EPILOGUE: This Is The Droid You Are Looking For

Jakarta, 03 February 2020

"Where are you going Sam?" tanya Olivia melihat Sammy sedang mengepak baju-bajunya.

"I had to make sure of something," jawab Sammy melihat Oliv di depan pintu kamarnya.

"Oliiiiv, come help me bake this pie," ujar Ibu Sammy dari arah dapur.

"Comiiiing," seru Oliv menyahut ajakan Ibu Sammy.

Oliv tinggal di rumah Sammy selama berada di Jakarta karena Ibu Sammy yang memaksanya. Dari dulu Ibunya begitu menginginkan anak perempuan untuk menjadi adik Sammy namun tak pernah kesampaian. Saat bertemu dengan Oliv pertama kali di Manchester, Ibunya langsung jatuh cinta karena melihat wajah dan tingkah laku Oliv yang menggemaskan.

Setelah merasa cukup dengan bawaannya, Sammy bergegas untuk turun dari kamar menggendong tas Herschel-nya. Ia langsung berlari ke arah dapur untuk meminta izin pergi meninggalkan Oliv dan Ibunya.

"Mum, aku berangkat dulu ya ke Malang.
Itu udah aku bawain yang nemenin kan?" Sammy menyalami tangan Ibunya yang sedang sibuk membuat apple pie bersama Olivia.

"Mau ngapain lagi kamu ke Malang?" tanya Ibunya.

"Ada urusan yang belum selesai," ujar Sammy singkat mencium kening Ibunya.

"Yang kamu ceritain dulu itu?"

Sammy hanya mengangguk.

"Duh! Adeknya siapa sih ini! Salah kirim kali nih harusnya kesini," seru Sammy mengacak-ngacak rambut Oliv yang sedang menekuk wajah lucunya membuat Sammy gemas.

"Don't leave us Saaaam.." pinta Oliv.

"Just for a couple of days my dear."

Sammy pun melambalikan tangannya dan beranjak dari dapur menuju pintu rumahnya. Di luar sudah ada Raga yang menunggu Sammy di dalam mobilnya siap untuk ke bandara.

"Udah gak ada yang ketinggalan Sam?"

"Inshaallah Ga, lo yakin mau nemenin gua ke Malang?"

"Gua juga kan ada urusan Sam hehe.."

"Raga, Raga, bertahun-tahun gak ada kejelasan kehidupan cinta lo," ujar Sammy menggoda sahabatnya.

Raga hanya cengengesan. Ia memasukan persneling mobilnya dan mulai berjalan meninggalkan rumah Sammy.

***

Begitu turun di Bandara Malang, Sammy langsung berpisah dengan Raga untuk menyelesaikan urusannya masing-masing. Raga dijemput oleh sahabatnya yang asli Malang, sedangkan Sammy memesan taksi untuk menuju ke tujuannya.

Di perjalanan Sammy bernostalgia dengan Kota Malang yang mewarnai kehidupan remajanya. Ia berbagi cerita dengan sang supir taksi tentang masa-masa ia berkuliah di Universitas Brawijaya dan betapa berkembangnya Malang saat ini

Tak terasa ia sudah memasuki area perumahan Permata Jingga. Ia mencari-cari alamat yang diberikan oleh sahabat orang ia yang ia cari saat ini.

Sammy menepuk pundak sang supir taksi mengenali sebuah mobil yang terparkir di depan rumah berwarna mint green dengan pagar fuschia. Di pekarangannya tumbuh subur bunga daisy persis seperti di pekarangan depan rumah Sammy.

Sammy pun membayar ongkos taksi dan mengucapkan terima kasih. Ia memperhatikan ke dalam rumah terlihat penghuni di dalamnya akan pergi ke suatu tempat. Ia bergegas menyiapkan kejutannya.

***

*Uwiiiiiii*

Terlihat sebuah droid BB-8 mendekati wanita yang keluar dari pintu putih rumahnya. Matanya langsung berkaca-kaca, senyumnya terkembang lebar memperlihatkan lesung pipinya.

*Twiiit tututwiiit*

Droid tersebut menyapa wanita itu dengan gestur seperti seekor anak anjing yang minta digendong. Wanita itu terlihat gemas dengan droid tersebut mengangkatnya ke atas kedua telapak tangannya. Ia menyadari ada sebuah kartu yang menempel di antenanya. Wanita itu pun mencabut kartu itu dan melihat sebuah tulisan disana.

'This is the droid you are looking for..'

Begitu tulisan tangan yang tertulis kartu tersebut.

*Twiiitut twiwiiiit*

Droid tersebut menggoyang-goyangkan kepalanya ke arah luar rumah dan berputar-putar riang di atas telapak tangan wanita itu. Ia pun meletakan BB-8 kembali dan droid itu pun mulai menggelinding ke luar pagar. Wanita itu bergegas mengikuti kemana droid itu menuju.

Terlihat seorang pria menunggu di bawah sebuah pohon rindang dengan tatapan dan senyum yang familiar bagi wanita itu. Tak berubah, ia menepati janjinya.

"Hai," sapa pria tersebut.

Senyum sang wanita semakin mengembang. Air matanya mulai mengalir membasahi pipinya. Ia membuka mulutnya berusaha mengatakan kalimat pertama yang ia ucapkan langsung setelah lama tak bertemu dengan pria itu.

"Did the universe bring you here?"

"No, i ask your friend where you live now."

Sang wanita mendekati pria itu berusaha meyakinkan kalau semua ini kenyataan. Pria itu memperhatikan perubahan-perubahan dari diri wanita itu. Rambutnya yang dulu pendek sekarang mulai panjang sebahu, tak ada lagi kaca mata yang menutupi mata indah miliknya berganti dengan kontak lensa yang senada dengan warna matanya.

"Let's pretend to do what we should do eight years ago."

Pria itu langsung bertingkah kikuk berjalan menjauhi sang wanita. Terlihat ia menghentikan langkahnya, berbalik badan dan berjalan kembali ke arah wanita itu.

"Gua udah suka sama lo dari pertama kali gua liat lo di upacara pembukaan masa orientasi kampus. Senyum lo jadi hal pertama yang bikin gua semangat buat jalanin hari itu. Gua udah mau banget kenalan sama lo tapi gua terlalu pemalu. Beberapa hari setelah hari itu gua ngeliat lo di trotoar keliatan sedih, kesel, kesakitan, gua beraniin diri aja buat nyamperin. Waktu itu gua sok cool aja di depan lo padahal dada gua udah kayak bedug maghrib di bulan puasa. Kaki gua berasa kayak kue pukis. Gua nawarin buat bantuin lo, nganterin lo pulang, eh Vespa gua kayaknya lagi ngambek sama gua. Gua tawarin buat gendong lo, lo gak mau. Emang sih gua sendiri ngerasa kalo gua terlalu creepy. Ternyata lo tetep mau gua temenin pulang. Entah kenapa di perjalan ke kos lo gua ngerasa nyaman meskipun kita cuma diem aja, kayaknya jalan kali yang harusnya 20-30 menit kerasa kayak cuma 5 menit sampe kesel sendiri. Eh, maaf ya kalau cerita gua barusan bikin lo malah takut. Gua cuma mau kenalan sama lo. Boleh gak?"

Pria itu mengulurkan tangannya dengan senyum ramah dan teduh yang menjadi ciri khasnya.

Sang wanita hanya tertawa kecil mendengar penuturan jujur dari pria itu dengan wajah bersemu merah. Ia pun menyambut uluran tangan itu.

"Samudra."

"Nadhira."

Mereka pun berbagi tawa. Terlihat senyum di wajah Sammy yang tak henti terkembang melihat senyum yang membuatnya jatuh hati berkali-kali.

"Can we start over? No universe conspiring, no past lover, nothing but a two human being introduce themselves, let someone into their lives, accept them for who they are, and complete each other?" ujar Sammy.

Nadhira pun mengangguk. Ia menggandeng tangan Sammy kembali ke rumahnya. Sammy mengangkat BB-8 dan memberikannya kepada Nadhira.

"Nih, droid yang kamu manja-manja minta ke aku," ujar Sammy menggoda Nadhira.

"Lama banget siiiih baru dibeliin sekarang."

"Ya kan dia harus diperjuangin sama Rey dan Finn(baca: karakter protagonis dalam trilogi Star Wars terbaru) ke rebel base."

Mereka pun kembali tertawa.

"Kamu masih suka kubis goreng kan?"

Sammy mengangguk antusias.

"Aku nemu lalapan ayam enaaaak banget kubis goreng sama sambelnya terus pake terong goreng jugaa. Makan siang disana yuk!"

"How can i not love you?" canda Sammy.

Mereka berjalan ke arah mobil Nadhira sambil berbincang, bersenda gurau, dan bernostalgia tentang masa lalu. Kali ini, tak peduli apa yang semesta katakan, mereka saling berusaha untuk menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing dan melengkapinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top