Chapter XLI: Continuum Conundrum

Samudra Alfaruq H.: *voice note*

Nadhira langsung menekan tombol play dan menunggu voice note yang dikirimkan oleh Sammy. Terdengar di seberang sana bunyi gitar yang sedang dimainkan oleh Sammy.

Snow Patrol - Chasing Cars

We'll do it all
Everything
On our own

We don't need
Anything
Or anyone

If I lay here
If I just lay here
Would you lie with me and just forget the world?

I don't quite know
How to say
How I feel

Those three words
Are said too much
They're not enough

If I lay here
If I just lay here
Would you lie with me and just forget the world?

Forget what we're told
Before we get too old
Show me a garden that's bursting into life

Let's waste time
Chasing cars
Around our heads

I need your grace
To remind me
To find my own

If I lay here
If I just lay here
Would you lie with me and just forget the world?

Forget what we're told
Before we get too old
Show me a garden that's bursting into life

All that I am
All that I ever was
Is here in your perfect eyes, they're all I can see

I don't know where
Confused about how as well
Just know that these things will never change for us at all

If I lay here
If I just lay here
Would you lie with me and just forget the world?

Mata Nadhira mulai berkaca-kaca, tak memungkiri rasa sayang yang mulai tumbuh besar di dalam hatinya untuk Sammy. Mengapa semua memerlukan sebuah status? Tidakkah rasa nyaman dan rasa sayang sudah cukup menjelaskan perasaannya kepada Sammy?

Samudra Alfaruq H.: Come lie with me.

Nadhira Q.: Enggak ah, kalau aku berbaring disana nanti kamu apa-apain :(

Putri yang mengintip dari luar kamar Sammy tersenyum melihat sahabatnya yang dari tadi resah dan termenung jadi cengengesan melihat chat dari Nadhira. Memang hanya dia yang bisa membuat Sammy seperti ini.

'I wish you end up with her,' Putri berdo'a dalam hati. Ia pun menjauh dari kamar Sammy, pamit pulang kepada penghuni Kotak Amal yang lain.

Samudra Alfaruq H.: Abis kamu gemesin, minta dicium-cium :(

Nadhira Q.: Gemes mah dicubit-cubit aja Sam :( Kamu mah mesum bawaannya nyosor terus. Dikasih cium pipi mintanya yang lain.

Samudra Alfaruq H.: HAHAHAHAHAHA GAK KUAT IMAN ABANG DEK

Nadhira Q.: Will you ever change Samudra? That look, that smile?

Samudra Alfaruq H.: Never.

Nadhira meletakkan lembaran skripsi yang ia pelajari dari tadi di atas mejanya. Ia mematikan macbook-nya dan menggendong Daisy yang menemaninya ke atas ranjangnya, berbaring disana, memejamkan mata, membayangkan Samudranya berbaring di sebelahnya. Tak lama Nadhira pun terlelap, dengan senyum mengembang di wajahnya.

Sammy yang mengerti Nadhira sudah tertidur akhirnya bangkit dari kasurnya dan meletakan gitarnya ke guitar stand di sebelah lampu tidur stormtrooper-nya. Ia memakai jaket harrington biru navy yang Nadhira pernah pinjam itu. Mengambil kunci Danish dan keluar dari kamarnya.

"Mau kemana Sam?" tanya Kunto melihat Sammy terlihat akan pergi dari Kotak Amal.

"Keliling Malang, nostalgia. Ikut gak? Dikit lagi gua udah pergi dari sini," ujar Sammy dengan sedikit nada sedih.

Sahabat-sahabatnya jadi teringat, mungkin kehidupan Sammy bersama mereka sudah tak lama lagi di Kotak Amal. Mereka pun saling lihat. Jape bangkit dari sofa ruang tv dan menuju ke kamarnya untuk bersiap-siap. Yang lainnya pun mengikuti. Sammy duduk dan menonton tv menunggu mereka kembali.

Tak lama, semua sudah memakai jaket dan mengganti celana mereka dengan celana panjang. Nydo mengulurkan tangannya membantu Sammy untuk bangkit.

"Yuk," seru Nydo.

Sammy pun bangkit, merangkul sahabat-sahabatnya menuju ke garasi Kotak Amal. Mereka mengeluarkan motor satu persatu. Sammy naik Danish sendirian, Jape membonceng Nydo dan Raga membonceng Kunto. Mereka menyalakan mesin motor masing-masing, menunggu mesinnya panas dengan membakar rokok mereka masing-masing. Tak lama kemudian, mereka pun berjalan menjauh dari Kotak Amal.

***

Tujuan pertama mereka adalah kos pertama Sammy dan Dimas di daerah Jalan Candi Borobudur. Sammy turun dari Danish dan masuk ke dalam gerbang kosan yang tak pernah tertutup itu. Dia menghampiri Mas Karyo penjaga setia kosan itu lalu berbagi rokok dan sedikit kopi dengannya. Membicarakan tentang masa lalu kehidupannya disana.

Setelah merasa puas, mereka bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka kembali. Selanjutnya mereka ke kos Andien dan Nadhira. 3 tahun lebih, kehidupan cinta Sammy berputar disana.

Mereka memarkirkan motor-motornya di area parkir kosan. Sammy menghampiri mobil Nadhira dan memeluk mobil putih itu, berharap Nadhira ikut merasakan pelukan hangatnya. Sahabat-sahabatnya hanya cengengesan melihat tingkah konyol Sammy. Ia lalu melambai ke arah kamar Andien, lalu kamar Nadhira. Tak lupa memberikan kiss bye kepada penghuni kamarnya yang sudah terlelap.

Mereka melanjutkan perjalanannya ke warung atau restoran yang sering ia kunjungi selama ia di Malang. Mengingat-ingat saat ia mengunjungi tempat-tempat itu. Bersenda gurau dengan sahabatnya tentang makanan-makanan kesukaan dan kejadian-kejadian yang mereka lalui disana.

Selanjutnya mereka mengunjungi kampus mereka, Universitas Brawijaya. Melakukan wefie di depan Bundaran depan rektorat. Mengarungi tiap jengkal aspal area Universitas bersama, penuh canda dan tawa. Satu hal yang mereka inginkan dari dulu, uji nyali di rumah kaca milik Fakultas Pertanian. Sammy memimpin mereka di depan mendekati pintu masuk rumah kaca tersebut, baru saja ada hawa-hawa aneh yang merasuk, mereka semua sudah lari kalang kabut. Akhirnya tantangan terakhir selama berkuliah disana tak ada yang menyelesaikan.

Lalu perjalanan dilanjutkan ke Batu. Menikmati perjalanan menanjak yang berliku. Sammy berdiri dari duduknya dan membentangkan tangannya saat memasuki gerbang selamat datang, menghirup udara malam yang dingin Kota Batu. Karena sudah terlalu malam, akhirnya mereka memutuskan untuk mengunjungi satu tempat saja, Alun-Alun Kota Batu. Mereka melakukan wefie di beberapa spot yang biasa digunakan remaja-remaja yang kesana, mengabadikan momen-momen yang mungkin tak akan mereka lewati lagi.

"Makan ketan yuk! Udah lama enggak nih," ujar Jape setengah kelaparan.

"Iya yuk lah," sahut semua memegang perut mereka. Padahal tadi siang mereka baru saja memborong satu McDonald's.

Mereka pun mengantre giliran memesan ketan legendaris tersebut. Sempat-sempatnya mereka bermain ABC Lima Dasar saking panjangnya antrean itu. Setelah memesan mereka duduk di meja kosong dan menunggu ketan mereka diantarkan.

Setelah habis memakan ketan mereka, Nydo menanyakan tujuan Sammy yang selanjutnya. Karena lelah, akhirnya Sammy memutuskan untuk pulang ke Kotak Amal saja. Sahabatnya mengiyakan.

***

Sammy berusaha untuk membuka matanya yang masih ditahan oleh kantuk. Ia buru-buru mengambil wudhu agar sedikit tersadar. Terdengar suara-suara ribut di dapur tanda Putri sudah datang. Terlihat Kunto juga akan mengambil wudhu, akhirnya ia mengajak Sammy untuk shalat berjama'ah.

Selesai shubuh Sammy langsung ke dapur dan melihat Putri yang sedang memanaskan sandwich toast. Sammy mengambil mug Darth Vader kesukaannya, membuka toples yang berisikan kopi dan menyendokan isinya ke dalam mugnya.

"Bikin sandwich Put?" ujar Sammy menyapa Putri.

"Tuna salad Sam, Nadhira yang buat tadi dititipin ke gua. Gua manasin aja ini biar agak anget, ntar kalo yang lain mau bilang aja gua panasin juga. Ini baru manasin buat Jape, lo, sama Kunto."

Sammy langsung mengeluarkan handphone-nya dari saku dan menghubungi Nadhira.

Samudra Alfaruq H.: Makasih sarapannya ya :)

Nadhira Q.: Ih Putri mah comel.

"Put, lo dibilang comel sama Mika," ujar Sammy menyampaikan pesan dari Nadhira.

"Yaampun lupa gua keceplosaaaan.." Putri mengedipkan matanya tanda berpura-pura. Ia memang ingin Sammy tahu Nadhira yang mebuatkannya sarapan.

Samudra Alfaruq H.: Katanya lupa terus keceplosan Mik. :P
Samudra Alfaruq H.: Gimana persiapannyaa? Udah siap seminar?

Nadhira Q.: Ini aku masih nandain pointer-pointer yang mau aku presentasiin nanti. Udah kamu makan sandwichnya?

Samudra Alfaruq H.: Belom Mik, kamu udah sarapan?

Nadhira Q.: Beluum, udah kamu makan duluan aja. Aku masih repoot :(

Samudra Alfaruq H.: Yaudah kamu siap-siap dulu deh. Aku makan ya? Kabarin.
Samudra Alfaruq H.: May the force be with you.

Nadhira Q.: Iyaaa
Nadhira Q.: Makasih ya Kylo :)

Sammy menghela nafasnya. Ia pun mengambil sepotong sandwich buatan Nadhira dari piringnya sambil mengaduk kopi yang ia buat.

"Sam, masa' yang gitu mau dilewatin?" tanya Putri menggoda Sammy.

"Hahaha.. Ya gak mau Put. Sebenarnya masih ada yang gua tutupin dari kalian juga, nanti kalau udah lengkap personilnya gua ceritain ya," ujar Sammy membuat Putri penasaran. Tapi Putri kenal Sammy, kalau ia belum mau cerita mau disiksa seperti mata-mata di film pun ia tak akan membuka mulutnya. Akhirnya Putri diam saja.

***

Jakarta, 02 February 2020

"Andien cantik banget ya," ujar Putri melihat sahabatnya duduk di sebelah calon suaminya dengan selendang putih yang menyatukan keduanya.

"Iya Put. Emang cantik Andien," jawab Sammy menatap mata Andien yang terlihat berbinar.

"What did she said Sam?" tanya Oliv penasaran melihat wajah antusias Putri.

"She said your brother's bride is beautiful."

"Yes! Yes she is! I can't wait to talk to her," seru Oliv dengan penuh suka cita.

"YA ALLAH GEMES AMAT PACARNYA SAMMY!" ujar Nydo melihat gestur Oliv yang menggemaskan.

"Bukan pacarnya Sammy si Oliv sih," sahut Raga tak setuju.

"Tahu darimana Ga?" tanya Kunto.

"Ya gak tahu sih hahaha.. Kayak gak kenal Sammy aja," jawabnya singkat.

Tak lama sang penghulu masuk ke dalam Masjid dan menyapa tamu-tamu akad nikah yang sudah hadir di hari berbahagia itu. Ayah Dimas langsung menyambut sang penghulu dan menuntunnya ke meja yang telah disiapkan untuk melaksanakan akad nikah.

Sang penghulu melempar beberapa lelucon tentang pernikahan untuk mencairkan suasana. Sahabat-sahabat Dimas mentertawakan wajah konyol Dimas yang grogi sampai mengucurkan keringat dingin. Andien hanya tertawa-tawa kecil saja melihat gelagat calon suaminya. Ia membisikan sesuatu ke telinga Dimas yang membuat laki-laki itu sedikit lebih tenang.

Akhirnya prosesi akad nikah dilaksanakan. Nydo sudah siap dengan kameranya merekam momen tersebut. Karena grogi, Dimas sempat mengulang ikrar ijab kabulnya beberapa kali sebelum dinyatakan sah sebagai suami-istri.

"SAH!" seru semua tamu yang menyaksikannya.

"ALHAMDULILLAH!" ujar sang penghulu. Dimas pun langsung mengusapkan kedua tangannya ke mukanya tanda bersyukur.

"GUA NIKAH JUGA GUYS!" teriaknya ke arah sahabat-sahabatnya. Andien langsung mengeplak kepalanya karena malu dengan kelakuan suaminya itu. Ya, suaminya. Siapa yang menduga Dimas akan menikah suatu hari nanti, yang lebih tak diduga, Andien lah yang menjadi istrinya. Dimas langsung berniat untuk memeluk dan mencium istrinya di hadapan orang banyak.

"EEEEEH.. EEEH.. JANGAN DISINI.." ujar sang penghulu melihat kelakuan Dimas. Tamu-tamu yang ada disana pun tertawa lepas.

"Once a joker, always a joker," ujar Sammy sambil mentertawakan sahabatnya.

***

"Dimaaaas! Andiiieeeen! Cieeee.." seru Putri menghampiri keduanya di waktu kosong setelah akad nikah.

"Akhirnya ena-ena juga ya.." Jape menambahkan.

"Ena-enanya mah ud.. Bhuhuwek," sahut Dimas sebelum disikut perutnya oleh Andien.

"Gimana Ndien, nikah sama bayi alien?" tanya Nydo.

"Hahaha.. Kirain nikahnya sama yang itu. Dapetnya yang kayak begini," canda Andien sambil melirik ke arah Sammy.

"Hmm.. Ada yang CLBK rupanya," ujar Dimas ngambek kepada istrinya.

"Mumumu.. Sok sok ngambek deh kamu." Andien mencubit pipi Dimas. Ia menarik tangan suaminya ke arah Sammy dan Olivia.

"My sister in law!" Serunya berusaha memeluk Oliv. Oliv masih merasa canggung karena baru pertama kali bertemu dengan Andien.

"Halo teteh," ujar Oliv malu-malu kepada Andien. Dimas mendekati adik yang lama tak ia temui dan memeluknya, air matanya menetes membasahi kain kebaya Oliv. Andien yang melihatnya berkaca-kaca penuh terharu melihat pemandangan tersebut.

"Saaaaaaam kangen banget," seru Andien memeluk Sammy erat. Sammy pun membalas pelukan Andien.

"Selamat ya Ndien," ujar Sammy melepaskan pelukannya. Dan menghapus air mata Andien yang menetes di pipinya.

"Makasih ya Sam."

"For what?"

"For everything. Untuk mempertemukan gua sama Dimas. Untuk mengikhlaskan gua. Dan bawa Oliv kesini untuk ketemu Dimas."

"My pleasure Andien," balas Sammy ikut terharu melihat Dimas yang masih berpelukan dengan Olivia.

"Jadi, lo sekarang sama adek gua?" tanya Dimas langsung menembak Sammy.

Sammy dan Olivia saling tatap. Tersenyum satu sama lain. Sammy merangkul Olivia dan mengacak-acak rambutnya.

"No, she's the sister i wished i had," Sammy menjawab teka-teki hubungan dirinya dan Olivia.

"Sama Olivia aja sih Sammy! Gemes liat kalian berdua!" seru Andien.

"Hahahaha.. Enggak Ndien, gua punya janji yang mau gua tepati."

"Nadhira?"

"Iya."

***

Sammy masuk ke Fakultas Kedokteran mencari ruangan tempat seminar proposal Nadhira. Ia beberapa kali berusaha menelepon Nia namun tidak ada jawaban. Sammy tak mau menelepon Nadhira karena takut akan menganggu konsentrasinya.

Tak lama handphone Sammy berbunyi, Nia yang meneleponnya. Ia buru-buru menjawab telepon itu.

Sammy: Ni, dimana ruangannya?

Nia: Lo naik aja Sam ke lantai 5, kelas 5.3 udah mulai rame, dosennya Nadhira juga udah dateng. Cepetan ya kayaknya udah mau mulai.

Sammy: Oke Ni, makasih ya, sisain bangku di sebelah lo.

Sammy menutup telepon dari Nia dan bergegas masuk ke elevator yang kebetulan terbuka. Ia menekan tombol angka lima dan tombol untuk menutup pintu elevator. Sammy merapihkan kerah kemeja dan sweater-nya. Ia tak menyiapkan kejutan besar apa-apa untuk Nadhira karena sibuk mempersiapkan sidang kemarin. Ia hanya membawa sebungkus Oreo yang akan ia berikan untuk Nadhira setelah seminar proposalnya selesai.

Sammy keluar dari elevator dan mencari ruang yang Nia maksud tadi. Kelas 5.3, terlihat beberapa mahasiswa kedokteran sedang berbincang-bincang di depan kelas. Sesosok pria dengan potongan rapih dan rambut belah pinggir menghampiri Sammy yang terlihat kikuk mengintip ke dalam ruangan seminar Nadhira.

"Samudra?" tanya sosok misterius tersebut.

"Iya, kenapa ya?"

"Gua Adam. Mau ngapain lo kesini?" tanya Adam dengan nada sombong menyalami tangan Sammy.

"Gua mau nonton seminar Nadhira," ujar Sammy santai.

"You don't have any business here."

"Lah? Maksud lo apa?"

"Dia pacar gua. Lo siapanya?"

"Jadi seminar proposal bukan untuk tontonan umum ya?" ujar Sammy masih berusaha untuk tak mengatakan hal-hal yang memicu keributan.

"Well for you, it's not."

Sahabat-sahabat Adam mulai menghampiri Sammy. Ia tak mau ribut di Fakultas orang lain, terlebih ini hari besar untuk Nadhira. Ia membutuhkan fokusnya untuk melakukan seminar di dalam kelas, bukan untuk mengurusi mantannya yang tak masuk akal ini.

"Oke, salam buat Mika," ujar Sammy meninggalkan kerumunan dengan dingin. Ia pun kembali turun ke lobby Fakultas Kedokteran untuk menunggu Nadhira disana.

***

Sammy sabar menunggu Nadhira untuk keluar dari elevator dan menghampiri Sammy yang menunggu di bangku lobby. Ia melirik jamnya, dua jam sudah ia menunggu disana. Ia sudah menceritakan kepada Nia apa yang terjadi, namun meyakinkannya untuk tak membocorkannya kepada Nadhira.

Tak lama, pintu elevator itu pun terbuka. Terlihat Adam keluar pertama dari elevator tersebut disusul oleh beberapa sahabatnya dan Nadhira. Senyum Sammy mengembang melihat wanita dengan jas almamater dan rambut bob pendek khas milik Nadhira.

Sammy bangkit dari bangkunya, Adam yang melihat Sammy dari kejauhan berusaha menutup-nutupi pandangan Nadhira ke arah Sammy. Nia yang melihat Sammy menunggu disana hanya menggelengkan kepalanya sebagai kode agar Sammy membiarkannya dulu.

Mereka pun keluar dari gedung Fakultas Kedokteran dan menuju ke parkiran. Sammy hanya bisa memperhatikan Nadhira dari kejauhan. Tiba-tiba ada notifikasi chat line di handphone Sammy.

Nathania Christy: Sam, kita mau ke Puzzle kayaknya Adam mau traktir kita. Nadhira nyariin lo, tapi handphone-nya dipegang Adam kayaknya.

Samudra Alfaruq H.: Yaudah Ni, kabarin gua nanti disana.

Nathania Christy: Sabar ya Sam, Nadhira udah bodo amat sama Adam kok.

Samudra Alfaruq H.: I knew Ni. Makasih ya..

Sammy pun bergegas ke parkiran motor Fakultas Kedokteran untuk mengambil Danish disana. Ia pun bergegas untuk ke Puzzle mengikuti rombongan sahabat Nadhira kesana.

***

Nadhira Q.: Kamu dimana? Nia udah cerita sama aku. I hate him. :(

Samudra Alfaruq H.: Aku di rumah. Iya gak papa udah. Itu kan ada sahabat-sahabat kamu juga disana. Temenin mereka dulu ya. :) Gak usah dipikirin Adam. I'm fine.

Nadhira Q.: Sam, maaf. :(

Samudra Alfaruq H.: You don't have to, Mika. :) Aku justru yang harusnya minta maaf, aku pengen banget liat presentasi seminar proposal kamu, tapi jadi gak bisa.

Nadhira Q.: Nanti pasti aku kabarin Sam. See you soon!

Sammy berbohong, ia tidak pulang ke rumah, ia di parkiran Puzzle. Bukannya bertindak posesif, ia hanya khawatir dengan Nadhira. Karena itu ia tak mau seperti anak kecil masuk ke dalam dan mencari keributan, ia menunggu di luar, meminta Nia untuk memberinya kabar tentang Nadhira di dalam.

Sammy membakar rokoknya dan menyibukkan dirinya dengan memainkan game-game yang ia download sejak lama namun tak pernah ia mainkan sekalipun.

Nia dengan baik hati memberi kabar perkembangan apa saja yang Nadhira lakukan disana. Sammy hanya tersenyum-senyum sendiri, padahal maksudnya ia hanya minta dikabari jika ada sesuatu yang tak biasa atau aneh-aneh.

Setelah menunggu cukup lama, terlihat rombongan mereka keluar dari Puzzle. Nia mengatakan kalau mereka tidak akan kemana-mana lagi. Sammy akhirnya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu sebelum menghampiri Nadhira di kosnya. Ia pun menyalakan mesin Danish dan bergegas meninggalkan tempat ia bertemu Nadhira untuk kedua kalinya.

***

Nadhira Q.: Samudra dimana? Aku di kosaaan. Adam udah aku usir.

Samudra Alfaruq H.: Yaampun kasihan amat diusir. :(

Nadhira Q.: Oh. Jadi maunya aku balikan sama Adam?

Samudra Alfaruq H.: ENGGAK.

Nadhira Q.: Hahahaha.. Ih posesif. :P

Samudra Alfaruq H.: Posesif itu ngelarang orang ketemu. Posesif itu ngintilin kamu melulu, ditempel kayak perangko. Kok bisa sih kamu jadian sama dia tapi gak jadian sama aku? :P

Nadhira Q.: HAHAHAHAHA Ih kan kamu yang gak nembak-nembak.

Samudra Alfaruq H.: Hahahaha.. Yaudah aku ke kos kamu ya?

Nadhira Q.: Iyaaa kabarin aku kalau udah di bawah.

Sammy keluar dari kamarnya sambil memakai jaket dan helmnya. Ia duduk sebentar di sofa ruang tv untuk memakai sepatunya. Putri melihat wajah Sammy sedikit berbeda, ia pun menanyakannya.

"Mau kemana Sam?" tanya Putri.

"Ke kos Nadhira Put," jawab Sammy menghela nafasnya.

"Kok.. Beda.."

Sammy hanya tersenyum. Ia tahu Putri pasti menyadarinya. "Nanti gua ceritain ya Put," ujar Sammy sebelum meninggalkan ruang tv menuju garasi. Terdengar suara mesin Danish dinyalakan dan pintu garasi dibuka. Tak lama suara itu pun menderu menjauhi Kotak Amal.

***

"Hai!" seru Sammy melambai ke arah Nadhira yang sedang menelepon di depan kamarnya.

Raut wajah Nadhira berubah melihat Sammy. Senang, namun sedikit sendu. Sammy menyadari ada sesuatu yang ada di pikiran Nadhira. Nadhira mulai menuruni tangga menghampiri Sammy.

"Samudra!" panggil Nadhira dari anak tangga.

Mereka berdua tahu inilah saatnya. Tidak ada lagi menyimpan perasaan mereka masing-masing. Apapun yang ada di dalam hati dan pikiran mereka akan mereka keluarkan saat ini.

"Sam, aku mau ngomong."

"Mik, aku mau ngomong."

"Kamu duluan."

"Kamu duluan."

Mereka pun tertawa, tak menyangka apa yang mereka ucapkan sama. Nadhira menarik tangan Sammy dan mengajaknya untuk duduk di depan teras kosnya. Biar romantis lihat bintang-bintang katanya. Mereka duduk di salah satu anak tangga depan terasnya. Sammy membakar sebatang rokoknya berusaha mengusir keraguannya.

"Mik," Sammy mulai membuka dialog mereka.

"Sam aku minta rokok kamu ya," ujar Nadhira.

"Mau ngapaiiin?"

"Bagi satu aja mau cobaaa.."

Sammy tak mau melarang Nadhira, toh dia juga merokok. Selama tidak berlebihan, menurutnya tidak apa-apa. Sammy mengambil sebatang rokok dari kotaknya, memberikannya pada Nadhira dan membantu menyalakannya.

"Mik."

"Ya Samudra?" sahut Nadhira dengan nada sedikit manja. Jantung Sammy kelojotan. Ia berusaha mengatur nafasnya.

"Sumpah aku deg-degan."

"Masnya mau minum dulu? Aku ambilin ya," goda Nadhira.

"Mik. Aku.. Suka sama kamu. Aku, mulai sayang sama kamu," akhirnya Sammy mengatakannya. Kalimat yang ia simpan dalam-dalam.

"Udah? Terus, abis aku tahu, Kamu maunya gimana?"

"Ntar duluuu.. Ada tapinya," seru Sammy. Raut wajahnya berubah serius.

"Tapi apa?"

"Makanya aku mau nanya dulu sama kamu. Kamu suka juga sama aku?"

Nadhira memamerkan lesung pipinya. Wajahnya tersenyum merah. Ia menghisap rokoknya dan mengeluarkan asapnya pelan-pelan. Ia mengangguk.

"Aku dapet scolarship Mik. Ke Manchester. Menurut kamu gimana?"

Nadhira terkejut. Ia tak tahu kalau Sammy mengajukan beasiswa.

"Dari kapan kamu ngajuinnya?" tanya Nadhira. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Dari sebelum deket sama kamu, ini aja aku sampai lupa. Maaf ya bukannya aku gak mau cerita. Menurut kamu, aku terima?"

Nadhira terdiam sejenak lalu menghela nafasnya. Ia memikirkan hal yang sebenarnya ingin ia ungkapkan juga kepada Sammy.

"Sam, aku juga masih mau ngelanjutin spesialis. Belum tahu dimana. Dan aku tahu setelah lulus nanti, aku harus koas. Belum tentu aku koas di satu Kota aja, bisa pindah-pindah selama dua tahun. I don't want to force you to follow me anywhere. You should accept that scholarship."

Sammy memandang Nadhira penuh arti. Ia menghapus air mata Nadhira yang mulai turun ke pipinya.

"Timing's a b*tch huh?"

"Ya Sam, timing's a b*tch," ujar Nadhira tertawa kecil.

"Jadi?" tanya Sammy berusaha menyimpulkan dialog mereka berdua.

"We're not meant to be, at least not now."

Tangis Nadhira tak terbendung lagi. Ia langsung memeluk Sammy erat. Sammy pun tak bisa menahan emosinya, matanya ikut berkaca-kaca. Semua momen yang mereka lalui bersama, semua kesamaan mereka, hanya untuk kesimpulan ini? Dalam hati mereka sama-sama tidak rela.

"Jujur, aku gak rela Sam. Dipertemukan takdir, dan dipisahkan oleh takdir seperti ini," ucap Nadhira sesunggukan.

"I don't wanna lose you."

Mereka tak berkata-kata lagi. Hanya berbagi kesunyian, berusaha menyampaikan perasaan mereka masing-masing melalui sentuhan. Ruang dan waktu di sekitar mereka kembali terdistorsi. Langit Malang yang cerah tiba-tiba berubah gelap, hujan pun mulai turun dengan deras seakan tak rela dengan apa yang terjadi diantara mereka.

"Mik, if we're meant to be together, we'll meet again someday."

Nadhira tak membalas perkataan Sammy. Ia hanya mengangguk sambil berdo'a dalam hati semoga ia dan Samudranya benar-benar berjodoh suatu hari nanti.

"I'll wait for you, Samudra."

"I'll find you, Mikanadhira."

Sammy dan Nadhira bangkit dari duduknya saling menatap mata satu sama lain. Nadhira tak kuat untuk tak memeluk pria di depannya itu, ia langsung memeluk Sanny yang begitu ia cintai saat ini. Ia sadar, mereka harus melepaskan satu sama lain sekarang untuk masa depan masing-masing yang lebih baik.

Sammy mengecup kening Nadhira. Melepaskan pelukannya, dan melakukan perpisahan seperti alien dalam film ET.

"I'll be, right, here..." ucapnya mengikuti gerakan ET, menunjuk dada Nadhira. Nadhira tertawa kecil disela-sela tangis kejarnya.

Sammy mengenggam tangan Nadhira dan mengajaknya untuk masuk ke dalam kosnya. Sammy melihat wanita berjalan perlahan menaiki anak tangganya. Ia berbalik menatap Sammy, melambai kepadanya dan melayangkan kiss bye untuknya. Sammy membalas lambaian dan kiss bye Nadhira sebelum berjalan meninggalkan kosnya.

***

A/N: Berat banget nulis chapter terakhir ini. Gak kerasa banget udah nulis sebanyak ini. Ah sudahlah, nanti aja lah ya Author's Note-nya setelah Epilog. See you there, readers.

Regards,

Cosmological.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top