V

Runa baru saja keluar dari poli kandungan, senyumnya merekah menatap lembaran foto kecil. Sambil mengelus perutnya ia berjalan.

"Gimana? Si dede sehat?" Tanya Lelaki yang berdiri saat Runa mendekatinya.

"Sehat dong, hehehe, ini fotonya, lucu ya imut," ucap Runa sambil menunjukkan lembaran hasil USG yang baru ia jalani.

"Lucu banget, tapi bayinya yang mana?" Runa langsung memasang wajah cemberut saat mendengar ucapan lelaki yang kini terkekeh disampingnya.

"Bang iniiiii bayinya," ucap Runa gemas, jarinya membentuk lingkaran menunjukkan potret janin yang ada di lembaran itu.

"Tadi waktu di layar kelihatan dia bergerak bang, gemas banget lihatnya," ucap Runa menginformasikan perkembangan bayinya pada lelaki yang sudah dua kali menemaninya melakukan pemeriksaan kandungan ini.

"Wah sayang banget ya aku ga bisa lihat," ucap Salman dengan wajah kecewa yang di buat-buat.

Runa tertawa melihatnya. Sejak peristiwa Runa hampir kehilangan bayinya di umur kehamilan delapan minggu itu, mereka menjadi dekat bahkan setiap dua minggu sekali Salman yang mengantarkan Runa periksa. Sebenarnya ia bisa periksa sebulan sekali tapi karena keluhan mual muntahnya dua minggu lalu ia di haruskan kontrol hari ini untuk mengevaluasi keluhannya.

"Aku lapar bang," ucap Runa.

"Ayo kita beli makan, biar si dede cepat besar," ajak Salman.

Setelah menebus obat, mereka berdua menuju pujasera yang tak jauh dari rumah sakit. Salman menuju pedagang soto ayam sedangkan Runa ingin berkeliling melihat apa saja yang di jajakan disini.

Runa mendekati salah satu pedagang. Ia meneguk liurnya saat seseorang membawa semangkuk bakso yang mengeluarkan aroma khas. "Pesan bakso ya Pak, satu mangkuk,campur." Ucapnya.

Salman yang sudah memesan makanan menghampiri Runa. "Makan bakso? Pakai nasi ya?" Ucap Salman yang di jawab gelengan oleh Runa.

"Memang kamu sudah makan nasi?" Tanya Salman.

Lagi-lagi Runa menggeleng. "Tadi pagi aku makan kentang, sama-sama karbohidrat 'kan, kata dokter boleh kok," jawab Runa. Entah sejak kapan tapi Runa yang biasa melahap apa saja kini menghapuskan kata nasi di daftar menunya. Pengaruh kehamilan kah?

"Ya udah, ayo duduk aja nanti pesanannya diantar aja," ajak Salman. Mereka menempati kursi kayu panjang, Salman duduk di seberang Runa dan di sebelah Runa terdapat orang lain yang juga sedang makan disana.

"Pesanannya Mbak," ucap seorang anak lelaki yang membawakan nampan berisi semangkuk bakso, semangkuk sambal, dan tiga botol masing-masing berisi saos, kecap dan cuka.

"Makasih,"ucap Runa dengan riang. Salman memperhatikan Runa, selama sebulan mengenal Runa ia jarang ia melihat gadis didepannya segembira ini. Dan kegembiraannya hanya karena semangkuk bakso, benar-benar wanita makhluk yang unik.

Salman yang sedang tersenyum diam-diam, langsung memasang wajah kesal, diambilnya botol cuka yang sedang di pegang Runa dan menjauhkan botol saos dari Runa.

"Pake ini aja," ucap Salman menyodorkan kecap ke arah Runa. Runa memasang cemberut tapi ia bisa apa kalau wajah Salman lebih menyeramkan.

Runa menuangkan kecap ke dalam baksonya, selera makannya yang tadi berada di puncak kini merosot tajam. Ia malas melihat kuah bakso yang hitam, benar-benar mengurangi napsu makan. Hilang sudah bayangan bakso segar dengan kuah pedas asam yang ia harapkan.

"Kamu jadi pindah ke rumah ibu Dini?" Tanya Salman sambil mengaduk soto ayam pesanannya yang baru datang.

"Sepertinya jadi, mereka memaksa aku terus, ga enak juga lama-lama, menurut abang gimana?" Tanya Runa sambil memperhatikan soto ayam yang sedang Salman aduk. Sesekali ia meneguk ludahnya sendiri.

"Terserah kamu, itu 'kan hak kamu, saya ga mau ikut campur," jawab Salman sambil menuangkan sedikit kecap dan sambal ke sotonya. Runa memperhatikan setiap gerakan Salman, rasanya ia juga ingin menuangkan sambal ke baksonya.

"Rencana pernikahan kamu sama Irsyad gimana?" Tanya Salman kini ia menatap Runa dan tak lagi "mengurusi" soto ayamnya.

"Aku nurut aja apa kata mereka, bayiku butuh ayah," ucap Ruma sambil terus memperhatikan soto ayam yang berada di hadapan Runa. Ia tidak menyadari kalau Salman sedang melihatnya.

Salman melihat sesuatu bergerak naik turun di leher Runa. Ia heran namun setelahnya tersenyum geli saat mengikuti arah pandang Runa yang melihat soto ayamnya.

"Kalau mau bilang aja neng, sampe nelan ludah begitu," sindir Salman, Runa tersadar dan malu ketahuan menginginkan soto ayam Salman.

"Ini makan aja, tapi jangan di tambah sambal ya," ucap Salman dan menukar mangkuknya dengan milik Runa. Mata Runa berbinar dan langsung melahap soto ayam yang kini menjadi miliknya.

◎◎◎

"Mau langsung pulang?" Tanya Salman. Keduanya sedang berjalan menuju mobil.

"Aku mau ke minimarket dulu, susuku habis," ucap Runa.

Mereka sudah berada di dalam mobil. Salman mengantarkan Runa sampai ke kosannya sekaligus menengok adiknya, mengecek apakah Petra sudah pulang dari kampus atau pergi kelayapan.

From : Petra

Bang, kuota gue hbs... beliin dulu dong abangku ganteng
Oke 😉

17 Nov 2017, 01:55 pm

Salman mendengus membaca pesan dari Petra. Runa melihat ke arah Salman.

"Kenapa?" Tanya Runa

"Petra minta di beliin kuota," jawab Salman.

"Aku jual mau yang berapa giga Bang? Nanti aku kirim ke nomor Petra," jawab Runa.

"Kamu jual Pulsa?" Tanya Salman sambil terus menggerakkan kemudinya.

"Iya, 'kan udah ga kerja di bar lagi bang, lumayan buat nambahin pemasukkan," jawab Runa lalu ia mengeluarkan ponselnya dari tas.

"Jadi mau yang berapa giga?" Tanya Runa lagi, pandangannya mengarah pada Salman yang sedang fokus menghindari jalan berlubang.

"Yang lima aja biar si Pet ga boros," jawab Salman. Runa segera menggerakkan jemarinya di ponsel dalam genggamannya.

"Udah ya bang, enam puluh ribu ya," ucap Runa sambi menunjukkan deretan giginya. Hidup ini kejam sayang, semua butuh uang termasuk Runa. Jadi maklumi saja jika ia seperti itu pada Salman.

Bukan ia tidak tahu terimakasih apalagi biaya rimah sakit kemarin juga uang Salman. Runa tidak lupa itu, makanya ia bekerja untuk mengganti uang itu.

"Iya, oke," jawab Salman dengan senyum yang tersungging.
"Kamu lulusan apa sih Run? Mungkin aku bisa bantu kamu cari kerjaan yang pantas," tanya Salman

"Aku lulusan PGSD bang," jawab Runa

"Guru SD ya," Ucapnya sambil berpikir adakah kenalannya yang membutuhkan guru.

"Iya, tapi cari kerja kalau lagi hamil agak susah, apalagi aku ga punya suami. Bisa jadi pertanyaan masa guru hamil tapi ga ad suaminya," ucap Runa sambil terkekeh.

"Tapi jual pulsa untungnya juga ga seberapa 'kan Run, laki-laki itu kasih uang ga ke kamu?" Tanya Salman

"Iya sih, makanya aku kerja di toko bunga juga, lumayan gaji yang di tawari," jawab Runa sambik tersenyum. "Kalau Irsyad ga kasih, tapi keluarganya kasih, tapi aku ga terima semua, kalau mau periksa aja, kalau susu aku beli sendiri pakai uangku," jawab Runa. Lagi-lagi senyumnya terukir.

"Kenapa ga di terima semua, hak kamu sama bayi kamu itu Run," ucap Salman.

"Hak darimana? Aku belum jadi istri Irsyad jadi aku ga punya hak minta uang ke mereka Bang," balas Runa.

"Tapi sebentar lagi nikah 'kan," tegas Salman

"Sebentar lagi, sekarang kan belum, jadi aku butuh uang buat memenuhi kebutuhanku yang sekarang," ucap Runa.

Salman akhirnya mengalah tak lagi membalas ucapan Runa. Lagipula ia tidak ingin terlalu jauh ikut campur. Disini ia hanya sebagai teman baru Runa. Ia merasa perlu menjaga perempuan yang berada si sampingnya sekarang ini. Entah apa alasannya tapi hati kecilnya berkata seperti itu.

◎◎◎◎◎

An/

Bogor
30-10-2017
11.40

Mungkin ceritaku banyak bertele-tele, tapi mwmang seperti ini alurnya, mohon bersabar ya sayang-sayangku...

Part depan mungkin kita bakal ketemu sama Irsyad lagi. Silahkan di siapkan uratkan kalian buat memaki lelaki itu. Part ini adem adem dulu aja ya. 😁

Ini ga pake di edit. Di edit aja masih sering typo. Tolong di kasih tau aja kalau ada yg typo di inline. Oke 😉

Terimakasih sudah mau membaca. Terima kasih buat yang udah vote dan komen. Makasih juga yang udah folow aku. Maaf aku sering nyampahin nf kalian 😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top