Chapter XXXV: In A Constellation Called Centaurus
Setelah meminta izin kepada pemilik kos akhirnya Dimas diperbolehkan menemani Andien sampai ke kamarnya. Ia membantu Andien memasukkan barang-barang yang diperlukan ke dalam tasnya. Sesekali ia melihat ke arah Andien untuk memastikan wanita itu tidak kenapa-kenapa.
"Udah semuanya? Charger? Peralatan mandi? Mukena? Bawa bantal ya buat tidur di mobil?"
tanya Dimas membawa tas Andien. Wanita itu hanya mengangguk dan mulai menitiskan air matanya lagi.
"Gua belum siap ditinggal papa Dim." Andien tak bisa menyembunyikan ketakutan terbesarnya.
"He'll be fine sunshine, dia udah ditangani dokter di rumah sakit kan," ucap Dimas mengusap air mata dari pipi Andien.
Andien mengiyakan dengan anggukan kepalanya. Ia mencabut kabel televisi dan kipas angin, mematikan lampu, berjalan keluar menggandeng Dimas dan mengunci kamarnya. Di perjalanan menuju lobby, Ibunya menelepon.
Ibu Andien: Assalamu'alaikum. Andien dimana?
Andien: Wa'alaikumsalam. Aku di kos ma. Papa gimana keadaannya? Aku pulang ke Jakarta ya?
Ibu Andien: Papa kamu lagi istirahat sayang, udah mendingan kok. Lho, kuliah kamu gimana?
Andien: Sebentar aja ma, Andien mau ketemu papa, jagain papa, Andien kangen.
Ibu Andien: Kamu naik apa sayang? Memang ada pesawat atau kereta jam segini?
Andien: Aku dianter Dimas naik mobil.
Ibu Andien: Mama boleh ngomong sama Dimas?
Andien memberikan handphone-nya kepada Dimas. Dimas awalnya kaget, selama kenal dengan Andien ia tak pernah berbicara dengan keluarganya sama sekali. Ya, berhubungan dengan orang tua wanita yang sedang dekat dengannya bukan salah satu hal yang pernah ia lakukan sebelumnya. Ia bingung harus bicara apa, bicara dengan ibunya sendiri pun tidak pernah, apalagi ibu orang lain.
Dimas: Assalamu'alaikum tante, ini Dimas. Kenapa tante?
Ibu Andien: Nak Dimas mau antar Andien pulang? Gak merepotkan? Nanti kuliahnya gimana?
Dimas: Iya tante. Insyaallah enggak kok. Kuliah Dimas udah selesai, tinggal skripsi aja sama kayak Andien. Om gimana keadaannya tante?
Ibu Andien: Alhamdulillah sudah mendingan. Yasudah tante perbolehkan Andien pulang. Dimas hati-hati ya, tolong jagain Andien.
Dimas: Alhamdulillah. Iya tante, pasti.
"Kata nyokap apa Dim?" tanya Andien menerima handphone-nya dari Dimas.
"Dibolehin pulang asal hati-hati," jawab Dimas.
"Maaf ya ngerepotin Dim,"
"You can always count on me sunshine."
Andien mengembangkan sedikit senyumnya. Dalam hati ia bersyukur mengenal laki-laki itu. Dimas yang selalu bisa ia andalkan, yang selalu ada di saat dibutuhkan.
***
"Andien mana? Om Panca gimana?" Dua kalimat pertama yang diucapkan Sammy saat sampai ke Kotak Amal.
"Duduk dulu sayangku," ujar Putri mengajak Sammy duduk di sofa. Putri memeluk Nadhira yang menemani Sammy sampai ke dalam rumah.
"Andien pulang ke Jakarta. Gua belom tau kabar Om Panca," Putri menjawab pertanyaan Sammy.
"Pulang ke Jakarta? Sama siapa? I have to call her," ujar Sammy berniat menghubungi Andien. Putri menahan tangan Sammy dan menggelengkan kepalanya.
"Not the right time, Sam. Kita semua juga mau tahu kabar Andien sama bokapnya. Tapi gua rasa lebih baik jangan bahas-bahas ini ke dia dulu, dia masih shock."
Nadhira yang melihat kekalutan dalam diri Sammy mengalungkan kedua tangannya ke leher Sammy dan memeluknya. "Samudra, makan ya? Mau makan apa? Aku beliin," tanya Nadhira. Sammy tak bergeming, ia tak bernafsu untuk makan meskipun ia belum makan dari tadi pagi.
"Makan berdua sama aku ya? Kamu belum makan dari pagi," Nadhira menambahkan. Sammy menoleh ke wajah wanita yang memeluknya itu. Terlihat ekspresi khawatir dan kesedihan yang ikut Nadhira rasakan. Sammy pun mengangguk mengiyakan.
"Pecel ayam mau ya? Aku beliin yang dekat aja," ujar Nadhira bangkit dari sofa.
"Mika," panggil Sammy pelan.
"Kubisnya digoreng kan?" tanya Nadhira. Sammy mengangguk-anggukan kepalanya dengan cepat.
"Iya Samudra. Put mau nitip juga? Yang lain udah pada makan?"
"Belum Nad. Gak usah ah, nanti ngerepotin," Putri menolak halus.
"It's fine sweetheart," ujar Nadhira kepada Putri. Terlihat Jape di depan anak tangga tersenyum penuh haru memegangi perutnya. Putri melotot ke arahnya, Jape pun langsung pasang tampang 'suami-suami takut istri' dan kembali ke lantai dua. Nadhira pamit kepada Sammy dan beranjak membelikan makanan untuk penghuni Kotak Amal.
***
Andien terbangun dari tidur singkatnya, terdengar lagu John Mayer bersenandung di kabin mobil Dimas. Ia memperhatikan laki-laki itu yang sedang fokus ke arah jalan. Berusaha untuk membawa mobilnya sedikit cepat namun penuh kehati-hatian. Benarkah ini Dimas yang selama ini ada di sekitarnya?
Bukan, bukan ini Dimas yang Andien kenal. Dimas yang Andien kenal adalah laki-laki yang tingkahnya selalu mengundang gelengan kepala dan tawa menggelegar dari teman-temannya. Dimas yang Andien kenal adalah laki-laki yang kerap bergonta-ganti pasangan dan menceritakannya dengan bangga kepada teman-temannya. Dimas yang Andien kenal tak pernah serius, hidupnya selalu didedikasikan untuk mengundang canda di depan teman-temannya.
Dimas yang ini...
Andien tak bisa mengelak, ia telah jatuh hati kepada Dimas yang satu ini. Dimas yang begitu sabar menghadapinya, selalu siap menangkapnya saat ia terjatuh dan dengan cepat mengulurkan tangannya untuk membantunya bangkit, Dimas yang mendedikasikan waktunya untuk dirinya, yang sepenuh hati mencintainya. Mungkin, ia yang dimaksud do'a ibunya. Dimas yang satu ini. Raden Dimas Sastranegara.
John Mayer feat. Katy Perry - Who You Love
You love, who you love
Who you love
You love, who you love
Who you love
My girl, she ain't the one that I saw coming
And sometimes I don't know which way to go
And I tried to run before
But I'm not running anymore
Cause I've fought against it hard enough to know
That you love, who you love
Who you love
You love, who you love
Who you love
You love, who you love
Who you love
Oh, you can't make yourself stop dreaming
Who you're dreaming of
If it's who you love
Then it's who you love
My boy, he ain't the one that I saw coming
And some have said his heart's too hard to hold
And it takes a little time
But you should see him when he shines
Cause you never wanna let that feeling go
When you love, who you love
Who you love
You love, who you love
Who you love
Yeah, you love, who you love
Who you love
"Hi sunshine," sapa Dimas melihat Andien terbangun. Andien tak pernah suka panggilan-panggilan seperti itu. Dulu ketika berpacaran dengan Rayyan saja ia risih kalau dipanggil 'honeybee' oleh Rayyan. Entah mengapa hatinya terasa hangat setiap dipanggil seperti itu oleh Dimas.
"Kita udah sampai mana Dim?" tanya Andien dengan mata setengah terpejam.
'YA ALLAH KUATKAN IMAN HAMBA YA ALLAH LUCU BANGET!' teriak Dimas dalam hati melihat Andien yang baru bangun.
"Ini udah di pintu tol cikampek, lo tidur nyenyak banget sih," canda Dimas.
"HAH? CEPET BANGET?" Andien langsung terkejut dan menegakkan badannya.
"Hahaha.. Bercanda Andien. Baru juga di Porong. Kita lewat Pantura, abis gua lupa lewat Jalan yang sering dikasih tahu Sammy."
"Ih Dimas mah!" Andien sewot karena diusili oleh Dimas. Padahal dalam hati ia ingin tersenyum.
"Hehe.. Yang penting kan usaha bikin Andien senyum. Oh iya tadi gua beliin nasi ayam KFC Ndien itu di plastik putih di jok belakang. Makan yaaa.. Lo kan terakhir cuma makan pizza siang tadi."
Andien membungkukan badannya ke jok belakang mencari plastik yang Dimas maksud. Ia pun mengambil kotak nasi di dalamnya.
"Dimas udah makan?"
"Belom, gua mah santai. Yang penting lo aja,"
"Ih Dimas mah! Kan lo belom makan sama sekali hari ini!" Andien kembali membungkukan badannya ke belakang, namun ternyata Dimas hanya membeli satu.
"Kok cuma satu? Buat lo mana?"
"Udah, Andien aja yang makan. Gua kan lagi nyetir juga."
"Yaudah berdua aja ya, gua suapin."
"Emang niat awalnya gitu sih mehehehehe.." ujar Dimas cengengesan. Andien pun tertawa kecil. Setelah mendengar ayahnya sudah lebih baik keadaannya saat ini, Andien memang sudah tak sesedih saat pertama diberi kabar ayahnya masuk rumah sakit. Tapi ini adalah tawa pertamanya pasca mengetahui hal tersebut. Dimas pun tersenyum setelah berhasil membuat Andien tertawa.
***
Saat Nadhira kembali ke Kotak Amal, semua penghuninya sudah duduk manis di meja makan kecuali Sammy dan Putri yang masih berbincang di sofa.
"Maafin anak-anak ya Nad, mereka udah denger kalo tadi lo mau beliin makan," ujar Putri kepada Nadhira.
"Iya, not a problem Put. Hai, semuanya makan bareng yuk," ajak Nadhira kepada penghuni Kotak Amal sambil menggandeng Sammy ke ruang makan.
Sammy duduk di salah satu kursi kosong. Anak-anak yang lainnya sudah bertingkah barbar karena kelaparan. Kunto sudah mulai menjilat-jilati sendoknya. Jape loncat-loncat di atas kursinya seperti anak monyet yang akan dilempari kacang oleh pengunjung kebun binatang. Nydo sibuk merayu piring yang ia peluk dari tadi. Hanya Raga yang terlihat stay cool, padahal Sammy yakin cacing-cacing di perutnya sudah bersiap untuk melakukan kudeta.
Nadhira membuka bungkusan pecel ayam yang ia bawa dan membagikannya merata kepada semuanya. Ia mengambil piring yang sudah dipegang oleh sahabat-sahabat Sammy dan menuangkan nasi ke atasnya. Mata Sammy berkaca-kaca melihat pemandangan di depannya. Suasana kekeluargaan seperti ini yang selalu ia dambakan. Sifat alami dari diri Nadhira lah yang mewujudkan hal ini untuknya.
"For the young skywalker," ujar Nadhira memberikan kubis goreng yang sudah di-request oleh Sammy. Jape menatap Nadhira seperti anak anjing berharap untuk diberikan sedikit kubis gorengnya. Ia pun tertawa kecil dan menyisihkan beberapa untuk Jape.
Kunto memimpin do'a bersama sebelum penghuni Kotak Amal mulai memakan apa yang disediakan di atas piring mereka seperti singa kelaparan. Sammy melihat mata Nadhira yang terus mengumbar senyumnya melihat tingkah laku sahabat-sahabatnya. 'I'm so lucky to met you,' batinnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top