Shapeshifter
Hebat. Segala sesuatu tampak kecil dan remeh dalam pandangan Torreno. Istana pasir Laniakeia yang senantiasa membayangi dan mengungkung setiap gerak langkahnya, kini tak lebih seonggok mainan di kakinya. Langit-langit istana penuh dentang lonceng di kala badai pun sebagian runtuh saat ia berubah wujud, hingga tampak hamparan jasad di aula telah berada di udara terbuka. Torreno memandang pada Raja Dylon yang terlihat amat kecil di posisinya sekarang. Jasad ayahnya mungkin tak lebih dari seujung kuku, pada tangan berjemari indah miliknya yang kini telah tumbuh cakar kemilau seperti darah. Torreno takjub. Tubuhnya begitu merah dan membara seperti terakota yang dibakar dalam tungku perapian. Ia seolah dilahirkan kembali, tetapi tubuhnya belum terbungkus sempurna oleh lapisan sisik dan kulit tebal yang biasa dijumpai pada naga-naga perkasa, hanya gumpalan darah bagai aliran perut gunung berapi menutupi daging telanjang dan tubuh ini bukan miliknya utuh. Itulah kesimpulan yang ia peroleh ketika cakarnya bergerak menyasar jasad Raja Dylon dengan liar.
Torreno pun bergelut dengan pikirannya, mencoba menerka dengan cepat apa yang sedang dilakukan tubuhnya sekarang. Sebelumnya, ia bahkan tidak berniat menyentuh jasad sang ayah untuk memberikan salam perpisahan terakhir. Kegamangan dan ego menguasai jiwa Torreno sedemikian rupa kala itu. Namun, cakarnya kini bergerak sendiri ke arah raga kosong milik sang raja tanpa keraguan sedikit pun.
Apa yang sedang ia lakukan?
Mari kita berikan pemakaman yang layak untuk Raja Dylon Agerlaine I, Puer Draco.
Shifr! seru Torreno dalam kepalanya sendiri. Suara itu pasti milik Shifr. Torreno terkesiap ngeri setelah menyadari bahwa ia sedang berada dalam kendali si naga-iblis kegelapan. Dentuman mengerikan bergema keras di telinga Torreno. Untuk beberapa saat, ia terpana mencerna apa yang terjadi. Setelah dentuman demi dentuman datang beruntun bagai petir di musim badai, Torreno baru menyadari bahwa suara itu berasal dari mulutnya sendiri yang kini telah berganti rupa menjadi moncong raksasa dengan gelambir lebar yang bergetar sepanjang tepian dagu setiap kali ia tertawa. Tawa Shifr.
Perasaan Torreno bergejolak hebat ketika cakarnya membawa jasad Raja Dylon mendekat ke moncongnya tadi hingga ia bisa melihat persis wajah pucat sang ayah dengan mata terpejam rapat dan sisa-sisa tarikan napas terakhir sebelum pria itu tiada.
Tidak! Apa yang ingin kaulakukan, iblis terkutuk!
Tidakkah kau berpikir bahwa perutmu akan menjadi tempat peristirahatan terakhir yang pantas untuk Raja Laniakeia?
Tidak! Kau gila! Kau iblis celaka! Torreno mengentak-entak kepala tanpa daya. Shifr tertawa.
"Naga itu akan memakan Yang Mulia Raja!" Orang-orang berteriak panik di bawah. Namun, tidak ada yang benar-benar peduli karena semuanya sedang sibuk menyelamatkan diri. Fairyhound di atas pegasus-pegasus tampak menggiring rakyat Laniakeia menjauh dari naga monster, yaitu dirinya.
Bodoh. Seharusnya peri-peri itu langsung pergi saja, tapi mereka bisa menunggu giliran setelah kau terlahir sempurna sebagai Puer Draco.
Shifr pasti berencana memangsa semua orang-orang ini sebagai kudapan dari Laniakeia!
Aku tidak mau! Aku tidak akan menjadi monster sepertimu!
Kau bukan monster biasa, tapi kau adalah aku, ayah para monster ....
Tidak! Tidak!
Berhentilah merengek seperti anak perempuan, Puer Draco! Tidakkah kau ingin bersatu dengan ayahmu selama-lamanya? Hanya satu suapan, maka kekuatanku akan menjadi milikmu sepenuhnya.
Bagaimana cara ia mengendalikan Shifr? Jika semua kekacauan berpusat pada dirinya, maka ia harus menemukan kelemahan Shifr secepatnya!
Ini tidak sesederhana ketika menyadari bahwa keputusan mutlak dipegang olehnya. Saat ini, ia bahkan nyaris tidak memiliki kendali diri. Torreno susah payah menahan gerakan tangannya yang berusaha memasukkan jasad Raja Dylon ke dalam mulut. Di sisi lain, lambung naganya secara aneh bergejolak hebat hingga air liur menitik deras membanjiri lidah. Raja Dylon mungkin telah banyak mengonsumsi kuku dan tanduk naga, tetapi itu tidak berarti apa-apa dengan apa yang akan ia lakukan sekarang. Shifr sedang berusaha membunuh rasa kemanusiaan dalam dirinya, bahkan lebih jauh, cinta dalam hatinya.
Cinta? Torreno berusaha mengingat cinta paling murni dalam kehidupannya ketika aroma darah kering dari luka menganga di tubuh Raja Dylon membangkitkan kengerian sekaligus napsu makan aneh terkutuk. Sementara itu, bujuk rayu Shifr terus menggema dalam ruang sunyi di kepalanya. Ruang-ruang yang dulu penuh ambisi akan pencapaian tertinggi sebagai pemimpin divisi pemburu naga dan elu puja para pengikutnya. Di manakah mereka sekarang? Hangus menjadi serpihan debu Laniakeia.
Dunia gemerlap yang dulu tampak berkilauan di mata Torreno ternyata hanya fatamorgana untuk mengisi ruang sunyi akan kehadiran sosok ibunya yang direnggut paksa oleh takdir. Tatapan penuh keprihatinan Panglima Elijah dan wajah murka Raja Dylon lantas tumpang tindih dalam benak, mengingatkan Torreno akan isak tangis Ratu Elsadora yang ia pojokkan di tepi balkon. Adakah cinta dalam hatinya?
"Hadapi dan kalahkan naga dalam dirimu. Lalu kuasai ia. Kau takkan bisa membunuhnya karena dia adalah bagian dari dirimu. Yang bisa kaulakukan hanyalah mengendalikannya dan berdamai dengan dirimu sendiri. Selama kau bisa menemukannya, maka kau punya kesempatan untuk melawannya dan menang."
Seharusnya, jika ia bisa mengingat penggalan petuah dari Jeannette Le Blanc dengan baik tatkala menatap langit di atas padang lantana, maka ia punya kesempatan. Namun, yang ia lakukan kemudian hanyalah berlari dari satu ruang sunyi ke ruang sunyi lain tanpa penghuni. Tubuhnya mungkin berada di atas gilde tercepat saat itu, mengejar simbol balas dendam atas nama perburuan naga, menembak jatuh, atau menggeret beberapa batang tanduk untuk dipersembahkan kepada sang ayahanda, berharap Raja Dylon akan mencintainya sebelum Ratu Elsadora datang.
Ratu Elsadora! Di mana wanita itu sekarang? Torreno seakan menemukan kembali simbol kebencian usang yang membuat naga dalam dirinya menjadi lebih besar, hebat, dan berkuasa.
Elsadora! geram Torreno yang dentumnya terdengar bagai sambaran petir tatkala ia dipermainkan di atas punggung Shifr. Kini, ia bukan lagi Torreno yang tidak berdaya menghadapi kematiannya sendiri karena ia adalah Shifr itu sendiri. Dia adalah ....
Sebagian besar rakyat Laniakeia telah melakukan kesalahan dengan menengok ke belakang saat berusaha menghindari eksistensinya yang menjulang di pusat ibu kota. Ia bahkan belum bergerak sedikit pun dari tempatnya, tetapi semua orang kocar-kacir lari darinya. Lebih-lebih tatkala melihat jasad raja junjungan mereka berada dalam cengkeraman cakar sang naga darah lalu diangkat setinggi mungkin ke arah Vella. Dari moncong sang naga, memancar sinar menyilaukan seterang Vella dan sang raja dikremasi di hadapan mereka begitu saja. Semua orang terpana akan keindahan sinar itu sekaligus kengerian yang ditimbulkan ketika alih-alih hangus terbakar jadi arang, tubuh sang raja justru mengkristal menjadi sebongkah permata berwarna lazuardi akibat panas luar biasa.
"O-oculus!" Seamus menatap tak berdaya di tengah orang-orang itu. Senjata andalan mereka mungkin bukan lawan yang sepadan untuk sang naga yang mampu menyemburkan cahaya seterang oculus. Jelas, tidak ada seorang pun yang mengetahui siapa musuh mereka sebetulnya kali ini. Berkali-kali naga raksasa tadi mengerjap seolah sedang berpikir untuk menghabisi mereka lebih dulu atau menelan inti permata Raja Dylon. Di mata Seamus, Naga itu kelihatan familier.
Ya, berlarilah dariku, wahai Laniakeia. Putra mahkota terbuang telah kembali dalam wujud paling cemerlang. Tidak ada yang akan merendahkan Puer Draco hari ini! Gelak tawa Shifr menggema nyaring dalam kepala Torreno. Tidak sulit sebetulnya untuk mengenali Shifr setelah ia menyadari benih kebencian dalam dirinya telah tumbuh sebesar jagat raya. Adikuasa kegelapan akan mengambil alih singgasana dari tangan Vella sumber cahaya Laniakeia.
Itukah dirimu, Shifr? Torreno merasa imbang setelah pikirannya berkelindan dengan hasrat sang naga kegelapan, hingga ia memahami bahwa ambisi Shifr lebih kelam dan membosankan daripada kebahagiaan manusiawi. Shifr menyimpan pengetahuan belasan abad yang hampa akan irama kehidupan. Seperti arti namanya, "kosong". Torreno kini mengerti kenapa Shifr amat terobsesi menguasai segala wujud yang memiliki denyut di bawah putaran Vella. Entitas ini teramat serakah bagai lubang hitam hingga sanggup menelan isi dunia yang rapuh bagai butiran pasir.
Dari pasir kembali ke pasir. Ayahanda, perkenankan aku menyimpanmu bersamaku sekarang. Torreno menimang permata di telapak tangannya, lalu menelan permata itu ke dalam perutnya.
Aku tidak keliru memilihmu, Puer Draco. Kejeniusan yang kaumiliki menjadikanmu lebih pantas mewarisi kekuatanku dibanding inang-inang sebelumnya. Tapi, kau hanya mengubah wujud Raja Dylon dan tetap saja kau memangsanya.
Tidak! Batin Torreno menolak perumpamaan dari Shifr. Perasaan 'gagal sebagai putra' tidak menderanya sehebat sebelumnya, jikalau ia jatuh dalam kehendak Shifr di awal.
Sesuka hatimu, Puer Draco. Selama itu tidak bertentangan dengan keinginanku. Sekarang, tunjukkan kekuatan hebatmu! Kita hancurkan Laniakeia, Alomora, Silvanovia, dan Mermaidivine, seperti aku telah menenggelamkan pulau cincin Corindeureen Nyree.
Lalu? Apa lagi yang akan kita hancurkan setelah negeri-negeri ini musnah?
Vella ....
Iblis pembawa kiamat ini jelas tidak akan berhenti sebelum menelan Vella dalam perutnya.
Omong kosong. Aku akan mencari Elsadora lebih dulu.
Lupakan si pirang! Kita punya tujuan lebih besar sekarang! Dendammu padanya akan terbalaskan jika Alomora telah rata dengan lumpur.
Aku ingin tahu warna permata dirinya.
Tawa Shifr menggema kian keras dalam kepala Torreno. Iblis itu jelas tertarik dengan rencana kecilnya yang mengandung hiburan. Mereka lantas terlibat sejenak soal taruhan warna, tetapi keduanya sepakat jika permata Elsadora akan berwarna lebih pekat dan gelap dibandingkan permata Raja Dylon karena Elsadora adalah wanita muda yang sehat dan kuat.
Andai aku bisa tahu warna ibuku.
Kau bisa melihat warna semua orang jika mau, Puer Draco. Shifr lekas membujuk egonya yang mulai beriak begitu mengingat wanita paladin tangguh dengan tatapan secerah Vella terpantul pada permukaan hijau zamrud dan mahkota kepala membara laksana terakota. Tidak ada wanita lain di seluruh Laniakeia yang seindah Jeannette Le Blanc di mata Torreno. Sampai kapan pun, sang ibunda adalah cinta pertama sekaligus sejatinya. Warnanya pasti hitam, jawab Shifr yakin. Dia favoritku juga.
Kau bisa membaca pikiranku?
Pertanyaan macam apa itu. Tentu saja, karena kita berada dalam satu kepala dan tubuh. Luar biasa, bukan?
Torreno juga ingin tahu apakah kekuatan nekromansi yang dimiliki Nodericka bisa digunakan untuk membangkitkan sosok ibunya, Panglima Elijah, serta divisi pemburu naga, sementara Shifr menimpali ide demi ide dalam benaknya dengan kekehan panjang.
Torreno terus mengajak Shifr bicara seraya melangkah meninggalkan Laniakeia dan orang-orang yang melarikan diri ke utara. Ayunan kakinya menciptakan arus angin. Setiap kali menjejak tanah, gempa kecil terhantar ke beragam jurusan. Sebentar saja, ia sudah mencapai padang lantana hangus dan perbatasan padang pasir, tempat di mana ia meninggalkan Raffendal bersama armada peri elemen dan sebagian fairyhound. Torreno tidak terkejut ketika kedatangannya telah disambut oleh barisan pertahanan Silvanovia. Ia meminta Raja Larnam dan Ratu Larnamia untuk mengerahkan seluruh sumber daya pasukan dalam misi hari ini tanpa mereka sadar bahwa mungkin saja tidak ada jalan kembali seperti yang terjadi pada Seyra, putri mereka yang kini bersemayam dalam perut Nodericka.
***
Dua benda putih menyilaukan seperti tombak beradu di udara diiringi bunyi bising seperti ketukan keras saat kedua ujungnya bersentuhan dalam energi besar. Kegigihan Raffendal memecahkan cara kerja oculus dalam waktu singkat, patut Torreno hargai penghormatan dengan salam pedang terhunus. Usahanya pasti juga tak lepas berkat bantuan peri elemen di sekitar cermin ganda raksasa yang tampak berusaha mengendalikan panas luar biasa dari oculus agar tidak terjadi tragedi ledakan kedua. Namun, semua usaha tadi belum cukup. Selain Torreno, tidak seorang pun tahu, bahkan Panglima Elijah sekalipun, bahwa lapisan-lapisan inti cermin kecil di dalam oculus sebetulnya ia cungkil dari bagian diadem sulur putra mahkota-miliknya, sebelum terusir dalam pengasingan-yang konon dibuat dari sisik naga emas. Beberapa keping sisik saja tentu tidak cukup untuk melawan seekor naga yang punya kekuatan sebanding.
Bukan hanya sebanding, tetapi bagai arippa dibelah dua.
Tidak butuh waktu lama untuk membuat Raffendal beserta armadanya bertekuk lutut. Torreno merebut oculus, lalu meledakkannya di langit terbuka. Gelombang kejut ledakan hampir menewaskan para peri andai mereka tidak membangun perisai energi tepat waktu. Armada peri bergelimpangan di atas padang pasir membara Laniakeia.
Kau tinggalkan saja mereka? Shifr mencela perbuatan Torreno yang dengan gamblang mengabaikan keberadaan orang-orang Silvanovia.
Aku sedang tidak ingin mengotori tanganku dengan debu peri hari ini, tutur Torreno jujur.
Gadis lumpur itu lebih menarik perhatianmu rupanya.
Sama seperti kau yang mengejar Vella hingga sejauh ini. Aku pun punya dendam tak terbayar serupa!
Menarik! Kau lebih menarik daripada Jeannette Le Blanc dan Nodericka!
Dan kau terdengar manusiawi saat bicara seperti itu, Shifr ....
Selarik cahaya redup keunguan mengambil alih pemandangan padang pasir mahaluas Laniakeia dalam kepala Torreno. Tiba-tiba saja, ia seolah berpindah ke dalam ruangan gelap mutlak. Torreno tidak bisa melihat apa-apa. Perasaannya seketika gamang jikalau Shifr memutuskan mengambil kendali penuh atas dirinya sekarang. Lalu, cahaya itu mulai berkumpul dan memadat membentuk wujud seseorang. Dalam penerangan samar, Torreno bisa melihat wujudnya yang gelap seakan berbaur dengan kegelapan di sekitar mereka.
"Sudah saatnya kita berjumpa, Puer Draco." Sensasi bisikan dalam kepalanya lenyap ketika Torreno bisa mendengar orang itu berucap jelas di hadapannya.
"Shifr," tebak Torreno yakin. Di luar dugaan, Shifr malah mendekat dan merangkulnya dalam pelukan hangat layaknya sahabat, hingga Torreno bisa merasakan tubuh Shifr yang berbalut daging dan kulit, dalam interaksi mereka yang terkesan wajar antarsesama. Andai Torreno tahu apa yang sedang direncanakan oleh iblis berwujud sosok misterius ini. Torreno tidak bisa memastikan berapa usianya dilihat dari sudut pandang manusia, tapi sosok ini berwujud seorang pemuda. Sepantaran usianya. Pantas saja Nodericka kadang bersikap aneh selama menjadi Anne L'aracosta karena di tubuhnya bersarang entitas pemuda dengan ambisi menghancurkan dunia.
Shifr mengurai pelukan, lantas berkata di depan wajahnya sambil menggerakkan kepala seakan mengintip. "Lihatlah akhir dari orang-orang yang telah mengkhianati kita, Puer Draco."
"Jangan samakan kami dengan dirimu. Kau adalah iblis yang menaruh dendam pada benda jagat raya bernama Vella. Kau dan Vella bukan manusia."
"Kalian manusia memang lancang! Sama seperti nenek moyang kalian dulu saat tiba di tempatku."
"Adakah cara kami untuk berdamai denganmu agar tidak menghancurkan dunia?"
Shifr mendesis tajam. "Tidak ada!"
"Kami bukan tandingan alam Laniakeia. Tidakkah membinasakan kami terlalu mudah dan membosankan? Apa untungnya bagimu?"
"Vella yang mengundang nenek moyang kalian pindah ke planet ini dan berjanji menganugerahi kalian kehidupan bahagia selamanya. Aku akan puas jika berhasil menghancurkan keinginan Vella tersebut!"
"Lalu?"
"Akan kuciptakan dunia baru dengan makhluk-makhluk yang kusukai saja dan memujaku seperti dewa."
Dada Torreno bagai diimpit beban takkasatmata. Ambisi Shifr jelas di luar bayangannya sebagai manusia, sekalipun mereka kini telah bersenyawa dalam satu tubuh. Ia menggeleng tegas. "Kau bahkan bermain-main dengan hati manusia, ibuku, Moi Kea, Nodericka, dan kau bilang masih belum puas?"
Shifr terkekeh pongah.
"Kenapa menggunakan aku? Aku adalah bagian dari Laniakeia yang patutnya kausingkirkan juga."
Shifr menudingkan telunjuk di dada Torreno, hampir seperti menusuk.
"Kau akan menjadi kaki tanganku dan menceritakan kisah ini turun-temurun. Jika kau membuatku bosan, aku akan menyingkirkanmu dan mencari Puer Draco baru."
"Kami tidak akan tinggal diam, Shifr."
"Oh, ya? Kau punya sekutu? Kau sendirian, Puer Draco .... Sehebat apa sekutumu itu, heh?
"Kau melupakan Vella. Jika Vella yang mengundang kami, dia pasti tidak akan tinggal diam."
"Vella terlalu sibuk menyinari dunia kalian, tapi lupa bagaimana caranya menggunakan kekuatannya sendiri untuk turun ke Laniakeia!" Nada sumbang Shifr terdengar lebih menyesakkan daripada kegelapan di sekitar Torreno. Sedari awal, Shifr memang berniat untuk merebut harapan dari hati orang-orang dan menumbuhkan benih ketakutan di mana-mana. Andai ia punya kekuatan untuk menaklukkan iblis ini.
"Andai-andaimu tidak akan menyelamatkan siapa pun, Torreno!" ejek Shifr mengisyaratkan bahwa pikiran Torreno terbaca olehnya.
***
Elsadora menunggangi gilde tercepat sejak malam ia pergi dari Laniakeia. Hingga saat ini pun, ia masih berada di punggung hewan itu. Wanita itu hanya berhenti sejenak untuk singgah meminta bantuan di Alomora, tetapi dalam setengah perjalanan menuju Mermaidivine, sinar Vella tiba-tiba berubah merah seperti darah. Kepalanya tertengadah ke langit. Tidak ada suatu keanehan pun yang dijumpainya pada bintang tersebut, tetapi fenomena ganjil yang terjadi berada di luar nalar. Seumur-umur, tidak pernah ada gerhana di Laniakeia. Mereka berada di pusat jagat raya tertua, di mana bintang-bintang baru kebanyakan telah pergi ke tepi. Dunia mereka sunyi. Bulan di langit malam pun mengorbit planet mereka dalam garis tengah vertikal yang senantiasa menghadap Vella, sehingga tidak mungkin terjadi gerhana sepanjang sejarah. Lalu, kenapa Vella bersinar merah?
Pasti ada sesuatu yang salah dan suara hatinya memerintahkan ia untuk kembali ke Laniakeia. Namun, Elsadora tidak mungkin kembali ke sana tanpa Torreno!
Tiba-tiba, sebuah benda melayang di pusat penglihatannya. Benda itu serupa garis hitam dan terbang dari arah Laniakeia. Langit merah darah hampir menyamarkan keberadaannya, tetapi gerakannya yang cepat seperti getaran, membuat noda hitam di langit itu tak luput dari perhatian Elsadora. Keputusannya untuk berputar haluan makin terasa menegangkan. Meskipun belum bisa memastikan, mungkin saja benda itu berbahaya bagi dirinya yang kini rentan sebagai mangsa atau target buruan. Namun, dalam darahnya mengalir separuh Alomora penentang bahaya dan Silvanovia keras kepala. Tujuh tahun dalam perundungan putra mahkota Laniakeia pun telah menempa mentalnya sekuat baja. Elsadora memacu gilde ke arah benda terbang tidak dikenal, datang hanya bermodalkan rasa nekat dan pikiran naif. Maka, ia tidak heran ketika jiwanya kemudian gentar hingga ke sumsum tulang kala benda itu terbang merendah menuju dirinya.
Setelah jarak mereka cukup dekat dan gilde pun tidak melambat, barulah Elsadora menyadari bahwa benda itu adalah sesosok makhluk setengah monster yang belum pernah disaksikannya seumur hidup: separuh badannya adalah wanita rupawan berkulit porselen dengan rambut hitam sekelam malam yang melambai liar di sisi tubuh dan kedua lengan bersayap bagai sirip ikan; separuhnya lagi menyerupai naga dengan tubuh yang sangat panjang dan melingkar seperti ombak di lautan dengan sisik perak keseluruhan-bagian inilah yang barusan ia lihat bergetar di kejauhan. Elsadora berupaya sekuat mungkin menahan dirinya agar tidak pingsan atau jatuh dari punggung gilde karena seluruh tubuhnya mulai gemetaran. Lebih-lebih tatkala makhluk itu lantas berbalik arah sewaktu mereka berpapasan, lalu terbang menyamai laju gilde tunggangan Elsadora.
"Pirang."
Elsadora menjerit ketika makhluk itu memanggil dirinya dengan julukan yang terdengar tidak asing, apalagi ketika melihat denyar gelisah dalam sorot mata biru seterang lautan sedang lekat menatapnya. Wajah makhluk itu langsung ia kenali saat itu juga. Anne L'aracosta! Gadis naga peliharaan Torreno!
"Berhenti! Kita harus bicara!"
"Ti-tidak! Enyah kau, Gadis Monster!" bentak Elsadora dengan suara bergetar. Sia-sia belaka ia kumpulkan keberanian karena lawan yang dihadapinya justru mahluk yang paling ingin ia hindari.
"Jika kau menolak, aku terpaksa menggunakan kekerasan."
Anne L'aracosta alias Nodericka menculik wanita itu setelah ia baru saja dibangkitkan dari kematian. Tidak ia hiraukan jerit kengerian Elsadora ketika tubuh wanita itu ia sambar di bahu lantas tergantung di udara seperti boneka mainan.
"Turunkan aku!" Elsadora menjerit nyaring berusaha mengalahkan deru angin.
"Kau ikut bersamaku ke Laniakeia!" imbuh Nodericka.
"Ke-kenapa?" Belum hilang kengerian Elsadora atas kemunculan Nodericka dalam wujud mencengangkan, kabar yang dibawa gadis itu tak kalah mengejutkan. Apalagi tujuan mereka ternyata sejalan.
"Torreno berubah menjadi naga! Naga iblis raksasa! Raja Dylon sudah mati di tangan monster laut utusanku-jangan tanya kenapa! Dan sekarang, hanya tersisa dirimu untuk menjinakkan Puer Draco agar terbebas dari kendali Shifr dan mengubah wujudnya kembali menjadi manusia!"
"Apa?" Tenaga Elsadora seakan habis saat ia berteriak tidak percaya. "Kau gila? Seandainya ceritamu itu benar, aku bukan siapa-siapa! Raja Dylon sudah mengeluarkan dekrit untuk mencabut posisiku sebagai ratu dan pengasuh Torri-oh, Yang Mulia sudah tiada ...."
Nodericka tidak memberi Elsadora kesempatan untuk berduka. Ia membalik tubuh Elsadora agar menghadapnya sehingga pemandangan padang pasir yang dilihat di bawah oleh Elsadora kini dikuasai oleh wajah marah Nodericka dengan rambut hitam berkibar di rembang cakrawala merah darah.
"Andai kau tahu bagaimana isi hati Torreno sebelum ini terhadapmu."
***
Sejauh ini, ini chapter faveku huhuhu 😍❤️🔥
16 Agustus 2022, pukul 15.18 WIB
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top