Chapter XXXVI: There Is A Star

Jakarta, Sabtu, 01 February 2020

Sammy melepaskan earpod dari telinganya dan mengikat rambut panjangnya. Ia membantu Olivia di sebelahnya untuk melepaskan sabuk pengaman dan mengambil tas wanita itu di cabin compartment di atas kepalanya.

"Cor blimey, i forgot i can't reach my dad with this number. Who's gonna pick us up? Aunt Arini?" Tanya Olivia.

"No, mom is probably cooking something to welcome you. My friend is going to pick us up. Don't worry my dear, he'll be here. How was your Bahasa?"

"I'm as good as a native speaker," ujar Olivia penuh percaya diri.

"That's the spirit young lady! Let's hear it then."

"Halo. Apa kabar? Nama saya Olivia. Saya mau ke karam mandi," ucap Olivia terbata-bata. Ia menunggu reaksi dari Sammy dengan penuh antusias.

"No, not karam hahaha.. Karam means sinking. It's kamar, as in NBA playar Lamar Odom. Get it?"

Raut wajah Olivia berubah kecewa. Sammy yang melihatnya jadi gemas. "It's okay. It will get better my dear," ujar Sammy merangkul dan mengecup kening Olivia.

Olivia sudah belajar Bahasa Indonesia sebulan sebelum kepulangannya ke Indonesia. Ia kesal karena tak kunjung mahir dalam praktek berbicara, padahal ia ingin sekali berbincang dengan ayah dan kakaknya dengan bahasa ibu mereka.

"Oh! They've open the door, come on Sam! I can't wait to see my birthplace," seru Olivia menarik tangan Sammy penuh semangat dan antusiasme untuk melihat keadaan kota kelahirannya.

***

Raga terus melirik ke jam tangan G-Shock yang selalu setia ia pakai dari masa kuliah dulu. Ia menunggu dengan gelisah kedatangan sahabatnya di smoking area. Sesekali ia menengguk iced caramel macchiato dari gelas plastiknya dengan sebatang rokok yang setia menemani kopinya.

Tak lama terdengar pengumuman bahwa pesawat dari Manchester sudah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Ia pun mematikan rokoknya dan bergegas ke gerbang kedatangan.

Mata Raga terus menyusuri barisan manusia yang keluar dari pintu kedatangan mencari Sammy. Raut wajahnya berubah saat melihat wajah yang familiar sedang berjalan menggandeng seorang wanita berwajah blasteran ke arah pintu keluar.

"SAAAM! SAMMY!" seru Raga dari kejauhan.

Sammy yang melihat Raga sedang melambai ke arahnya pun langsung berlari menarik Olivia menghampiri sahabatnya. "GA! RAGA!" panggilnya balik.

"GOOD TO SEE YOU MATE! I MISS YOU SO MUCH," ujar Sammy memeluk Raga.

"APA KABAR LO SAM? ANJRIT KANGEN BANGET GUA SAMA LO!" balas Raga.

"Baik-baik Alhamdulillah. Lo gimana? Jadi keterima di Pertamina? Masih botak aja lo, landasan rambo!" canda Sammy.

"Gua Alhamdulillah juga Sam. Lo gak liat nih name tag gue? Belom balik kantor gua cuma buat jemput lo tengah malem. Dateng-dateng ngejek kepala gua. Dasar, kembalian warteg!" sahut Raga membalas Sammy.

"Sombong amat lo sekarang. Dasar, saos mie ayam! Gaji langsung dua digit nih kayaknya."

Olivia yang tak mengerti percakapan dengan kosa kata alien itu hanya tertawa basa-basi, tangannya terus menggenggam tangan Sammy erat karena merasa tidak nyaman dengan atmosfer Kota Jakarta.

"Siapa tuh Sam? Anak kesayangannya Mama Putri move on juga akhirnya? Kenalin kali, dipegangin mulu takut ilang?" tanya Raga.

"Ini adeknya Dimas, Olivia. Olivia, this is Raga. One of your brother's dumb friends," Sammy mengenalkan Olivia pada Raga.

"Halo, saya Olivia," ucapnya menyalami tangan Raga.

"Halo, saya Raga," balas Raga mengikuti aksen Olivia yang sedikit kaku. Ia memperhatikan sosok wanita berwajah blasteran dengan rambut coklat panjang yang sedikit bergelombang. Pipinya yang sedikit berisi mengundang untuk dicubiti dan ekspresi wajahnya selalu menggemaskan. Kalau dipikir-pikir, wanita ini kurang lebih memang tipe-tipe kesukaan Sammy.

"Yeee kobokan naspad! Jangan lo becandain, dia emang gak lancar ngomong Indonesia," seru Sammy menggeplak kepala Raga.

"Mirip yang main jadi Rey Sam. Gak dapet Rey yang dulu, ngincer Rey yang ini. Celup-celup mulu nih kayaknya di Manchester."(Baca: Rey, tokoh protagonis wanita dalam film Star Wars yang diperankan Daisy Ridley)

"Apaan nih yang dicelup?" tanya Sammy sok polos.

"Ya teh lah Sam, kan Inggris terkenal budaya ngetehnya kan? Hahaha.."

"Hahahaha ngeles mulu kayak Bajaj. Enggak lah, udah gua anggep kayak adek sendiri Olivia," ujar Sammy mengacak-acak rambut Olivia.

"Hmmmm yaallaaaah kesian banget Sammy kakakadekzone."

"Siake lo haha.. Udah buru ah mobil lo dimana?"

"Gak jauh kok," ujar Raga menunjuk ke arah parkiran. Sammy mengambil koper Olivia dan memberikan koper miliknya sendiri kepada Raga. Mereka pun berjalan ke arah parkiran.

***

Di perjalanan menuju ke mobil Raga, mereka bernostalgia masa-masa di Kotak Amal dulu. Semua momen-momen dari sedih sampai bahagia yang mereka lalui di rumah penuh kenangan itu. Olivia hanya mendengarkan berusaha untuk mengartikan pembicaraan diantara keduanya.

"Sam, gua nanya yang lebih serius ya?" raut wajah Raga berubah. Selain Putri memang Raga sahabat Sammy yang paling bisa diajak curhat masalah dengan 'waras'. Kadang Sammy merindukan momen-momen dengan Raga yang seperti ini.

"Hahahaha udah lama gua gak denger lo ngomong gitu. Kenapa Ga?"

"Lo ke Manchester cuma mau ngelupain tahun 2015 kan?"

Sammy langsung terdiam. Memang setelah wisuda, Sammy buru-buru ke Manchester meskipun ia belum ada pikiran untuk melanjutkan S2 disana. "Mungkin itu salah satunya," jawab Sammy singkat.

"What happened between you and Nadhira? We started to love her Sam. Semua anak-anak di Kotak Amal suka sama dia. I could see we get along and hang out together with her."

"I saw her with someone else. And you know me, i'm not that 'speak it out loud' kind of person."

"Tapi lo gak tau kan sebenarnya kejadiannya kayak apa?"

"I knew now."

"Classic Samudra Alfaruq, when will you learn my friend?"

"I've learned Ga, trust me."

"Terus, lo ikhlas Dimas sekarang menikah sama Andien?"

Sammy kembali terdiam lalu mulai mengembangkan senyumnya. "100% sure," ucapnya pasti.

Raga menepuk pundak Sammy dan membuka bagasi mobilnya membantu Sammy dan Olivia memasukan kopernya ke dalam mobil. Setelah semua barang tersimpan rapih, mereka pun masuk ke dalam mobil dan meninggalkan parkiran menuju rumah Sammy.

***

"Samudra aku pulang dulu ya? Jangan sedih lagi. Om Panca udah mendingan kan kata Tante Anna di telepon tadi," ucap Nadhira dengan raut wajah khawatir.

Sammy menarik tubuh Nadhira ke atas pangkuannya dan mencubit kedua belah pipi wanita itu berusaha mengembangkan senyumnya. "I can't stand to see your sad face," ujar Sammy. Nadhira pun mulai tersenyum kembali melihat Sammy yang tak sesedih sebelumnya.

"Aaaaaaaaaaaawwww.." seru para penghuni Kotak Amal melihat pemandangan unyu-unyu najis yang dipertontonkan Sammy dan Nadhira di depan mereka.

"Aaaaaaaaaaa apa sih.." seru Nadhira dengan wajah menyala merah.

"Biasanya abis ini adegannya di gendong ke kamar sih," goda Jape.

"Di ruang tv juga bisa sih sambil nonton langsung dipraktekin," ujar Nydo menambahkan sambil meraup pop corn di tangannya.

"Puuut! Jape sama Nydo tuuuh nakal," ucap Nadhira. Putri menghampiri keduanya dan menjewer telinga mereka. Sammy hanya tertawa melihat kedua temannya dihukum seperti anak SD.

"Kok pulang sih Naaad? Aaaah aaaaaah.. Yang nemenin aku belajar buat sidang besok siapaaaa?" seru Jape berguling-guling di lantai.

"Aaaaaaah aaaaaah.. Yang masakin aku pasta siapaaaaa?" Nydo ikut menambahkan.

"Aaaaaaah.. Apa ya?" ujar Kunto lupa kata-katanya untuk menggoda Nadhira.

Nadhira hanya tertawa kecil melihat kelakuan sahabat Sammy. "Mereka kalo udah mulai kenal sama orang emang gitu Mik, gak tau malu."

Nadhira bangkit dari pangkuan Sammy dan mengambil tasnya. Sammy menarik tangan Nadhira, "Stay a little longer," ucapnya pelan.

"I gotta go Samudra. Kamu kan harus belajaaar buat besok. Kamu belum pegang skripsi kamu seharian lho," ucap Nadhira dengan nada tinggi berusaha mengingatkan Sammy tentang kewajibannya.

"Temenin aku belajar," pinta Sammy.

"Jangan, kalau ada aku di kamar kamu nanti kamu gak fokus," ujar Nadhira mengedipkan matanya genit. Sammy langsung grogi dan menelan ludahnya.

"Uuuuuuushiiiiiit.." sahut Raga menggoda Sammy yang mati kutu.

"Yang.. Yang.." Jape menyikut lengan Putri pelan sambil menaik turunkan alisnya.

"GAK ADA! Sana kamu pijet plus-plus aja sendiri," seru Putri sewot. Yang lain hanya tertawa melihat kelakuan Jape dan Putri.

***

"That's it? No good bye kiss?" Sammy menggoda Nadhira yang masuk begitu saja ke dalam mobilnya.

"Belom muhrim!" seru Nadhira menutup pintunya. Tak lama jendela mobilnya terbuka. Sammy melambaikan tangannya memasang ekspresi pura-pura sedih dengan melas terbaiknya.

"Hahahaha muka kamuuuu!" Nadhira gemas melihat ekspresi muka Sammy seperti itu. Ia mulai memasang seatbelt dan membetulkan cermin tengah mobilnya. Ia teringat sesuatu.

"Kamu tahu gak, gimana aku dapet pin ini?" tanya Nadhira kepada Sammy. Sammy langsung tersenyum teduh mendengar pertanyaan itu, pertanyaan yang dari awal ia simpan semenjak melihat pin itu tergantung di mobil Nadhira.

"Tiga tahun yang lalu, aku ketemu sama laki-laki ini. Hari itu bener-bener hari yang melelahkan dan mengesalkan buat aku. Di jalan pulang aku kecipratan genangan air, terus kesandung batu yang gak tau dari mana asal-usulnya. Aku udah mau nangis, kesel. Tiba-tiba dia datang dengan Vespa abu-abu metaliknya, segala kekikukan, senyum ramah, dan tatapan teduhnya. Dengan suka rela bantuin aku, bahkan nganterin aku bawa tasku yang berat banget jalan kaki sampai ke kos. Terus saat tas aku putus talinya, dia yang ngasih aku pin ini terus minta aku untuk gak sedih," Nadhira bercerita panjang lebar dengan mata berbinar-binar.

"Hmm.. Baik banget ya dia! Kok mau aja sih? Siapa namanya?" tanya Sammy menggoda.

"Aku gak sempet nanya namanya. Aku nyesel banget. Hari itu aku berdo'a sama Allah, supaya suatu hari nanti aku dipertemuin lagi sama dia."

"Terus gimana? Ketemu sama orangnya?"

"Allah maha mengabulkan Samudra," ucap Nadhira menarik kepala Sammy dan mengecup pipinya. Sammy terbawa suasana dan hampir mencium bibir Nadhira sebelum Nadhira menahannya dengan jari telunjuknya.

"Biar penasaran hihi" ujar Nadhira. Sammy ikut tertawa kecil dengan wajah yang semakin memerah. Nadhira melambaikan tangannya sebelum ia menutup jendela mobilnya dan pergi menjauh dari Sammy.

Sammy berjalan masuk kembali ke dalam rumah dengan langkah pasrah. Sahabat-sahabatnya berlarian keluar lalu memukulinya gemas.

"Aw aw aw kenapa sih?" tanya Sammy heran.

"KENAPA GAK DITEMBAK?!" seru mereka kompak.

"Gak dapet momennya," jawab Sammy singkat. Sahabat-sahabatnya meneruskan memukuli Sammy.

"NUNGGU MOMEN APA SIH SAM? HUJAN METEOR? KOMET LEWAT? GERHANA BULAN?" Putri mulai gak santai.

"Terus, gua harus apa?"

"WELL GO GET HER!" seru Jape mengeplak kepala Sammy.

"Sekarang?"

"IYA SEKARANG!"

Sammy pun langsung masuk ke dalam rumah dan bergegas ke kamarnya. Ia mampir ke depan cermin sebentar dan menyisir rambutnya dengan jari. Ia mengambil jaket harrington warna navy yang dulu dipinjam Nadhira dari gantungannya, mengambil kunci Luna dan berlari ke arah garasi.

Ia menyalakan Vespa kesayangannya dan mendorongnya ke luar rumah. Ia menyalakan sebatang rokok sambil menunggu mesinnya panas. Sammy tak bisa menahan senyumnya yang terus terkembang lebar. Sahabat-sahabat yang melihat gerak-geriknya dari tadi hanya bisa tersenyum-senyum sendiri.

"Gimana perasaan lo Sam?" tanya Raga yang keluar menemani Sammy merokok.

"GAK TAU!" seru Sammy berteriak. Perasaanya bercampur aduk. Kalau kata kiasan bila orang jatuh cinta seperti ada kupu-kupu di dalam perutnya. Bagi Sammy yang terbang di perutnya adalah Kaiju. Senang bercampur grogi, penasaran, ia kehabisan kata-kata untuk menggambarkan apa yang sedang ia rasakan.

Setelah merasa mesin Luna sudah siap untuk berjalan, ia pun memakai helmnya dan memasukan perseneling ke gigi satu.

"Berangkat Sam?" tanya Raga lagi.

"BERANGKAT!"

"Hahahahaha.. May the force be with you."

Sammy pun pergi bersama Vespa penuh kenangan itu menyusuri jalanan Kota Malang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top