Prolog

Gadis dengan surai coklat pendek berlari kencang menuju tempat sepi. Suara tembakan pistol terdengar sahut menyahut dikarenakan baku tembak yang dilakukan anak buah pembunuh berantai dengan polisi kota.

Dor!

Dor!

Dua tembakan diluncurkan si gadis. Dengan ahli Ia kembali bersembunyi menggulingkan badan dengan cepat.
Waktu tepat menunjukkan pukul sebelas lebih tiga puluh lima menit. Hampir tengah malam.

"Harap menyerahkan diri, untuk Princess dan anak buahnya."

Salah satu suara polisi terdengar memberitahukan agar mereka menyerahkan diri. Namun, dengan senyum licik. Sang gadis malah melempar granat ke arah para polisi.

Boom!

"Menghindar, menghindar. Pasukan mundur."

Suara pemimpin polisi berseru memberi perintah.

Beberapa anak buah pembunuh berantai yang disebut princess oleh polisi. Satu persatu mendekati sang gadis yang nyatanya otak dan pemimpin pembunuh berantai.

Lima orang pria dan dia sendiri. Semua telah berkumpul enam orang.

Princess ketua kelompok memberikan benda kecil berbahaya berupa ledakan. Pada setiap anggota.

"Tetap, waspada. Tujuan kita sekarang kabur sebelum pasukan polisi bertambah."

Para anggota mengangguk. Menyimpan peledak dalam kantong senjata.

"Siap?"

"Kembali kami peringatkan! Harap menyerahkan diri sekarang juga!"

Suara sirene polisi saling bersautan terdengar begitupula sahut menyahut suara pasukan dan senjata yang memerintahkan kelompok ilegal tersebut menyerah.

"Siap Ketua!"

Boom!

Bom asap dilempar oleh salah satu anggota polisi yang mulai meluncurkan gas air mata.

Kelompok pembunuh berantai memanfaatkan kondisi untuk kabur dan mulai bersembunyi dengan lihai dan ahli.

Boom!

Bom kembali dilempar oleh anggota kelompok pembunuhan.

Hampir dari mereka semua hampir berhasil lolos. Sebelum, akhirnya satu diantara mereka ceroboh terpleset dari tempat tersembunyi yang membuat ia tertembak tepat di paha kanan.

Semua orang dari kelompok berhenti kabur. Menatap salah anggota yang kembali ditembaki. Bukan saja paha kanan. Tapi, punggung, lengan hingga kepala.

Mereka semua terpejam tidak percaya. Salah seorang dari mereka sudah mati.

Suara polisi kembali memberikan peringatan terdengar jelas. Namun, saat ketua kelompok meminta mereka kembali kabur.

Satu orang dari mereka malah menembaki polisi yang membunuh sahabatnya tersebut.

Sial! Posisi mereka sudah ketahuan. Namun, dengan waktu mepet dengan kejaran polisi yang semakin mendekat. Tiga anggota yang menuruti perintah ketua segera kabur.

Berbeda dengan pria kekar yang semakin ganas mulai membunuh setiap polisi yang mendekat tampa ampun. Sedangkan Princess sang ketua mau tidak mau menemani pria bodoh yang sialnya adalah anggota tim.

"Cepat mundur bodoh!" seru Princess dengan geram.

Namun, tidak mempedulikan. Pria itu masih menembak. Menghiraukan perintah ketua.

"Kubilang cepat mundur!"

Dor!

Pria keras kepala tersebut kini mulai ambruk terjatuh karena tertembak tepat di dada.

"Sial!"

Princess berlari menghindar dari serbuan polisi yang mengejarnya.

Boom!

Peledak di lempar oleh salah seorang anak buah Princess untuk membuat langkah polisi yang mengejarnya terhenti untuk sementara.

Gadis itu kembali berlari kencang. Menjauhi pasukan polisi. Namun dari arah berlawanan beberapa polisi mengepung dan mulai menembaki sang gadis.

Dengan cekatan ia menghindar dan menghabisi satu persatu polisi yang berada dihadapannya. Namun, tidak disadari saat kembali hendak berlari. Seorang polisi yang sekarat menembak ketua kelompok pembunuh berantai tepat di perut.

Tanpa banyak bicara. Ia kembali menembak polisi itu hingga tewas sebelum kembali berlari dengan tertatih.

Gadis itu terjatuh, tersandung oleh batu. Luka di perutnya semakin melebar dengan darah yang mengalir deras.

Saat hendak bangkit. Polisi telah mengepung sang gadis dari berbagai sisi.

"Letakkan senjata anda. Menyerahlah sekarang juga." Ketua polisi menodongkan senjata tepat di wajah Princess.

Princess yang sudah dalam kondisi lemah dan tersudut hanya bisa tersenyum kecil.

"Sampai mati pun aku tidak akan menyerah."

Dor!

Tembakan dilepas oleh ketua kelompok pembunuh berantai tepat menuju arah vital polisi dihadapannya.

Sesaat setelah tembakan dilepas. Ia mulai tidak sadarkan diri.

Pukul kini menunjukkan tepat jam dua belas malam.

.

.

.

Cuit, cuit, cuit.

Suara burung terdengar merdu bersahutan dari balik jendela kamar.

Langit cerah dengan mentari yang bersinar indah. Sungguh pagi yang luar biasa.

Di sebuah kamar megah dengan dekorasi putih bersih dengan sedikit hiasan perak dan permata Amethyst.

Gadis cantik dengan surai hitam panjang terlihat masih tertidur lelap di atas kasur.

Salah seorang pelayan mendekat, berniat membangunkan gadis cantik yang sepertinya seorang terhormat.

"Tuan Putri. Cepatlah bangun, hari ini jadwal anda sangat padat. Beberapa utusan-"

Belum menyelesaikan ucapannya. Gadis itu terbangun dengan tampang waspada, langsung menjatuhkan pelayan dan mengunci pergerakannya.

"Ya- Yang Mulia."

Pelayan itu tergagap, dibawah kungkungan penguncian yang dilakukan oleh sang gadis.

"Siapa kamu? Dan dimana ini?" Alih-alih menganggap itu sebagai pertanyaan. Pelayan itu lebih merasa pertanyaan gadis diatasnya ancaman.

"Tolong lepaskan saya, Yang Mulia. Saya akan menjawabnya, jika anda melepaskan saya."

Gadis yang dipanggil Yang Mulia mengernyit, tersenyum sinis. "Jika kamu berbohong aku akan membunuhmu."

Dengan patah-patah pelayan wanita mengangguk. Setelah lepas dari sang putri ia mengangkat tangan dan terduduk dilantai.

Prang!

Gadis dihadapannya memecahkan gelas yang tadi dibawa sang pelayan dan menodongkan pecahan tersebut pada pelayan yang menunduk ketakutan.

"Jika kamu berbohong. Aku akan membunuhmu," ujar sang gadis.

Pelayan yang malang mengangguk. Sungguh, ia tidak tahu apa yang terjadi pada putri dihadapannya saat ini. Padahal, setahunya sang putri adalah gadis lemah lembut baik hati bak malaikat. Tapi, sekarang. Sudah tidak ada bedanya dari iblis.

"Saya seorang pelayan kerajaan, Yang Mulia. Sekarang, anda berada di kerajaan Citrus."

Dengan hati-hati ia menjawab pertanyaan putri dihadapannya.

"Siapa aku?"

Pelayan yang ketakutan merasa pertanyaan itu aneh. Untuk apa sebenarnya ia menjawab pertanyaan yang sudah semestinya majikannya itu tahu. Namun, dibanding mati. Ia lebih baik langsung menjawab.

"Anda Putri Mahkota Alleia Custadio dari Kerajaan Citrus. Anak kedua dari Yang Mulia Raja Engelbert Custadio dan adik dari Putra Mahkota Angelo Custadio."

Gadis yang ternyata Putri Mahkota Kerajaan Citrus menyeringai. "Putri Mahkota Alleia Custadio, ya?"

Pelayan itu kembali bergidik ketakutan. Bahkan dari alam mimpi dan khayal. Ia tidak pernah membayangkan, bahwa gadis lemah lembut penuh ketulusan dihadapannya itu bisa menampilkan wajah menyeramkan seperti seorang pembunuh yang haus darah.

"Hm, begitu? Apakah aku kini bertransmigasi ke dunia fantasi kerajaan seperti cerita bodoh yang selalu dikarang Alysa?" tanya Alleia pada dirinya sendiri.

Alleia mengangkat bahu tidak peduli. "Kalau begitu, apakah aku bisa jadi seorang Ratu?"

Pelayan yang masih ketakutan mengangguk cepat. "Bisa saja jika Yang Mulia Raja pensiun atau Putra Mahkota menyerahkan tahta kerajaan pada anda."

Alleia, Putri Mahkota itu tersenyum. Ia kini berjalan mendekati cermin.

Cermin dihadapan Alleia kini menampilkan wajah cantik dan anggun, elegan milik sang putri.

Rambut hitam panjang sehitam arang. Iris mata ungu berkilau yang menakjubkan. Di tambah tubuh indah serta kulit putih mulus dan bersih tanpa cela.

"Cantik juga kamu Alleia. Tapi, sayang. Sepertinya aku harus menghancurkan martabat dan reputasi mu." Alleia tertawa jahat.

Pembunuh berantai dengan inisial princess tepat saat ini juga berganti identitas menjadi Putri Mahkota Alleia Custadio.

"Hei, kamu," panggil Alleia pada pelayan.

Dengan patah-patah pelayan mengangguk.

"Aku akan memberimu pilihan saat ini. Mau mati sekarang? Atau mau jadi pengikut setia Putri Mahkota?"

Alleia mengangkat dagu pelayan dihadapannya sembari menyeringai seram.

"Memangnya ap-"

Srash!

"Ding, dong. Salah. Aku meminta mu memilih salah satu. Bukan bertanya."

Alleia menyabet leher pelayan yang langsung menyemburkan darah.

"Oh, she's sweet but a psycho,
a little bit psycho"

Alleia bernyanyi sembari menari dance dengan asik.

"A, apa-apaan ini?"

Dari arah pintu, terlihat seorang penjaga ternganga dengan apa yang baru saja dilakukan Alleia.

Alleia tanpa ragu mendekati pria tersebut yang mundur beberapa langkah. Walau ia melihat sendiri ada pelayan yang dibunuh oleh Putri. Tapi, entah kenapa ia merasa itu tidak mungkin terjadi. Karena putri bukanlah orang yang seperti itu.

"At night she's screamin' 'I'm-ma-ma-ma out my mind',"

Bruk!

Penjaga itu terjatuh, tersungkur ke lantai. Sebab Alleia yang menerjang tubuhnya secara tiba-tiba. Bahkan dengan lihai gadis itu mengambil pedang dari sarung pedang milik penjaga.

Srash!

"Oh, she's hot but a psycho. So left but she's right though."

Bahkan dengan santai ia masih bernyanyi dengan asyik sembari merobek tenggorokan penjaga.

"Tuan Putri, apa yang sedang anda lakukan?"

Jleb!

"At night she's screamin', 'I'm-ma-ma-ma out my mind',"

Satu lagi korban jatuh, kali ini Alleia menusuk dada pria tersebut.

Beberapa prajurit yang mendengar mulai mendekat pada sumber suara. Mereka sangat terkejut mendapati sang putri yang tengah mencabut pedang dari dada seorang prajurit.

"Tuan Putri, tenanglah."

 "She'll make you curse, but she a blessing. She'll rip your shirt within a second."

Sring!

Sring!

Jleb!

"You'll be coming back, back for seconds. With your plate, you just can't help it."

Lagi-lagi mayat mulai berjatuhan. Mulai dari kepala yang menggelinding dan juga dada yang di sayat pedang.

Langkah kaki Alleia berjalan sembari menari ringan. Bahkan tidak segan membunuh siapa saja yang melewati dirinya.

"No, no. You'll play alo-o-ong. Let her lead you o-o-on."

"Apa yang terjadi?!"

Sring!

"Ampuni aku!"

Jleb!

"Tolong!"

Srash!

"You'll be saying "No, no". Then saying "Yes, yes, yes". 'Cause she messin' with your head."

"Penjaga! Tahan Putri!"

Seorang ksatria berteriak, memerintahkan seluruh prajurit untuk menangkap gadis psikopat pembunuh tersebut.

"Oh, she's sweet but a psycho.
A little bit psycho."

Namun, dengan lihai dan tenang Alleia menghindar dengan begitu mudah. Tubuhnya meliuk ke sana kemari. Menebas siapapun prajurit yang mendekat.

"At night she's screamin'. "I'm-ma-ma-ma out my mind"."

Sring!

Sring!

Jleb!

Srash!

"Oh, she's hot but a psycho. So left but she's right though."

"Jangan biarkan Putri lolos. Jaga ruang takhta dan penyambutan tamu!"

Para prajurit mulai terbagi dan mulai melaksanakan perintah komandan prajurit.

Tapi, tidak dengan prajurit yang harus melawan Alleia. Susah payah mereka menyerang dan melindungi diri. Namun, sang Putri malahan terlihat santai. Begitu menikmati suasana.

"At night she's screamin'. "I'm-ma-ma-ma out my mind"."

"Tuan Putri! Sadarlah!" seru komandan prajurit.

Alleia tidak mempedulikan seruan dari komandan tersebut. Bahkan gadis psycho tersebut sedikitpun tidak berusaha mendengarkan ataupun melirik.

"Grab a cop gun kinda crazy. She's poison but tasty."

Dengan mulus ia membunuh prajurit yang menyerangnya dari berbagai sisi. Menusuk, menyabet, memenggal.

Begitupula ia menghindar dengan lincah menerobos dari arah bawah atau meloncati tubuh mereka.

Bagi Alleia ini seperti hiburan tersendiri baginya yang haus akan darah dan rasa sakit.

"Yeah, people say "Run, don't walk away"

Komandan ksatria menggeram kesal. Dari begitu banyak jumlah prajurit, bahkan tidak ada sedikitpun yang bisa melukai Putri.

"Tuan Putri! Bagaimana kita bahas ini semua dengan kekeluargaan."

"'Cause she's sweet but a psycho.           A little bit psycho."

Alleia tidak menjawab tawaran Komandan prajurit. Ia sangat sibuk dalam dunianya sendiri. Bahkan, jika ditanya apa yang dia inginkan dari hasil membunuh. Ia pasti akan mengangkat bahu tidak tahu. Dia melakukannya untuk kesenangan dan kepuasan pribadi.

"At night she screamin'. 'I'm out, out my, out my mind"."

Beberapa prajurit ada yang lebih memilih mundur dibanding melawan sang putri. Bahkan stamina gadis dengan darah kerajaan itu sedikit pun tidak berkurang.

"See, someone said, don't drink her potions."

"Tuan Putri! Saya mohon! Berhenti sekarang juga!"

Merasa terganggu dengan ocehan komandan yang tidak ada habisnya. Gadis itu dengan leluasa dan cekatan meloncat dan langsung berdiri dihadapan Komandan prajurit.

Tangan mungil lentik berlumuran darah milik Alleia menyentuh leher pria tersebut dengan tatapan kosong.

"She'll kiss your neck with no emotion."

Jleb!

Komandan yang terpukau dengan kecantikan Alleia malah terlena. Tanpa sadar ia menjadi lengah, membuat pedang kini tertancap di dada.

"When she's mean, you know you love it. She tastes so sweet, don't sugar coat it."

Prajurit mundur, terkejut menatap komandan mereka yang sudah mati. Alleia berbalik mengedipkan sebelah mata, membuat prajurit langsung bersiaga menyerang.

"No, no."

Alleia kini mulai berlari tanpa tujuan. Jujur saja. Ia tidak mengenali istana yang tengah ia pijak. Karena ia bahkan sedikitpun tidak memiliki ingatan asli tubuh Putri Mahkota.

"You'll play alo-o-ong. Let her lead you o-o-on."

Alleia masih berlari kencang menghindari serangan prajurit. Di lorong koridor sepanjang pelarian ia melirik pintu-pintu setiap ruangan.

Hingga melihat pintu besar dengan prajurit ketat yang menjaga Alleia menyeringai senang.

"You'll be saying "No (no, no, no), no (no)". Then saying "Yes, yes, yes"."

"Yang Mulia, Putri?"

Sring!

Satu kepala terpisah dari tubuh. Para prajurit yang berjaga langsung memasang posisi siaga.

Sedari kemunculan putri yang masih mengenakan piyama dan baju juga tangan berlumuran darah. Mereka sudah menyadari, ada yang tidak beres dari sang putri.

"'Cause she messin' with your head."

Dari arah belakang prajurit yang mengejar Alleia juga sudah sampai, hendak menyerang.

Alleia kini terjebak!

Namun, dengan masih menikmati suasana dan menyanyikan lagu, Alleia kini mengaktifkan level kedua tertinggi dalam membunuh versi Princess. Level brutal.

"Oh, she's sweet but a psycho.
A little bit psycho."

Dengan gerakan dan meliuk dengan kecepatan dua kali lipat. Alleia dengan tampang dingin menghabisi musuhnya dengan menyerang dan melumpuhkan titik lemah musuh satu persatu.

"At night she's screamin'. "I'm-ma-ma-ma out my mind"."

Pesta Alleia kembali dimulai!

Alleia meliuk, menghindar. Lantas menyandung salah satu prajurit yang menghunuskan pedang. Dan dengan bersamaan ia menusuk organ vital musuh di belakang.

Tangan Alleia terangkat, memenggal salah satu kepala. Lantas menebas musuh dengan gerakan memutar gangsing. Ketika musuh mulai kembali mendekat, tanpa ragu ia langsung menusuk, tepat di jantung.

"Oh, she's hot but a psycho. So left but she's right though."

Alleia meloncat tinggi, menginjak salah satu bahu prajurit sebagai batu lompat. Dengan senyum lebar, posisi vertikal ia membelah kepala prajurit menjadi dua bagian terpisah.

Ia kembali meloncat. Kali ini ia mendarat dengan satu tangan di kepala salah satu prajurit. Lantas ia menebas tenggorokan prajurit yang berada di sekitarnya. Juga prajurit yang menjadi tumpuan berpijak.

Dari lima tenggorokan prajurit darah menyembur, keluar. Membasahi wajah Alleia.

"At night she's screamin'. "I'm-ma-ma-ma out my mind"."

Alleia kini meluncur dilantai. Menusuk organ vital para prajurit dari bawah. Sialnya, salah prajurit berhasil melukainya dengan meninggalkan goresan kecil di pipi.

Dengan tidak terima Alleia menusuk dada prajurit dan memenggal kepalanya.

"Grab a cop gun kinda crazy. She's poison but tasty."

Prajurit memang masih tersisa puluhan. Namun, prajurit yang ketakutan malah membuka pintu besar yang menjadi perhatian Alleia sebelumnya.

Ternyata, pintu tersebut mengarah ke ruang takhta. Tempat Raja, Putra Mahkota dan para bangsawan tengah membahas negeri.

Di sana terlihat, para bangsawan terkumpul bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Melihat begitupula banyak prajurit yang menghalangi pintu.

"Yang Mulia! Putri membunuh semua prajurit dan Komandan kerajaan!"

Sring!

"Yeah, people say "Run, don't walk away"."

Raja berdiri dari singgasana. Ketika melihat putrinya sendiri yang keluar dengan mudah dari puluhan kepungan prajurit. Lantas dengan mudah memenggal kepala prajurit yang baru saja memberitahukan informasi.

"Alleia! Apa yang kamu lakukan!" teriak Raja negeri Citrus murka.

Alleia tersenyum miring dengan santai mengangkat bahu. Kembali melawan prajurit yang kembali menyerangnya.

"'Cause she's sweet but a psycho.           A little bit psycho."

Para bangsawan panik, berhamburan menuju pintu keluar. Sedang Raja dan Putra Mahkota masih berdiri dengan wajah tidak percaya di depan singgasana.

"At night she's screamin'."I'm out, out my, out my mind"."

Lima prajurit tersisa. Alleia nampak menikmati suasana dengan dua orang yang menontonnya dengan tampang nanar.

Dengan gerakan cepat ia menyayat luka pada masing-masing tenggorokan prajurit. Yang langsung menyemburkan darah kembali mengotori piyama juga wajah cantiknya.

"You're just like me, you're out your mind. I know it's strange, we're both the crazy kind."

"Apa yang sebenarnya kamu lakukan Alleia?" Putra Mahkota menarik pedang. Melindungi sang ayah dari kegilaan adiknya.

Alleia tidak menjawab. Ia kini terduduk di mayat prajurit yang sudah mati. Kembali melanjutkan lagu yang sedari tadi dia senandungkan sembari berehat sejenak.

"You're tellin' me that I'm insane. Boy, don't pretend that you don't love the pain."

Putra Mahkota mengacungkan pedang mendekati Alleia. "Cepat jawab!"

"Oh, she's sweet but a psycho.

A little bit psycho."

Alleia menyeringai, mengambil pedang di sampingnya. Melawan kakak dari Alleia asli dengan begitu bersemangat.

Keduanya mulai beradu pedang.

"At night she's screamin'. "I'm-ma-ma-ma out my mind"."

Angelo dengan amarah yang bergejolak menyerang Alleia yang mulai sedikit kewalahan.

Alleia meliuk, menghunuskan pedang, dan menggunakan taktik pengalihan. Semua serangan Alleia tidak mempan pada Angelo.  Tidak, merasa kesal. Alleia malahan semakin bersemangat mendapat musuh yang sulit ditaklukkan.

"Oh, she's hot but a psycho. So left but she's right though."

Serangan kembali dilayangkan Angelo kini dengan seimbang bisa di tangkis Alleia.

Alleia yang tidak sengaja mendapati pedang di bawah kakinya mulai memikirkan ide licik.

"At night she's screamin'. "I'm-ma-ma-ma out my mind"."

Dengan gaya menghindari serangan Angelo ia mengambil pedang yang langsung ia lempar dengan asal ke arah Raja.

Putra Mahkota yang terkejut langsung teralihkan dengan serangan tipuan Alleia. Dengan memanfaatkan kelengahan musuh. Dengan cepat ia menusuk perut Angelo.

Jleb!

"Grab a cop gun kinda crazy. She's poison but tasty."

"Angelo!"

Tanpa basa-basi Alleia mendorong jatuh pria dihadapannya. Lantas menusuk dada pria itu berkali-kali hingga tubuhnya berhenti bergerak.

"Yeah, people say "Run, don't walk away"."

"Sebenarnya apa yang merasuki mu Alleia!" Raja berseru frustasi.

Sepanjang hidup sang Raja. Ia sangat amat mengenal gadis dihadapannya. Putrinya tersebut adalah gadis baik hati, lembut dan penuh perasaan.

Namun, entah kenapa. Putrinya tersebut kini seperti dirasuki iblis haus darah dan mayat.

"'Cause she's sweet but a psycho.          A little bit psycho."

Sring!

Kepala pria dengan mahkota jatuh menggelinding menuruni anak tangga. Hingga berhenti di tubuh mayat Angelo.

Bahkan hingga kematiannya. Sang Raja dan Putra Mahkota tidak mendapat sedikitpun jawaban dari Alleia.

Alleia kini mulai menduduki takhta. Sembari menatap pemandangan tumpukan mayat yang berserak dan noda darah yang menurutnya indah.

"At night she's screamin'. "I'm-ma-ma-ma out my mind"."

Alleia menyeringai.

"Dengan ini aku deklarasikan secara resmi. Alleia Custadio, kini menjadi Ratu resmi Kerajaan Citrus."

Song: Sweet but Psycho - Ava Max

Bersambung...

23/08/2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top