali ini kuda-kuda ini tidak beringas. Apa yang mereka lihat benar-benar membuktikan Putri Raja Belzagum bukanlah orang sembarangan. Yang Mulia, semoga perjalanan Anda selamat tiba sampai di kerajaan," ujar Pati Walaka.

"Komandan Pati Walaka, aku ingin bertemu dengan istrimu. Sepertinya aku sangat tertarik dengan hasil kerjanya," ucap Aprilia sambil menunjuk pedang yang dibawa Pati Walaka.

"Tentu saja Yang Mulia, hamba akan sampaikan kepadanya," kata Pati Walaka.

Setelah itu mereka pun berpisah. Bandi dan Aprilia segera melaju dengan cepat meninggalkan benteng perbatasan. Tujuannya tentu saja ke Kerajaan Naga Laut Timur.

***


Footnote:


Boghul: berbentuk seperti biawak raksasa dengan punggung yang sangat kokoh. Hewan reptil ini pemakan segala, tak jarang digunakan dalam pertempuran besar. Apabila lapar, mereka akan memakan bangkai-bangkai musuh. Gerakannya sangat cepat dan bisa menahan napas selama 1 jam di perairan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top