2. Serial Killer

"Salam dan hormat kepada Yang Mulia Ratu. Kehormatan bagi Citrus."

Pemuka agama dengan pakaian tertutup sopan berwarna putih menunduk.

Mereka kini berada di ruang besar tempat pensucian, ritual dan adat istana biasanya dilakukan.

Di tengah ruangan terdapat peti dengan mayat yang sudah dibersihkan dan ditutup kain.

Dengan kursi yang berjejer rapi. Alleia segera menghampiri kursi utama untuk duduk di ikuti bawahan yang lain.

"Silahkan mulai ritualnya. Tuan-tuan sekalian," perintah Alleia pada pemuka agama.

Pemuka agama menunduk hormat, lantas ia memulai ritual pemakaman sederhana. Beberapa bangsawan juga hadir walau terlambat, menduduki kursi yang tersisa.

Ritual dilakukan beberapa jam juga Alleia yang harus melakukan beberapa bagian yang dibantu langsung oleh ahli.

Beberapa jam selesai. Kedua peti ditutup dan dibawa oleh prajurit dan beberapa ahli agama. Alleia mengikuti dari arah belakang. Dengan menggunakan iring-iringan dengan jumlah yang besar menunju pemakaman. Itu membuat rakyat yang tidak tahu menahu penasaran.

Pemakaman khusus anggota kerajaan dilakukan dengan sangat sederhana dengan menggunakan adat penting yang mudah dan singkat.

Semua tampak tertunduk dan berdoa. Mungkin hanya Alleia yang tidak melakukannya dan berdiri di paling belakang iringan. Bukan masalah ia tidak percaya keberadaan Tuhan. Bukan.

Melainkan karena ia percaya akan eksistensi keberadaan Tuhan. Ia merasa tidak pantas untuk berdoa atas banyaknya dosa dan kejahatan yang ia miliki.

Setelah suasana duka yang terjadi. Alleia dan rombongan kembali menunju Istana. Tidak memberitahukan informasi apa yang terjadi.

Setelah sampai ke istana, yang Alleia pertama lakukan adalah memerintahkan mengambil setengah harta miliknya untuk dibagi-bagikan secara adil pada masyarakat untuk meredam rasa penasaran mereka.

Dengan saran dari petinggi kerajaan.
Setiap rumah di Kerajaan Citrus akan mendapatkan tiga keping emas, sepuluh keping perak, dan tiga puluh koin perunggu. Ditambah, satu paket sembako dan satu barang Alleia.

Barang milik Alleia yang dimaksud adalah gaun, perhiasan, dan serba-serbi koleksi milik Putri terdahulu.

Hari itu berlalu dengan penuh kesibukan dari rencana amal yang akan dibagikan untuk semua rakyat pada malam hari hingga besok pagi seluruh rakyat telah menerimanya secara merata.

Tidak lupa juga dengan dokumen kerajaan yang Alleia harus sumpahi karena sebegitu banyaknya yang harus ia kerjakan. Dan berbagai kebijakan baru yang ia diskusikan dengan para penasehat.

Hari sudah malam. Para prajurit kini mulai menyebar harta benda tersebut pada semua rakyat.

Mungkin, kalian bertanya-tanya. Mengapa para prajurit masih ada banyak yang tersisa. Padahal banyak juga prajurit yang sudah dibunuh Alleia sedari awal.

Jawabannya adalah, prajurit yang Alleia lawan hanyalah penjaga istana. Bukan prajurit ahli yang memang ditugaskan dalam Medan perang yang jumlahnya ribuan.

Kembali menunju keadaan Alleia. Setelah menuai banyak kritik dan diskusi. Ini adalah kebijakan yang Alleia turunkan sebagai Ratu untuk pertama kali.

1. Harta bangsawan yang sudah melebihi pendapatan pokok dari pendapatan negara. Maka, sumber penghasilan yang dimiliki individu tersebut akan diambil separuhnya sesuai kebutuhan individu tersebut dan mulai dikelola oleh negara untuk kepentingan masyarakat luas.

2. Pemerintah akan menjalankan program hak kebutuhan masyarakat dan membuka lapangan kerja untuk membantu ekonomi masyarakat hingga semua rakyat memenuhi standar.

3. Pajak akan diambil dari masyarakat kelas atas untuk membangun dan membantu menstabilkan kondisi kesejahteraan rakyat.

Jika ada yang menentang keputusan di atas maka hukuman yang akan diberikan adalah mati.

Alleia merenggangkan tubuhnya. Kini sudah tengah malam, namun Alleia masih saja belum tidur akibat pekerjaan yang menumpuk. Untungnya ia telah menyelesaikan semuanya di bantu penasehat kerajaan yang sudah pulang lebih awal.

Ya, tinggal sedikit yang tersisa. Tentang kontrak izin lembaga atau dagang para rakyat dan bangsawan yang harus disetujui atau tidak.

Alleia kini menatap langit malam. Insomnia parah yang ia miliki semenjak kecil ternyata masih menempel padanya hingga ke dunia yang berbeda.

"Hera, pergilah ke kamarku untuk beristirahat."

Hera yang selalu berada disisi Alleia mengangguk.

"Aku tahu kamu bisa meniru suara orang. Jadi, jagalah kamar ku seolah aku ada di istana. Aku akan pergi keluar."

Hera yang mendengar penuturan Alleia sedikit terkejut. Padahal ia tidak pernah memberitahu kemampuannya itu pada siapapun.

"Jangan terkejut begitu. Aku tahu orang sepertimu itu tumbuh dengan keras hingga harus bisa melakukan segala cara untuk bertahan hidup. Kehidupan keras biasanya melahirkan orang-orang berbakat."

Hera terdiam, hendak bicara namun tidak jadi. Lantas dengan menunduk hormat ia pergi meninggalkan ruang kerja Alleia.

Alleia merenggangkan tubuh. Biasanya, jika ia tidak bisa tidur seperti ini dia harus pergi berjalan-jalan dan membuat sedikit keributan.

Gadis itu kini melihat pakaian dan jubah yang telah minta ia siapkan pada Hera sebelumnya di lemari ruang kerja.

Kemeja hitam ukuran kecil dengan celana yang sama. Juga jubah besar yang menutupi seluruh tubuh dan jangan lupakan topeng untuk menutupi identitas asli Alleia.

Ya, Alleia kini akan pergi untuk mengambil bayaran pertama Hera. Ya itu membungkuk keluarga Daphne. Tentu saja itu bukan hal sulit baginya yang seorang pembunuh berantai.

Alleia mengikat rambutnya menjadi ekor kuda. Lantas mulai meloncati jendela ruangan kerja gelap, menuju pekatnya malam.

.

.

.

"Tuan, tahukah anda di mana kediaman Baron Daphne?"

Alleia kini sudah sampai di jalanan kota. Di dekat toko makanan yang masih terbuka. Alleia bertanya pada salah seorang pengunjung setempat.

"Oh, itu sedikit jauh. Jika berjalan kaki anda memerlukan waktu dua jam. Namun dengan naik kuda hanya memakan waktu setengah jam. Kediaman Baron Daphne ada di selatan ibu kota dekat pertambangan mineral."

Alleia dengan sopan berterimakasih. Memberikan satu keping emas pada pria tersebut lantas pergi.

Alleia berjalan menyusup dalam bayangan. Hingga akhirnya menemukan kereta kuda kosong lusuh di belakang toko kosong beserta kandang kuda.

Dengan santai, Alleia menenangkan kuda dihadapannya dan membawa kuda tersebut menarik kereta.

Pukul menunjukkan jam satu malam dini hari. Sekarang ia sudah sampai di pertambangan mineral yang dikatakan pria tadi.

Tampaknya tambang mineral itu kosong. Walau ada beberapa yang menjaga. Dari kejauhan Alleia sudah membuat mereka terkena panah bius agar tertidur.

Alleia mengeluarkan senjata dari balik jubahnya. Gadis itu mulai menyeringai lebar menemukan mangsa untuk memenuhi hasrat membunuhnya.

Mari kembali berpesta!

Play the song!

Suara malam dan angin berbunyi. Hentakan kaki berjalan dalam sepi pengawal kediaman dan satu dua kamar bercahaya menandakan pemilik kamar masih terbangun.

Suaranya saling melengkapi harmoni ringan yang terpecah dalam kegelapan.

"Billie..."

Alleia menyusup dalam bayangan mendekati pengawal yang berjaga.

Lantas tanpa peringatan ia menarik tubuh pemuda, menusuk kepalanya beberapa kali dengan belati sembari membungkam mulut pria tersebut.

"What do you want from me?
Why don't you run from me?
What are you wondering?
What do you know?"

Satu penjaga yang mendengar suara bising dalam bayangan mendekati tempat Alleia berada. Dengan sigap Alleia merobek mulut pria tersebut hingga ia tidak bisa berbicara dan memotong lidahnya.

"Why aren't you scared of me?
Why do you care for me?
When we all fall asleep, where do we go?"

Alleia kembali menusuk jantung prajurit yang baru saja kehilangan lidah. Sebagai ganti, ia merobek perut pengawal dan menyisipkan usus di mulut pria tersebut.

"Come here..."

Gadis itu berjalan dengan hentakan kaki mengiringi lagu.

Ia kembali berjalan dan kembali mendapatkan tiga penjaga yang berjaga di depan pintu utama rumah.

"Say it, spit it out, what is it exactly?
You're payin'? Is the amount cleanin' you out. Am I satisfactory?"

Alleia berjalan mendekati tiga penjaga yang langsung bersiaga menghunuskan pedang. Alleia dengan mudah memasuki pertahanan prajurit lantas menusuk kedua mata salah seorang penjaga yang langsung berteriak kesakitan disusul sayatan pada leher yang langsung menyemburkan darah.

"Today, I'm thinkin' about.
The things that are deadly."

"Penyusup!"

Salah seorang penjaga berteriak disusul pekikan kesakitan perutnya yang di sayat horizontal dan diaduk secara brutal. Mengeluarkan usus dan organ dalam untuk keluar.

"The way I'm drinkin' you down
Like I wanna drown, like I wanna end me."

Alleia menyeringai lebar pada pengawal tersisa yang sudah takut mulai gemetaran.

"Step on the glass, staple your tongue (Ahh). Bury a friend, try to wake up (Ahh-ha). Cannibal class, killin' the son (Ahh)."

Dengan meloncat tinggi, Alleia mulai menerjang penjahat didepannya hingga terjatuh ke tanah. Alleia mengangkat belati tinggi-tinggi lantas merobek hidung, telinga dan bibir pria dihadapannya yang sudah mulai merintih kesakitan. Sebagai pelengkap ia mencongkel kedua mata prajurit dan menyembelih leher pemuda dengan belati secara perlahan.

"Bury a friend, I wanna end me."

Alleia kembali bangkit, melihat dari arah jendela ada seseorang yang mengintip.

"I wanna end me,
I wanna, I wanna, I wanna end me
I wanna, I wanna, I wanna-"

Alleia sembari tersenyum manis memasuki rumah lewat pintu. Dengan hati-hati ia memasuki kamar satu persatu.

Di kamar pertama yang ia buka. Ia menemukan pasangan kekasih, sepertinya pelayan yang sedang bercumbu. Dengan tergesa-gesa mereka menjaga jarak, waspada pada Alleia.

"What do you want from me?
Why don't you run from me?
What are you wondering?
What do you know?"

"Kya!"

Alleia menusuk pria pelayan tersebut secara bertubi-tubi. Tidak mempedulikan apa yang ia tusuk hingga pria tersebut mati.

Pelayan wanita yang melihatnya terdiam. Ia mundur dengan mata berkaca-kaca.

"Why aren't you scared of me?
Why do you care for me?
When we all fall asleep, where do we go?"

Alleia dengan tersenyum lebar menakut-nakuti gadis dihadapannya dengan hendak menusuk berkali-kali namun tidak jadi. Hingga bosan dengan reaksi tersebut. Alleia langsung menusuk jidat wanita lantas menyayat dengan perlahan hingga kepalanya terbelah menjadi dua.

"Ada apa ini?!" teriak pria bangsawan penerus keluarga Daphne yang terganggu karena suara bising.

"Listen..."

Alleia berjalan keluar dari kamar menatap pria yang langsung memegang pedang.

"Mundur!"

"Keep you in the dark, what had you expected?"

Alleia dengan tampang meremehkan langsung menerjang pria tersebut dan menjatuhkannya dengan mudah. Dengan tubuh tengkurap, pewaris Daphne berusaha mengambil pedang yang berbeda dekat dengan tangannya. Namun, Alleia tanpa basa-basi merebut pedang tersebut, lantas memenggal kepalanya.

Alleia yang telah membawa kantung karung coklat langsung memasukkan potongan kepala tersebut dalam kantung.

"Me to make you my art. And make you a star and get you connected?"

Dari arah tangga terdengar suara kaki berderap, tengah berlari. Dengan wajah senang ia mulai kembali mengejar mangsa.

Gadis dengan surai pirang anak dari keluarga Daphne yang baru saja melihat sang Kakak mati segera berlari. Jantungnya berdegup kencang, ketakutan mencari tempat bersembunyi.

"I'll meet you in the park. I'll be calm and collected."

Alleia berjalan dengan pelan juga ekspresi menakutkan. Pura-pura tidak tahu ada seseorang di dalam pintu kecil tembok. Ia berdiri di depannya. Setelah itu menusuk pintu dengan pedang yang langsung di ikuti jeritan keras.

"But we knew right from the start.
That you'd fall apart 'cause I'm too expensive."

Alleia membuka pintu kecil tersebut. Menemukan mayat yang tertusuk tepat di leher. Ia kembali memotong leher sang gadis dan memasukkan dalam kantung jerami.

"Your talk'll be somethin' that shouldn't be said out loud."

Ia kembali berjalan, memasuki kamar yang terlihat mewah dan terdengar suara kecil saling berbisik.

Didalam sana, terdapat pasangan Baron dan Baroness yang hendak kabur lewat jalan rahasia.

"Kami mohon bebaskan kami?"

Keduanya terduduk, sembari menangkupkan kedua tangan memohon ketakutan.

"Honestly, I thought that I would be dead by now (Wow)."

Sring!

Sring!

Dua kepala menggelinding, kembali ia masukkan dalam kantung.

"Callin' security, keepin' my head held down."

Alleia kembali memeriksa kamar, hingga hingga menemukan dua bocah kecil. Satu seorang gadis dan lelaki bersembunyi dalam selimut.

"Bury the hatchet or bury your friend right now."

Alleia membuka selimut keduanya yang langsung berteriak histeris dan menangis. Gadis itu tertawa, lantas menembak kedua bocah dengan peluru bius.

Ia menggendong dua bocah yang tertidur lantas pergi ke ruangan terakhir. Yang berada di bawah dekat tangga.

"For the debt I owe, gotta sell my soul
'Cause I can't say no, no, I can't say no."

Alleia meletakkan kedua bocah tersebut di depan pintu. Lantas membukanya mendapati wanita tua yang langsung menegak racun sebelum ia sempat mendekat. Tanpa pikir panjang melihat mulut wanita tua yang berbusa ia kembali memenggal kepalanya dan menambahkan isi kantong.

"Then my limbs all froze and my eyes won't close. And I can't say no, I can't say no."

Alleia kembali mengangkat dua bocah tersebut keluar dari rumah besar. Ia membawa keduanya menuju pohon besar di depan rumah.

"Careful..."

"Step on the glass, staple your tongue (Ahh-ha). Bury a friend, try to wake up. (Ahh-ha) Cannibal class, killin' the son (Ahh)."

Lantas ia kembali masuk kedalam rumah mengambil minyak untuk di sebarkan ke seluruh penjuru rumah. Sekiranya, hanya setiap sisi sekaligus untuk membakar apa yang ada di dalamnya.

Api dinyalakan Alleia, mulai membesar dan berkobar, memakan rumah besar Daphne sedikit demi sedikit.

"Bury a friend, I wanna end me."

Alleia mendekati kembali dua bocah dan membawanya ke tambang mineral menuju kereta kosong yang telah ia curi. Dengan menghentakkan kaki sembari mengikuti alunan lagu dalam kepala ia menikmati suasana.

"I wanna end me."

Di kereta kosong kini berdiri pemuda berjubah dengan topeng burung hantu.

"Apa kamu akan membunuh kedua anak itu?

Alleia memutar bola malas menggeleng, kembali bersenandung.

"I wanna, I wanna, I wanna end me
I wanna, I wanna, I wanna-"

Pria itu mengeluarkan senjata. Namun, gerakannya kalah cepat dengan Alleia yang menembakkan peluru bius yang membuat pemuda bertopeng dengan sempoyongan segera pergi dari tempat.

"What do you want from me?
Why don't you run from me?
What are you wondering? What do you know?"

Alleia tertawa kecil melihat pemuda yang kabur menuju pepohonan, namun, keburu tumbang, terjatuh dan pingsan.

"Why aren't you scared of me?
Why do you care for me?
When we all fall asleep, where do we go?"

Alleia memasukkan kedua anak dalam kereta, lantas membawa pergi menuju ibukota.

Api dari kediaman Daphne terdengar bergemeletuk dan mulai berkobar memakan kediaman di tambah suara riuh penghuni sekitar tempat tersebut
yang berusaha memadamkan api.

Alleia tersenyum senang. Sembari menatap kantung berisikan enam kepala manusia.

"Malam yang sungguh menyenangkan."

Song: Bury a Friends - Billie Eilish

Bersambung...

25/08/2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top