Prologue: Sammy
Aku tidak pernah merasa kalau jodoh itu benar-benar ada. Menurutku itu hanya sebuah konsep yang membutakan umat manusia dalam berpasang-pasangan.'l
Jodoh bukan sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit bukan? Menurutku jodoh itu sesuatu yang tumbuh seiring waktu kita mengenal seseorang.
Karena kalau jodoh itu sesuatu yang ditakdirkan, seharusnya aku sudah bertemu dengannya.
Atau aku melewatkannya?
Sammy menyeruput kopinya lagi lalu menghisap rokok menthol miliknya dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan sembari melihat ke arah langit yang begitu indah pagi ini. Tak biasanya ia memikirkan hal-hal berbau cinta, tiga tahun sudah ia memilih untuk menyendiri. Tak masalah baginya, ia tak pernah merasa kekurangan dengan apa yang ia punya.
"Sam, lo beneran mau kan gua kenalin sama temen gua? Mau ya? Kriteria lo masih sama kan? Pakai kacamata? Rambut pendek?" tanya seorang perempuan dengan rambut berkuncir yang mengenakan dress polkadot ditutupi cardigan warna pastel itu. Kencan romantis Sammy dengan kopinya pun buyar.
"Iya Andien, mana pernah sih gua ngomong enggak ke lo," Sammy mengiyakan, tak sadar bahwa semesta sedang merencanakan sesuatu yang kelak akan merubah kisah cintanya yang stagnan.
"Dia beneran fanatik sama Star Wars? Suka sama How I Met Your Mother kan? Beneran sesuai sama yang gua bilang kriteria cewek idaman gua kan?" Sammy balik memberondong Andien dengan pertanyaan-pertanyaan seputar wanita yang akan dikenalkan kepadanya.
"Trust me, she's perfect for you. See you tonight Mr. Mosby." Andien beranjak dari bangku kantin dan melenggang pergi.
Sebenarnya Sammy tidak begitu tertarik dengan 'perjodohan dikenalkan teman' seperti ini. Tetapi karena sahabat yang paling mengenalnya yang menjodohkan, kali ini ia tidak menolak.
Sammy sebenarnya tidak jelek-jelek amat, bukan juga tidak laku di pasaran. Ia punya aura cool guy yang sering kali membuat teman-temannya kesal sendiri. Dengan tinggi 180 cm, fisik yang tertatar di gym, tatanan rambut dandy, brewok tipis, kaca mata Moscott Lemtosh, dan wangi Hugo Boss Army yang selalu setia ia gunakan. Aneh rasanya jika tidak ada yang diam-diam menyimpan kagum atau sekedar menitip salam lewat teman untuknya.
***
Sebagai mahasiswa komunikasi tingkat akhir, Sammy ke kampus hanya untuk konsultasi dengan dosen pembimbing atau sekedar menikmati segelas kopi dan beberapa batang rokok sembari mencari referensi di kantinnya. Tapi siang ini ia memang sengaja ke kampus rapih-rapih untuk menyerahkan draft skripsinya yang telah ia revisi semalam suntuk.
"Sam! Sam! Sam! Tadi ada anak angkatan 2013 cantik Sam. Nomor handphone dia udah gua save, namanya '2013 kacamataan cakep bray'. Nanti lo telepon ya," ujar Dimas menepuk pundak Sammy.
"Kapan lo ngam.. Emang bakat maling lo," ucap Sammy merogoh sakunya lalu menyadari handphone miliknya sudah di tangan Dimas.
Dimas adalah sahabat terdekat Sammy selain Andien. Ia yang selalu setia menemani Sammy dikala senang maupun susah dari masa orientasi mahasiswa. Dimas adalah salah satu mahasiswa rantau dari Jakarta yang senasib dengan Sammy. Tidak punya keluarga di Malang, tidak juga berambisi untuk berkuliah di Malang, tiba-tiba saja tersasar disini. Maka ketika Sammy sedang menjomblo, Dimas bersikeras agar temannya punya pacar.
"Gua bawa celana bahan dua nih, habis lo ngumpulin draft kita berangkat ke Fakultas Kedokteran cek ombak(baca: melihat keadaan, dalam hal ini yang dimaksud keadaan mahasiswi-mahasiswi di Fakultas Kedokteran). You know, kalau kita kesana pakai celana jeans atau chinos pasti dikira alien kita disana," ujar Dimas.
Sammy hanya mengernyitkan dahi sambil menggeleng pelan. "Asli lo emang paling niat kalo masalah cewek. Udah ah gua ke ruang dosen dulu," balas Sammy.
"Gua tungguin di kantin ya.. Pokoknya gua gak akan kemana-mana sebelum lo bilang iya!" seru Dimas.
Baru saja Sammy mau membuka mulutnya, mata Dimas sudah beralih ke makhluk indah bertitel mahasiswi yang baru saja keluar dari gedung fakultas menuju kantin mereka.
"Oke, perubahan rencana. Gua kesana, kenalan sama mahasiswi itu, terus sahabatnya gua kenalin ke lo. Cantikan yang kanan atau yang kiri? Yang kiri, deal lo boleh kenalan sama yang kanan," ujar Dimas melenggang begitu saja meninggalkan sahabatnya. Sammy hanya bisa cengengesan melihat tingkah sahabatnya yang tak berubah dari tahun ke tahun.
Sammy pun meninggalkan Dimas dan beranjak ke dalam gedung fakultas. Dengan langkah tergesa, Sammy menaiki anak tangga sambil mencari headphone dan iPod di dalam tasnya. Sudah menjadi ritual sehari-harinya untuk mencari lagu yang cocok dengan aktivitas atau kejadian tertentu di hari tersebut.
Each morning I get up I die a little, can barely stand on my feet. Take a look in the mirror and cry. Lord what you're doing to me.
I have spent all my years in believing you.
But I just can't get no relief, Lord!
Sebelum Freddie Mercury melanjutkan bait selanjutnya dari lagu Somebody to Love, handphone Sammy bergetar di sakunya. Ia langsung merogoh kantong celananya.
Text Message
Mon, Nov 2, 11:18
Sam, Ibu ada rapat penjurusan, kamu tinggal di meja ibu aja draft kamu, nanti ibu periksa.
'Apes, udah ngumpulin niat buat ke ruang dosen macam Goku lagi ngumpulin Bola Semangat, Bu Regina malah ada rapat.' Sammy hanya menggumam dan mengecek notifikasi lain di layar handphone miliknya sambil berjalan lesu ke ruang dosen. Dengan berat hati Sammy hanya meninggalkan draft skripsinya lalu kembali ke kantin.
***
"Lah cepet banget lo balik dari chamber of secrets?(baca: ruang dosen)" tanya Dimas heran.
"Iya, Bu Regina ada rapat ternyata, udah lah males gua ngomongin skripsi. Mana celana bahannya sini," ujar Sammy. Dimas hanya senyam-senyum sambil mengeluarkan celana bahan dari tasnya dan menunjuk pintu toilet kepada Sammy.
Melihat Sammy keluar toilet sudah dengan celana bahan dan kemeja dimasukkan ke dalam celananya, Dimas menepuk pundak Sammy dan berkata, "That's the spirit brother." Mereka berdua pun beranjak ke Fakultas Kedokteran.
***
Sammy dan Dimas hanya bisa celingak-celinguk memasuki gedung Fakultas Kedokteran bak penghuni Bumi yang baru menjejakkan kaki di Bulan. Mereka tak biasa melihat mahasiswa-mahasiswa yang benar-benar membaca buku dan belajar berkelompok, karena pemandangan yang biasa mereka temukan di Fakultas Komunikasi hanya sekumpulan manusia gua yang baru menemukan kopi dan rokok, komoditas utama di kantin mereka.
"Sam lo tunggu disini dulu, gua coba berbaur sama kelompok mahasiswi itu, ada yang lumayan cantik kayaknya tuh," ujar Dimas meninggalkan Sammy di bangku dekat pintu masuk.
Sammy hanya mengangguk sinis dan mengeluarkan laptop mulai membaca e-mail yang belum sempat ia baca. Kebanyakan hanya notifikasi dari media sosial yang terhubung dengan e-mail, beberapa tawaran pekerjaan, dan.. Tunggu.. University of Manchester? Belum sempat Sammy membuka e-mail itu, Dimas memanggilnya untuk bergabung.
"Eh semua kenalin ini temen gua. Ini Sam, gua lagi cerita pas kita jurit malam di malam keakraban himpunan mahasiswa kita berdua lagi agak berhalusinasi gara-gara martabak telur yang dibawain Andhika ternyata dicampur magic mushroom(baca: jamur yang jika dikonsumsi dapat menimbulkan halusinasi dan imajinasi). Terus pas kakak tingkat nakut-nakutin jadi pocong dia malah push up sambil ngakak. Asli random banget malem itu."
Sammy tidak memperhatikan cerita Dimas, seakan terhisap sebuah lubang hitam, matanya tertarik ke dalam sepasang bola mata indah di balik kaca mata dan lesung pipit yang menghiasi senyum malu-malu pemiliknya.
"Sam! Jangan bengong aja.. Ini kenalin.." Seruan Dimas membuyarkan lamunan Sammy. Sammy mengulurkan tangan kepada sang pemilik senyum sembari memperhatikannya.
Rambut bob pendek, berkacamata, berlesung pipi, dan memakai behel. Ia terlihat lebih fashionable dari tipikal mahasiswi kedokteran kebanyakan. Meskipun Sammy berusaha untuk sedingin biasanya, ia tak bisa menutupi kekagumannya akan sosok di depannya.
Tangan kurus dan kuning langsat itu menghampiri tangan Sammy. Sammy masih memperhatikan senyumnya, ia berfikir mungkin tuhan sedang niat-niatnya ketika menciptakan sang pemilik senyum tersebut ke dunia.
"Nadhira."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top