Petasan
Mohon maaf bila menemukan typos
.
.
.
.
Aliya baru saja kedatangan tamu, para mahasiswanya setelah buka puasa tadi. Sekarang semua sudah bubar, Aliya mencari si bungsu yang sedang bermain dengan Bryna di ruang teve.
"Ziziee," panggilnya. "Mana anak mom yang ganteng yaaa??" ujarnya, Zie langsung merembet di sofa dan menyambut Mommynya.
"Momomomom... Aooo,"
Senyum Aliya mengembang lalu membawa Zie dalam gendongannya. "Maaf yaa lama tadi,"
"Habis ada tamu siapa mom?" tanya Bryna.
"Itu mahasiswa. Makanya lama, hari Kamis- Jumat mom praktik dari jam 8-12 nggak apa-apa ya dek?"
"Nggak apa-apa, mom."
"Mom praktik sebentar aja, pasien nggak nerima banyak paling anak-anak aja tuh konsul." jelas Aliya. "Dedek mau sahur pake apa?"
"Nugget masih ada mom?"
"Masih ada dong. Mau di apakan?"
"Sama sop deh. Yang anget-anget." pintanya.
"Yawes. Sop dadakan ya,"
"Iyaa mom."
"Coooppp mom. Maaam, Mmoooomomoomo." Zie ikut menyahuti dengan bahasanua sendiri.
"Iya sayur sop ya. Zie mau?"
"Moo.. mamam."
Aliya tertawa padahal tadi Zie baru makan buburnya. "Kavin mana?"
"Kavin bukannya masih di Mushola mom? Sama mamas deh kayaknya."
"Lho? Belum pulang ta? Sama daddy ya?"
"Belum. Nggak, daddy ada kok. Di ruang kerjanya."
"Eehh. Kok udah malem belum pulang sih. Nanti mom panggilin deh,"
"Nononono! Mikkk Mikk cuu,"
"Iya susu. Kudu ikut nih daddy,"
"Dyyy mom, Dydyddydy."
"Iyah ke daddy yuk."
Aliya menggendong Zie menuju ruang kerja di ujung rumah sambil menyusuinya. "Permisi, pak dokter," kelakarnya.
"Masuk," sahur Adrian dari dalam, Aliya membuka pintu di depannya.
"Dydyddydyd,"
"Haii! Anak daddy," Zie langsung pindah ke gendongan Daddynya.
"Anakmu lho tuh, dua-dua belum pulang." oceh Aliya.
"Biasa kan? Ngaji," sahutnya santai.
"Tarawih dah selesai dari tadi."
"Biarin lah. Main, namanya juga anak cowok."
"Ck! Kok di biarin? Kalau kena sabet sarung lagi gimana?"
"Nggak usah terlalu khawatir. Anak-anak tuh biarin berkembang gitu lho. Nggak di rumah terus, nggak hapean terus." Adrian masih santai menanggapi ocehan Istrinya yang khawatir berlebihan.
Aliya misuh-misuh sambil buka-buka diktat di depannya dengan asal. Ia khawatir begini karena tadi ia dapat laporan dari koas kalau ada anak yang terkena petasan yang mengakibatkan si anak jadi luka-luka parah sampai kritis.
"Ya aku takut! Kalau kena petasan, piye?Gak denger tuh cetas cetus petasan dari tadi? Darimana coba kalo gak dari taman?" Aliya masih merepet, sedangkan Zie sedang asik memainkan stetoskop di atas meja daddynya.
"Yaudah daripada ibu Alya bawel, mending kita susulin yuk!"
Mereka keluar dari ruang kerja, Zie masih di gendongan Daddynya tak mau lepas saat sudah sampai di ruang tengah dan ingin di tinggal dengan Bryna saja di rumah.
"Nonnonon!!! Kuut," ocehnya.
"Sayang, mom mau panggil mpin dulu."
"Dydydydyd Mpiin, kuuttt." rengeknya lagi.
"Daddy panggil mpin, udah malam nak. Tunggu sama mbak yaa,"
"Nonooo!! Kuutt!! Hikss huuwaaaaaaaaa," tangisnya kencang, tak kuasa, Aliya menggendong Zie lalu membawanya keluar bersama Adrian ke taman.
Sampai di sana, benar saja Kavin juga Bryan sedang main dengan teman-teman mereka dan bermain petasan. Aliya berkacak pinggang begitu sampai di dekat mereka.
"Mpin dyyy,"
"Iya itu mpin tuh "
"Piiin!!! Mpiinnn!!" teriak Zie, abang dan mas nya itu langsung menoleh.
Keduanya lantas meninggalkan teman-temannya juga petasan yang hampir saja di nyalakan.
Aliya langsung membawa kedua putranya pulang menuju rumah. Ia masih bungkam, Bryan dan Kavin juga diam, mereka takut kalau Mommynya sudah diam seperti ini.
"Maaf mom," gumam Bryan saat sampai di rumah. "Bukan maksud mas nggak izin, karena mas mikir mom sama dad pasti tahu."
"Mom tahu, selesai sholat kalian tadarus, terus main, tapi nggak main petasan." sahut Aliya mencoba menahan suaranya.
"Iya mom maaf,"
"Tahu nggak? Bakar uang itu dosa, Allah nggak suka, mom kasih uang bukan buat beli petasan."
Bryan dan Kavin menunduk merasa bersalah. Memang, Mommy memberi mereka uanh seorang 10ribu, 5ribu untuk amal sisanya untuk jajan tapi bukan jajan petasan.
"Maaf mom.".
"Kamu mas, adeknya bukan langsung di bawa pulang malah dibiarin. Kalau kena petasan piye? Apa yang mau di sesalin? Siapa yang mau di salahin? Mending temenmu mau tanggung jawab. Lah wong adekmu kena sabet sarung mereka lari pulang." repet Aliya mengungkit masalah yang lalu.
"Ada kalanya mas juga pengen kayak anak yang lain. Bisa main bareng-bareng. Apalagi ini bulan ramadhan, Sering mas dikatain, masa jam segini pulang??"
"Iya, mom nggak larang mas , nggak. Mas bebas, tapi ya adekmu di ajak pulang dulu."
"Maaf mom, bukan maksud mas nggak izin. Mom harusnya tahu mas juga nggak bakal main ke mana-mana. Ya sama mereka aja kan?"
"Ya udahlah. Ya udah. Ayok zie, kita bobok." Aliya mengambil Zie yang bingung melihat Mommynya marah-marah.
Aliya melengos masuk ke kamarnya dengan Bryan yang masih mengoceh, melakukan pembelaan.
"Mommy, Momm maafin mas?? Mommyy?
Mommyyy?? Dad, maafin mas," mohonnya.
"Kalau mas mau main, Kavin di ajak pulang dulu ya?"
"Iya dad,"
Kavin yang sejak tadi diam saja hanya bisa dian dan menunduk. Bibirnya mencebik menahan tangisnya kuat-kuat. Apalagi saat lihat mommynya pergi begitu saja tanpa menghiraukan Mamasnya.
"Daddyyyyy," Kavin langsung menubruk Daddyny lalu tangisnya pecah begitu Daddynya memeluk erat.
"Maafin abang. Jangan marahin mas aja. Abang juga ikut main kan? Mom kok pergi?Mom marah syama abang ya dad? Gara-gara abang mom marah sama mas. Daddyyy, Maafin abang."
"Iyaa daddy udah maafin abang. Ke mommy yuk bang?Minta maaf sama mommy, ya?
Meski takut, Kavin tetap ikut Daddynya masuk ke kamar untuk minta maaf pada Mommynya.
Aliya masih memunggungi Adrian yang datang bersama Kavin. Kavin masih berdiam dan menyembunyikan kepalanya di leher Daddynya, sesekali terisak.
Adrian berusaha merayu Aliya untuk berbalik menghadapnya.
"Mommy, maafin abang." ucap Kavin tertunduk.
"Enak gak kalau mom marah?" tanya Aliya lalu berbalik menghadap Adrian dan Kavin.
"Nggak enak. Hiks, Maafin abang."
"Kapok ndak?"
"Kapok. Ampun mom."
"Janji nggak akan ulangi lagi? Jadi abang nggak boleh ikutan main?"
Kavin masih tertunduk dan memainkan jemarinya saat mendengar ucapan mommynya itu.
"Abang hati-hati kok mainnya." Kavin masih berusaha merayu namun tetap tak mempan.
"Nggak ada!"
"Iya maaf mom,"
"Sehati-hatiya abang main, itu api, membahayakan. Abang boleh main petasan kalau ada mom atau daddy." Aliya memberi peringatan lagi
Kavin mengangguk mencoba paham. Saat Kavin hendak turun dari kasur namun di tahan. "Nggak mau peluk mom? Mom udah maafin abang."
Kavin mendekat lalu memeluk tubuh Mommynya. "Mamas juga di maafin kan?"
"Iya mamas juga,"
"Abang sedih mom marah sama mamas gara-gara abang. Mamas kan cuma nemenin Kavin."
"Iyaa udah ya," Aliya mengusap pipi Kavin, menghapus jejak air mata akibat menangis tadi.
"Abang mau bobok sama mamas. Mamas pasti sedih,"
"Yuk ke kamar sama mom." Aliya menggendong Kavin ke kamar Bryan.
Di dalam kamar, Bryan sedang tengkurap sambil memainkan game di ponselnya dengan tidak semangat, moodnya jadi tak karuan karena di marahi tadi.
"Mas," panggil Aliya lalu duduk di tepi kasur, Bryan bangun. "Udah nggak usah cemberut,"
"Mom udah nggak marah?" tanya Bryan takut-takut.
"Gak. Mom udah maafin."
"Maafin mas ya mom? Mas salah."
"Jangan main petasan tanpa mom atau daddy. Mas boleh main, Kavin juga. Tapi tidak main petasan. Janji?"
"Janji mom,"
"Then give me a hug." pinta Aliya, Bryan langsung memeluk Mommynya serta Kavin yang masih di pangku tadi.
"Mas sayang mom." gumamnya di sela pelukan itu.
"Mom juga sayang," balas Aliya lalu mengecup kedua putranya itu.
Aliya memang tak pernah bisa marah hingga berjam-jam atau berhari-hari semenjak kejadian Bryna waktu itu. Marahnya tadi hanya untuk efek jera Kavin dan Bryan yang main petasan tanpa pengawasan orang dewasa.
"Udah bobok deh, nanti sahur."
Case closed. Bryan dan Kavin langsung rebahan di kasur lalu Aliya menyelimutinya setelah itu keluar dari kamar dua jagoannya itu dengan perasaan tenang dan lega.
💕💕💕💕
Hwallaawwhhhh momsye's back 😘
#dahgituaja
#awastypo
#salamganteng
Tinggalkan jejak kalian!
Danke,
Ifa 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top