Pemburu Naga
Anne memang tak punya pilihan selain menuruti Torreno.
Setidaknya sampai kekuatannya bangkit -- mungkinkah itu?
***
"Dia tak banyak bicara," keluh Panglima Elijah. Torreno hanya mengedik.
"Anda boleh menunggu di sini semalaman, Panglima-"
Mata Panglima Elijah membulat memelototinya, sungguh tak cocok untuk raut wajah serius pria itu. Panglima Elijah telah berusaha keras untuk menggali cerita dari mulut Anne, tetapi tampaknya gagal, sekeras apa pun ia mencoba.
"Mungkin dia akan mau bicara bila Anda mengajaknya berkeliling lebih dulu untuk menyenangkan hatinya."
Torreno menghirup udara kasar ke dalam lambung. Sama sekali tidak terkesan membanggakan. Ia adalah pemburu naga, bukan penjinak salah satu dari mereka.
Kenapa ia harus repot-repot memikat hati Anne bila sanggup memaksanya?
"Apa rencana Anda selanjutnya, Yang Mulia?"
Torreno tidak menjawab pertanyaan Panglima Elijah. Ia bangkit dari kursi, lantas menuju peraduan yang ditempati oleh Anne -- gadis itu duduk kaku di tepian. Napas Panglima Elijah tercekat ketika sang pangeran berlutut di depan sang gadis.
"Abaikan saja keberadaan saya!" tukas Panglima Elijah ketika Torreno menoleh mendengar suara napasnya. Pria ini terlalu berlebihan. Apa dia sungkan karena Torreno melakukan hal semacam ini di depan matanya? Ia sedang tidak berlutut melamar Anne, kalau itu yang Panglima Elijah pikirkan.
Torreno kembali mengalihkan perhatian pada Anne. Dengan ekspresi dingin yang khas, gadis itu menatap Torreno melalui mata birunya yang beku.
"Anne ... naga putih itu, siapa dia? Dan di mana sarangnya?"
Anne menggeleng, menolak menjawab, meskipun Torreno telah memajukan badan dan mengepung dengan kedua lengan kokoh untuk memojokkan.
"Nona Naga, tolong bekerjasamalah." Torreno memaksa. Mungkin wajahnya tampak seperti cetakan besi tatkala menatap setajam mungkin. Jangan sampai usaha Torreno menahan Anne di sini sia-sia.
Naga putih jantan yang diburu oleh pasukannya dulu tak berhasil ditangkap. Itulah alasan terbesar Torreno sekarang mengurung Anne di istana ini. Hanya saja, tak ada yang menyangka kalau gadis ini adalah naga betina hitam yang mereka temukan berpasangan dengan si putih.
"Pangeran Torri, Anda terlalu memaksa seorang wanita," bisik Panglima Elijah di telinga Torreno. Ia menelengkan kepala . Sungguh? Torreno rasa pria tua ini telah terkecoh dengan penampilan Anne yang sekarang dan masih belum bisa menerima kenyataan bahwa gadis cantik di hadapannya adalah seekor naga. Mungkin Torreno harus menyuruhnya gelap-gelapan dulu bersama Anne agar Panglima Elijah dapat menyaksikan sendiri mata obor merah membara milik gadis ini.
"Mungkin Anda bisa memintanya untuk makan malam lebih dulu?" Panglima Elijah mengulangi sarannya.
Oh, Torreno sungguh tidak tahan lagi, baik terhadap pria ini ataupun Anne. Ia tinggalkan mereka berdua dan naik ke atas ranjang, lalu mencoba memejamkan mata. Masih terdengar helaan napas berat Panglima Elijah yang menyayangkan pengabaian sang pangeran atas nasihatnya. Terima kasih. Ia mengantuk dan ingin tidur, wahai Pak Tua!
***
Sinar Vella menyelusup masuk melalui jendela berpalang jeruji besi menimpa wajah Torreno. Ia terbangun sambil mengerjap-ngerjap karena silau. Cara bangun yang menjengkelkan karena kantuk masih menguasai. Terjaga sepanjang malam membuat Torreno ingin terus bergelung di atas tempat tidur hingga tengah hari. Andai ia punya banyak waktu ....
Anne!
Torreno terkesiap bangun seakan ada sengatan kala berbisa yang menyentak segenap kesadaran. Gadis itulah yang pertama kali ia pikirkan setelah berhasil membuka kelopak mata yang lengket akibat tidur terlalu pulas.
Ia lempar selimut asal ke lantai lalu mengedarkan pandangan nyalang ke sekeliling kamar. Hanya ada ia sendiri di tempat ini. Di mana gadis itu?!
Dengan gerakan tangkas, Torreno bergegas melompat dari tempat tidur dan keluar kamar menjelajahi seluruh istana untuk mencari. Tidak ia pedulikan tatapan takjub dari para pelayan yang kebetulan berpapasan di lorong-lorong dan bagian istana. Entah apa yang mereka lihat dari penampilannya yang baru bangun tidur. Baiklah, Torreno baru tersadar akan penampilannya dalam kemeja yang acak-acakan dan beberapa tali pengait terlepas sehingga menampilkan liar area dada.
Terserahlah, ia tidak terlalu peduli ke mana arah mata para pelayan yang sebagian besar wanita itu memandang. Torreno hanya ingin menemukan Anne secepatnya! Rasa kantuk telah membuatnya ceroboh meninggalkan gadis itu semalam bersama Panglima Elijah -- apakah Anne sedang bersama orang kepercayaannya sekarang?
"Torreno!" Suara seorang wanita yang cempreng memanggil ketika ia memintas lewat gerbang belakang istana untuk keluar mencari pria itu. Ratu Elsadora sedang dalam pertemuan dengan nyonya-nyonya bangsawan di taman belakang -- mana ia tahu tempat ini sedang dipergunakan sekarang .... Para wanita itu memberikan tatapan yang sama padanya seperti para pelayan.
Ratu Elsadora bangkit dari kursi setelah pamit dengan para nyonya yang sedang duduk di sekeliling meja makan bundar, lalu menyongsong Torreno dengan langkah cepat.
"Pertunjukan apa lagi ini? Kau selalu saja berulah!" Ratu Elsadora langsung memarahinya dengan nada berbisik agar tidak terdengar orang lain. Torreno hanya mengangkat alis berpura-pura tidak mengerti.
"Demi rambut kusutmu, Torri. Apa kau tidak pernah kuajari etika? Menampakkan diri di depan umum dengan tampang lusuh bangun tidurmu itu -- jangan bilang kau belum mencuci muka dan membersihkan mulut! Dan rambut keritingmu itu benar-benar kekacauan! Torri, kau memalukan!" Tangannya bergerak cekatan memasang pengait di kemeja Torreno yang hanya bisa mendesah diperlakukan seperti anak-anak.
"Maaf, Yang Mulia. Aku sedang terburu-buru!" Lekas ia menghindar dari Ratu Elsadora setelah wanitu itu selesai dengan kemejanya. Torreno tidak ingin Ratu Elsadora tahu bahwa Anne menghilang dan ia sedang mencari gadis itu sekarang. Ibu tirinya akan panik jika tahu ada naga berkeliaran tanpa pengawasan di Laniakeia -- bisa-bisa sang ratu akan memerintahkan seluruh pasukan untuk mencari Anne.
"Selamat pagi, Yang Mulia!" Lucas dan Seamus menyapa sang pangeran canggung ketika ia menemui mereka berlatih pedang di halaman markas divisi pemburu naga.
"Di mana Panglima Elijah?" tanya Torreno langsung. Ia sedang tergesa-gesa untuk menjawab salam. Mereka pun menurunkan pedang dan berpandangan sesaat.
"Pagi-pagi betul Panglima pergi ke istana. Saya pikir dia ke tempat Anda, Pangeran?" Lucas menjawab penuh keraguan. Namun, itu cukup untuk menuntaskan rasa penasaran Toreeno sekarang. Berarti, kemungkinan besar Anne sedang bersama pria itu. Panglima Elijah pasti menemukan ia tertidur pulas lantas mengajak Anne pergi bersamanya. Dasar Pak Tua! Entah apa yang Panglima Elijah lakukan.
"Ada masalah, Pangeran Torri?" Pertanyaan dari Seamus membuatnya tersindir. Jangan sampai Seamus mengetahui bahwa Panglima Elijah membawa pergi gadisnya diam-diam, ia pasti akan menjadi bahan tertawaan malam ini di tavern. Namun, ia adalah Torreno dan punya banyak cara untuk mengubah kesialan ini menjadi sebuah keberuntungan -- sesuatu yang kali ini berada di luar jangkauan Ratu Elsadora ... setidaknya, sampai belum ketahuan.
"Sebaliknya,-" Toreeno memperlihatkan sebaris gigi dengan senyum lebar, "hari ini kita akan bersenang-senang ...." Dua orang prajurit itu bertukar pandang heran.
"Seamus, beritahu seluruh pasukan untuk bersiap berburu 'kupu-kupu'. Aku akan kembali dalam lima menit. Dan kau, Lucas ... pinjami aku beberapa pakaian!"
Lucas langsung bersalto gembira beberapa kali di udara karena akhirnya mereka akan melakukan sesuatu yang menyenangkan setelah berminggu-minggu menyesali kegagalan perburuan naga -- baiklah, hanya itu kelebihannya yang membuat Torreno sedikit iri -- lalu ia menyusul sang pangeran masuk ke dalam markas.
"Oh, ya, Seamus!" Torreno berbalik sebentar memanggil pria berusia nyaris dua kali lipat umurnya itu sambil menunjuk. "Siapkan juga agnon. Kita akan menggunakannya hari ini!"
Seamus menjengkit sebelah alis. Apa pria itu memikirkan apa yang sedang san pangeran rencanakan? Pasti. Sebuah seringai terkembang di bibirnya. Mereka saling bertukar tinju di udara kosong.
Panglima Elijah sedang sibuk dengan Anne sekarang. Untuk pertama kalinya, Torreno bisa lepas dari dua orang merepotkan itu. Apa lagi yang lebih baik dari ini? Berburu, tentu saja!
***
Torreno dan Panglima Elijah tidak pernah sepakat tentang ghea, makhluk yang ia sebut kupu-kupu tadi -- makhluk berukuran sebesar kucing dengan sepasang sayap berbulu aneka warna dan antena di kepala dengan wajah bundar seperti bayi. Mereka sebenarnya adalah jenis peri pohon yang tinggal dalam hutan di lembah kegelapan, satu-satunya kanopi hijau yang ada di Laniakeia.
Tidak pernah ada yang memasuki hutan itu. Alasannya bukan karena monster-monster yang bersembunyi di dalamnya, tapi karena hutan itu sangat gelap dengan kanopinya yang sangat tebal dan lebat sehingga sinar matahari tak bisa menembus sampai ke dasar. Tak susah untuk kehilangan petunjuk dan tersesat di dalam sana.
Jadi, ghea tinggal di dalam sana. Makhluk-makhluk ini baru akan keluar dari hutan untuk mengumpulkan sari bunga dan madu di padang-padang Laniakeia yang luas dan jumlahnya tidak seberapa bila dibandingkan padang pasir bercadasnya.
Naga sangat menyukai rasa mereka dan ia sangat membenci naga. Lebih-lebih naga air asin Danau Tavareth yang telah membunuh ibuku. Meskipun mereka memperoleh antidotum yang sangat manjur dari tanduk naga beracun, tetap saja Torreno tidak puas hanya dengan membunuh makhluk inj sampai ia bisa memusnahkan seluruh naga yang menghuni dataran Laniakeia.
Saat Torreno menguutarakan niatnya kepada Panglima Elijah untuk memusnahkan sumber makanan utama naga, ghea, mereka bertengkar hebat selama berhari-hari. Situasi dalam pasukan menjadi tegang karenanya. Panglima Elijah menentang habis-habisan ide tersebut karena pria yang disegani olehnya itu menganggap ghea adalah bagian dari keseimbangan alam Laniakeia yang tak boleh diusik.
Tanpa ghea, takkan ada naga, Torreno tetap berkeras mempertahankan pendirian, walaupun ada kemungkinan naga-naga akhirnya beralih memangsa manusia. Ia akui, itulah sisi kelemahan dalam rencananya yang menjadi sumber kemarahan panglima Elijah. Ini adalah perang antara mereka dan naga, dan pengorbanan dalam setiap perang adalah hal yang wajar, bukan? Tentu saja Torreno tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Mereka akan melawan!
Ini adalah hari keberuntungan divisi pasukan pemburu naga. Ghea-ghea sedang berpesta di padang bunga Lacantina. Tampak pemandangan di hadapan mereka didominasi oleh makhluk-makhluk mungil yang jumlahnya ada ratusan, berseliweran hilir mudik terbang di atas bunga-bunga berkelopak tebal seukuran pinggan yang berpendar di bawah sinar Vella. Antena mereka bergerak-gerak lucu, memuntir dan memetik biji berisi sari bunga lalu menyuapkannya ke dalam mulut mereka yang bulat mungil.
Torreno mendengar erang dan gumam "oh" tertahan dari mulut-mulut pria di belakangnya.
Hei, kalian!
Segera ia lambaikan tangan pada mereka untuk diam karena mereja senua sedang merangkak bersembunyi di balik ilalang. Seamus di samping lantas menyenggol bahunya kurang ajar. Pria itu mengerlingkan mata padanya, lantas memberi isyarat untuk menoleh ke arah kanan. Lalu, ia lihat Lucas sedang meneteskan air liur menyaksikan pemandangan pesta makan ghea tidak jauh dari tempatnya. Oh, yang benar saja!
Untunglah, ghea-ghea itu sedang asyik makan sehingga tidak menyadari tempat persembunyian mereka yang sebenarnya rentan ketahuan. Ditambah lagi, agnon-agnon yang ada di tangan beberapa orang, pasti menimbulkan suara gesekan cukup berisik saat tersangkut menerobos ilalang.
Ini adalah waktu yang tepat untuk berburu, Torreno tidak ingin menunda lebih lama.
Ia angkat tangan kiri yang telah terpasang senapan panah tembak kecil di bagian punggungnya ke udara sebagai aba-aba sunyi untuk menyerang -- sepertinya, kita lupa diberitahu bahwa Torreno kidal.
Bagian awal penyerangan adalah bagian yang Torreno latih dengan serius bersama pasukannya. Tiap-tiap perburuan memiliki strategi tersendiri untuk mengurangi kekeliruan yang tidak diharapkan dan menambah efektivitas serangan. Dalam gerakan serempak, mereka bangkit dan menyebar membentuk formasi dua barisan -- barisan depan berlutut dan barisan kedua dalam posisi berdiri tegak -- lalu menembakkan panah-panah tembak mungil ke arah koloni ghea.
Dalam hitungan detik, puluhan ghea langsung jatuh menimpa bunga-bunga Lacantina sebelum mendarat di tanah-- makhluk-makhluk itu bahkan tak punya waktu untuk menyadari serangan ataupun terkejut. Setelah beberapa detik, baru terdengar pekik kepanikan dari mulut mereka bersahutan memenuhi kesunyian padang bunga. Torreno terus-menerus menarik tali pemicu yang terpasang di jari kiri tengahnya, menembakkan panah-panah mungil ke arah mereka, sementara genggaman tangan kanannya penuh dengan anak panah, cekatan mengisi ulang senjata.
Tak butuh waktu lama untuk menjatuhkan separuh populasi ghea tersebut, lalu makhluk-makhluk itu berusaha kabur. Ia lantas meneriakkan kata "agnon" dengan lantang dan beberapa pria yang membawa senjata tersebut langsung merangsek maju ke depan untuk mengejar mereka.
Semburan lidah api sepanjang lima kaki langsung menjilat tubuh-tubuh mungil tersebut dan membakarnya. Aroma gosong pun menguar memenuhi udara. Kemudian, lidah-lidah api terus beraksi memberikan pertunjukan dramatis saat berkobar dan meletup-letup ketika bersilangan -- tubuh-tubuh ghea yang terkena sambaran, hangus. Torreno tidak menyadari ketika Seamus di sampingnya bergidik ngeri menyaksikan binar penuh kepuasan di matanya memantulkan bayangan pembantaian yang sedang terjadi di padang Lacantina.
Ia menyimpan beragam bentuk senjata ini di basemen markas. Juga senjata-senjata khusus lain yang rencananya akan dipergunakan dalam perang naga. Salah satu versi besar agnon bahkan membunuh naga dari Tavareth. Torreno memberi agnon nilai "penghancur jarak dekat sampai sedang". Senjata dengan tingkat penghancur jarak jauh sedang ia kerjakan bersama Panglima Elijah di sebuah tempat rahasia yang hanya mereka ketahui berdua, sampai saatnya tiba untuk digunakan.
Lalu, sebuah pemikiran mengerikan terlintas di benaknya: ke mana pun pria tua itu pergi bersama Anne, jangan sampai Panglima Elijah berniat memperlihatkan senjata itu pada Anne. Anne tidak punya kemampuan untuk memanipulasi pikiran, bukan? Apakah ada kemungkinan Anne ingin mengetahui rahasia yang tersimpan dalam perang naga ini?
Dia adalah naga, Torri! Dan dia sekarang sedang bersama salah seorang tangan kanan terdekatmu!
Senyum pudar dari wajah Torreno. Kenapa ia tidak memikirkan sejauh ini?
Torreno merangsek maju menyusul pria-pria bersenjatakan agnon dan menembakkan panah membabi buta berusaha menjatuhkan ghea yang tersisa dan tidak sempat kabur. Pria-pria itu berhenti menembakkan senjata mereka karena tidak ada lagi yang bisa ditembaki ketika ia menembak ghea terakhir dengan kerasukan. Ia biarkan saja beberapa ghea yang sempat lolos terbang melarikan diri ke arah lembah kegelapan, rumah mereka.
"Kembali ke istana segera!" teriak Torreno berbalik meninggalkan medan pembantaian.
"Pangeran Torri, ada masalah?" Seamus menepuk pundaknya khawatir. Perubahan sikapnya yang mendadak pasti membingungkan semua orang. Torreno menoleh pada pria itu dan bertanya dengan wajah kaku.
"Katakan, Seamus. Apa bahaya seorang pria yang sedang bersama dengan seorang wanita?"
Mata Seamus mengerjap sesaat, merasa canggung mendengar pertanyaan darinya. Pria itu terdengar agak sungkan saat menjawab, "Ayolah, Yang Mulia. Anda terlalu berlebihan bila menganggap wanita itu berbahaya. Kecuali ...," Seamus meneguk ludah sebentar, menimbang apakah ini jawaban yang ingin ia dengar, "-kecuali bila wanita itu merayu sang pria untuk mengelabui, membunuh, atau ... membongkar rahasianya."
Terima kasih, Seamus ... kau menjawabnya dengan sangat baik.
"Bakar padang bunga dan semua ghea sebelum para naga menemukan jasad mereka!" perintah Torreno mengundang decak keheranan seluruh pasukan. Ia tidak akan main-main dalam perang ini walau harus mengorbankan sepetak padang bunga yang berharga.
"Pangeran Torri ...." Seamus berusaha menyela, tetapi ia membalas dengan tatapan tak mau dibantah.
"Lucas, siapkan gilde-ku! Mana dia?" Torreno berusaha mencari-cari sosok remaja sebayanya itu yang tiba-tiba menghilang. Beberapa orang turut memanggil-manggil nama Lucas untuk mencari keberadaannya. Apa dia hilang diculik oleh ghea? Toreeno bertanya sinis di tengah kegusaran. Kemungkinan Lucas mengejar ghea sampai ke rumah mereka bukanlah hal mustahil, mengingat bagaimana cara Lucas meneteskan air liur saat melihat makhluk itu untuk pertama kali dalam hidupnya.
"Maaf Yang Mulia, aku di sini." Entah apakah ia bisa bernapas lega ketika mendengar suara Lucas karena tiba-tiba muncul menepis prasangka sebelumnya. Namun, Torreno terpaku melihat apa yang ada di tangan pemuda itu -- seekor ghea meronta-ronta karena kedua pangkal sayapnya dicekal oleh Lucas sehingga ia tidak dapat kabur. Mulut kecil mungilnya berdecap-decap lucu, sangat cocok untuk wajah bayi makhluk itu yang sekarang matanya membulat lebar ketakutan. Lucas terlihat sangat semringah mengangkat makhluk itu di depan dada seakan mempertontonkan hasil buruannya dengan bangga.
"Yang Mulia, izinkan aku memeliharanya-- Jangan khawatir! Aku akan rajin membersihkan kandangnya agar tidak bau dan mengurungnya dengan baik di markas."
Ia memelihara naga dan Lucas memelihara ghea. Anne pasti akan bahagia.
Sayang sekali, ini bukan cerita dongeng kekanakan. Lucas tidak sanggup menutup mulut dengan mata membelalak lebar ketika Torreno mengisi ulang senjata, lalu menembakkan anak panah mungil yang menancap tepat di antara kedua mata makhluk itu -- nyaris menyerempet ketiak Lucas andai ia memeleset tadi. Lucas sangat terpukul memandangi makhluk yang kini terkulai lemas di tangan. Tidak mampu berkata-kata.
"Siapkan gilde, Lucas!" Torreno memerintah tanpa memberi Lucas kesempatan untuk berkabung sesaat.
Seamus hanya bisa prihatin ketika merebut makhluk itu dari tangan Lucas lalu melemparnya ke tengah kobaran api yang melalap padang Lacantina.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top