Kecantikan yang Sempurna

"Selamat datang di Kerajaan Laniakea."

Ratu Elsadora menyunggingkan senyum paling sempurna di bibirnya untuk menyambut kedatangan para tamu kerajaan yang berasal dari seluruh penjuru negeri. Sementara, Torreno berdiri di sampingnya dengan penampilannya yang biasa-- wajah berekspresi netral dan senyum natural yang tidak dipaksakan dan juga tidak berlebihan. Sang ratu melirik sekilas padanya dan berbisik seolah-olah mereka sedang berbincang di ruang pengadilan tinggi kerajalan.

"Terima kasih telah merapikan rambutmu," ucapnya tak jelas antara ejekan ataukah pujian.

Torreno telah melakukan semua perintahnya dengan baik; mengikat rambut coklat keritingnya yang bertebaran ke mana-mana sehingga menjadi gulungan rapi di balik diadem sulur kebanggaan karena sebelumnya sang ratu mengancam akan memakaikan pot bunga di kepalanya.

Oh, ayolah, ibu tirinya ini hanya bercanda. Butuh keberanian lebih dari searmada pasukan kerajaan untuk mempermalukan Torreno karena juga akan berimbas pada nama baiknya yang berharga sebagai ibu sambung sang putra mahkota sekaligus wajah nomor satu Laniakeia untuk sementara. Ayahnya? Orang-orang pasti bisa menduganya. Terkadang pengobatan yang paling manjur pun tidak akan berhasil bila ia sendiri tidak berhati-hati dengan usianya. Yang Torreno maksud di sini adalah Ratu Elsadora, yang muda dan cantik. Rasanya dia tidak perlu menceritakannya lebih jauh karena hanya akan merusak kehidupan remaja sang pangeran yang polos.

"Ingat, berdansalah dengan baik malam ini!"

Sang ratu berusaha mengingatkan Torreno akan masa-masa sulit saat aku pernah tak sengaja menginjak gaun salah seorang pasangan dansaku, seorang putri yang malang sehingga ia terjatuh. Masing-masing pasukan dari kedua belah pihak kerajaan telah saling menghunuskan pedang andai saja Ratu Elsadora tidak berhasil meredam insiden itu dengan sebuah keputusan yang bijaksana. Ia menyuruh Torreno membopong putri tersebut ke kamar tempatnya menginap dan menemaninya makan malam romantis. Itu benar-benar menjadi malam terburuk bagi Torreno di usianya yang ke-enam belas kala itu. Dia tentu tidak ingin mengulanginya lagi.

"Dan sapalah para gadis-gadis!" Ratu Elsadora memberikan lirikan tajam pada sudut matanya.

Apa ia baru saja menyebutkan "para gadis-gadis"? Torreno merasa ibu tirinya sudah terlalu berlebihan dalam menggunakan kosakata untuk menekannya.

"Sesuai perintah Yang Mulia ...," ujar Torreno sambil berlalu dari hadapannya.

Torreno bisa merasakan letupan panas di punggungnya setelah mengucapkan sebutan sarkastis itu pada sang ratu. Pastilah berasal dari tatapan mata Ratu Elsadora. Torreno sedikit menyesal karena benar-benar tidak bisa menahan diri tadi.

Sang pangeran mendesah. Ia belum berkeliling melaksanakan tugasnya tapi ia sudah mengeluh. Membersihkan kotoran kandang jauh lebih baik dari ini. Setidaknya, Torreno tidak perlu berpura-pura mengagumi atau memuji setiap gadis yang diajaknya bicara.

Torreno benar-benar payah dalam urusan romantis.

Bagi Torreno, hanya adasatu kata untuk menggambarkan suasana di aula kerajaan Laniakea saat ini. PELANGI. Parade putri-putri cantik bergaun indah dan berwarna-warni seolah membingungkan saraf retina matanya yang lebih terbiasa dengan keseharian yang monoton. Sementara, di luar sana masih banyak kereta-kereta yang datang membawa para gadis berpenampilan tak kalah meriah.

Lalu tiba-tiba mata Torreno terpaku pada satu rombongan yang datang terakhir dan ia benar-benar tak bisa mengalihkan perhatiannya dari sana. Rombongan itu tampak sangat mencolok dan berbeda. Mereka menunggang kuda-kuda pegasus dan setiap gadis memiliki rambut yang luar biasa panjang dan tertata cantik dalam beragam gaya. Mereka adalah rombongan peri dari kerajaan elf, Silvanovia yang terkenal dengan kesempurnaan kecantikannya.

Torreno dapat merasakan tatapan gusar dan iri dari seluruh penjuru aula tatkala ia berlari menyambut rombongan fantastis tersebut. Terbayang juga senyum kemenangan di wajah sang ibu tiri karena akhirnya ia menemukan sebuah titik cerah dalam kehidupan romantikanya. Namun, sungguh, bukan itu yang ada di pikiran Torreno saat ini.

"Selamat datang, para Putri ...." Torreno menyambut mereka dengan keramahan yang terkesan bersemangat. Mereka tampak terpesona dan tersanjung melihatnya. Sang pangeran tidak tahu apa daya tarik dirinya yang membuat mereka merasa seperti itu. Entahlah, dia hanya merasa sebagai seorang pangeran biasa dengan rambut dan mata coklat. Torreno tak pernah menganggap dirinya istimewa.

"Oh, dia manis sekali." Ia dapat mendengar bisikan-bisikan yang beredar di antara mereka.

"Aura Anda sungguh murni, Pangeran--"

"Torreno." Sang pangeran memperkenalkan diri. Sudah bukan rahasia kalau para peri memang sangat mengagumi dan sering jatuh cinta dengan manusia yang memiliki aura "murni" seperti sebutan mereka. Torreno tidak tahu apa artinya itu dan ia baru tahu kalau dirinya seperti itu di mata mereka. Entahlah.

Torreno bahkan membantu mereka turun satu per satu dari punggung pegasus. Terdengar desahan berat dari ruang aula yang tiba-tiba menjadi kacau.

Nah, rasakan sekarang kau, Ibu. Tenangkanlah "para gadis-gadis" di dalam sana yang telah kubuat patah hati, katanya dalam hati.

"Bila Anda tidak keberatan, Pangeran ...."

Para peri itu kini mengelilinginya dan menyentuhnya di sana sini seraya mengagumi. Mereka lalu merangkul dan menarik lengan sang pangeran memasuki arena pesta yang baru saja akan dimulai.

"Tunggulah sebentar." Torreno memohon.

"Berikan dulu aku waktu melihat-lihat pegasus kalian."

Ya, hanya itulah yang memenuhi otaknya sedari tadi. Baru pertama kali ini dia melihat pegasus dan ini adalah kawanan pegasus. Torreno belum pernah melihat makhluk seindah mereka dalam seumur hidupku sampai-sampai ia rasanya rela menyerahkan diadem kebanggaannya untuk menjadi hiasan kepala salah satu pegasus ini bila ia menjadi hewan peliharaannya

Serentak para peri itu melepaskan tangan mereka dari lengan dan tubuh Torreno lalu pergi bersungut-sungut.

"Pangeran dari kerajaan ini mengecewakan!" geru mereka tak sudi menatap Torreno.
Apakah dia baru saja mengacaukan pesta ini?

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top