Disclaimer + Trigger Warning + Sinopsis
Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tokoh, kejadian atau cerita hanyalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
ೋ˚❁ೃೀ๑۩۞۩๑ೃೀ❁ೋ˚
Trigger Warning: Bunuh diri, distopia, euthanasia, age gap couple
Dimohon kebijaksanaan pembaca dalam menyikapi tulisan ini. Saya bisa memastikan jika tidak ada adegan kekerasan atau konten eksplisit yang melanggar Content Guideline di sini. Topik-topik yang dilarang atau dibatasi di Wattpad hanya akan disebutkan sepintas lalu saja.
ೋ˚❁ೃೀ๑۩۞۩๑ೃೀ❁ೋ˚
Di kota Bhirawa, pemerintah daerah baru saja meresmikan undang-undang baru mengenai pilihan hidup. Seseorang yang tidak ingin melanjutkan hidup dan berencana untuk mengakhiri nyawa mereka mendapatkan izin untuk pengajuan euthanasia (suntik mati), tetapi dengan syarat mereka telah melalui 4 sesi konseling dan psikolog telah mendapat alasan kuat dibalik keinginan tersebut. Hal ini diakibatkan karena tingginya angka kejadian bunuh diri di kota tersebut sehingga pemerintah daerah merasa kewalahan jika harus mengumpulkan jenazah-jenazah baru setiap harinya dan mengidentifikasi satu persatu sebelum mengantarkan mereka pada keluarga masing-masing.
Gemintang Banurasmi langsung antusias saat mengetahui peraturan tersebut. Sudah sejak lama ia merasa ingin mengakhiri hidup, dan tiba-tiba saja hidupnya yang semula hampa terasa berwarna. Gemintang mengambil formulir pendaftaran di balai kota dan ia dipertemukan dengan psikolog yang memang disiapkan oleh pihak pemerintah untuk menangani kasus ini. Mas Rona tampak sangat sabar dalam setiap sesi mereka, tetapi tekad Gemi sudah bulat dan Mas Rona hanya bisa menghela napas berat saat membubuhkan tanda tangan persetujuan di formulir Gemi.
Pihak rumah sakit telah mengeluarkan jadwal euthanasia Gemi, tepat satu minggu sebelum ulang tahunnya ke-28, sesuai dengan harapan Gemi. Ia telah berkonsultasi dengan dokter yang akan menanganinya dan mereka telah sepakat memilih metode yang paling tepat untuk Gemi; tanpa rasa sakit, tanpa menunggu lama dan ia bahkan tidak akan menyadari jika dia sudah meninggal.
Gemi punya waktu 3 minggu untuk mempersiapkan diri. Ia mencicil melelang barang-barangnya di rumah dan menyumbangkan hasil penjualannya ke panti asuhan Kasih Maria yang berada persis di sebelah gedung kampusnya dulu. Suster kepala di sana pernah memberi Gemi sepotong kue ulang tahun salah satu anak di sana setelah melihat Gemi duduk sendiri sementara teman-temannya yang lain berkumpul sambil jajan bakso di dekat lapangan parkir selatan. Beliau lah satu-satunya orang yang bisa dianggap sebagai teman Gemi dan Gemi ingin setidaknya sebelum meninggal dia sudah berbuat baik. Gemi ingin seluruh barang miliknya tidak ada yang bersisa, sehingga tidak ada jejak yang dia tinggalkan setelah meninggal.
Gemi membuka forum adopsi di komunitas pecinta kucing di media sosial untuk Yesterday, kucingnya yang dia temukan di depan kantor 3 tahun lalu. Dia benar-benar selektif untuk mencari orang tua baru bagi Yesterday karena bagi Gemi Yesterday sudah seperti anaknya sendiri. Yesterday yang menemani malam-malamnya yang hening, hanya ada suara dengkuran halus Yesterday dan tubuh hangatnya yang bergelung di sebelah Gemi seolah meyakinkan kalau dia akan baik-baik saja. Tetapi tekad Gemi sudah bulat, Yesterday akan menemukan orang tua yang lebih baik dari dirinya. Kucing punya ingatan jangka pendek, dia akan segera melupakan Gemi setelah punya pemilik baru.
Gemi memesan ruang persemayaman untuk dirinya sendiri jika telah meninggal. Tidak ada yang akan datang untuk berbelasungkawa, Gemi tidak punya cukup banyak teman dekat yang akan datang mengucapkan salam perpisahan, tetapi setidaknya pada saat itu orang tuanya akan hadir dan mengetahui Gemi sudah tiada. Mungkin suster kepala akan merutukinya sambil mengucapkan doa, atau pemilik baru Yesterday jika mereka cukup akrab. Mungkin juga bosnya yang penggerutu akan datang, tapi segera pergi setelah jamuan disuguhkan.
Gemi memesan gaun cantik yang akan dipakainya untuk terakhir kali, lalu memesan juru rias yang paling terkenal di Bhirawa untuk mendandaninya secantik mungkin sebelum meninggal, serta memesan bunga yang dia sukai sebagai upaya terakhirnya untuk memberikan penghargaan pada diri sendiri karena telah bertahan sejauh ini. Gemi sangat antusias menyiapkan semua ini, seolah-olah seperti calon pengantin wanita, tetapi alih-alih menikah ia memilih untuk meninggal.
Di balik serumpun bunga matahari dan geranium pada toko bunga yang lengang, Gemi bertemu dengan Raga, Nuraga. Laki-laki muda anak pemilik toko bunga, satu-satunya orang yang menentang rencana kematian Gemi.
ೋ˚❁ೃೀ๑۩۞۩๑ೃೀ❁ೋ˚
Proyek ini ditulis oleh dua orang secara bergantian dari sudut pandang 2 tokoh utama dalam cerita ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top