Chapter XL: Knight of Ren
Jakarta, Minggu 02 February 2020
Sesosok laki-laki dengan helm Kylo Ren menaiki tangga masjid dan berjalan menuju ke arah Geng Kotak Amal yang sedang berbincang dan bersenda gurau. Kunto yang pertama melihat kedatangan sosok misterius itu langsung menepuk sahabat-sahabatnya dan menunjuk-nunjuk ke arah sosok tersebut.
"SAMMY! KANGEN BANGEEET!" seru Putri langsung berlari ke arah laki-laki itu dan memeluknya.
"Hahahaha malu ah Put, di Masjid peluk-peluk," ujar Sammy sambil membuka helmnya.
"Jadi helmnya masih lo simpen?"
"It's the only thing i have that relate to her."
"Sam.."
"Don't, gua gak mau ngomongin itu dulu. Sahabat gua mau akad nikah! Hahahaha.."
"Gua yang reserve kamar malam pertama mereka! If you know what i mean," ujar Jape sedikit berbisik sambil memperlihatkan tablet di sakunya.
"MALEM INI KITA NOBAR ANDIEN SAMA DIMAS MALAM PERTAMA!" Seru semua laki-laki Geng Kotak Amal.
"Punya Dimas gede sih gua yakin," ujar Nydo.
"APANYA YANG GEDE?" seru yang lain kompak.
"Cincin kawinnya laaah.."
"Gua penasaran banget sama isinya Andien sih," Raga menyahut.
"ISI APANYA?"
"Isi hatinya waktu Dimas ijab qabul lah.."
Sammy hanya tertawa melihat kelakuan sahabat-sahabatnya tetap konslet seperti dulu. Namun Putri melihat aura yang sama dari Sammy. Meskipun ia berpura-pura antusias dan bahagia, selalu ada kesedihan yang menaunginya. He needs her to be around.
Tiba-tiba ada sesosok wanita cantik dengan wajah blasterannya menghampiri mereka. Raga yang sudah mengenalnya santai-santai saja, tapi sahabat-sahabat Sammy yang lain langsung petakilan cari-cari perhatian. Wanita itu menggenggam tangan Sammy malu-malu. Putri yang melihat langsung melotot seakan meminta penjelasan asal-usul wanita itu kepada Sammy.
"Semua, kenalin ini Olivia. Adiknya Dimas," ujar Sammy memperkenalkan.
"WHAT?!" seru semuanya kaget. Tamu-tamu akad nikah yang lain langsung memperhatikan ke arah mereka dengan pandangan sinis. Jape refleks menunjukan gestur meminta maaf kepada tamu yang lainnya.
"DIMAS PUNYA ADIK CANTIK KAYAK GINI DIUMPETIN AJA SIAKE," cecar Kunto yang tak kunjung punya pacar sampai sekarang.
Jape, Nydo, dan Kunto langsung berebut untuk menyalami tangan Olivia. Setelah menggigit tangan Nydo dan Kunto akhirnya Jape yang pertama kali memegang tangan Oliv.
"Reza, eh aduh eeeeh.." ujar Jape berusaha memperkenalkan dirinya sebelum dijewer oleh Putri.
"Ini yang baru Sam?" tanya Putri.
"Kenapa harus ada yang baru?" balas Sammy membuat Putri bertanya-tanya.
***
Sammy akhirnya mentraktir teman-temannya di McDonald's dekat kampusnya. Entah mengapa hari ini ia ngidam Big Mac dengan french fries yang crisp dan salty khas dari McD. Sahabat-sahabatnya tentu saja menggunakan kesempatan ini untuk makan puas. Mas-mas yang melayani mereka saja sampai bingung, ini pesanan untuk enam orang atau satu kampung?
"Lo pada emang mau bikin gua bangkrut ya?" ujar Sammy mengeluarkan kartu debit dari dompetnya.
"Sekali-sekali Sam hehe.." ujar Kunto yang memesan lima cheeseburger lengkap dengan paket kentang dan minumannya.
"Sam, kenapa sih sama Nadhira?" tanya Putri tiba-tiba.
"I saw her with someone else. Sekarang, dia juga gak dateng kan di salah satu momen besar dalam hidup gua. Udahlah Put," Sammy berkilah.
"No it's not about her. Lo bisa aja nyamperin dia terus lo tanya ada apa tiba-tiba mantannya peluk dia. Lo gak bisa bohongin gua Sam, ada hal lain yang bikin lo gak mau ngomong langsung sama dia saat itu."
Sammy terdiam. Memang benar, dalam hati ia percaya bahwa Adam hanya sekedar lewat saja dan mungkin pandangannya yang hanya sekilas tak melihat adegan mereka yang selanjutnya. Ada hal lain yang mengganjalnya.
"Gak tau Put, gua ragu tiba-tiba. Gua takut," Sammy mulai terbuka pada Putri.
"Apa sih yang lo raguin? Yang lo takutin? You love her Sam, you and her deserved to be together. I'm sure."
"Gimana lo bisa seyakin itu?"
Putri terdiam saat Sammy menanyakan hal itu. Ia sendiri tak tahu mengapa ia begitu yakin dengan mereka berdua. She's sure but she don't know what makes her so sure.
"Sam, maksud Putri. Kita ngelihat lo tuh cocok banget. Lo berdua saling melengkapi apa yang lo berdua butuhin. Lo butuh seseorang yang bisa masuk ke ruang tertutup di dalam hati lo, dan mengeluarkan sisi lain dari lo yang membuat hidup lo berwarna. Dia butuh seseorang yang bisa mengingatkan dia akan fairy tale Disney Princess yang dalam hati diimpikan sama tiap wanita. You both bring that other side out, kalian sama-sama nyaman, it's just a matter of time before that unconditional love exist. Gua menemukannya di dalam diri Putri, begitu pun dia," Jape menjelaskan panjang lebar.
Sahabatnya yang lain tercengang mendengar sisi lain dari Jape. Giliran Sammy yang terdiam.
"Sam, ini bukan sekedar semesta yang berkonspirasi buat kalian saling menemukan satu sama lain lagi. Ini tentang hati, kenyamanan dan rasa sayang. Gua lihat itu di dalam kalian berdua. Sekarang tinggal gimana kalian aja," Putri menambahkan.
"I gotta go then," Sammy bangkit dari bangkunya dan mengambil kunci Luna di atas meja.
"Eh lo mau kemana Sam?" tanya Nydo.
"I'm going to get her."
***
"Dimas gimana skripsinya?" tanya Ibu Andien.
"Hahaha belom tante, saya baru konsul-konsul judul aja. Masih sibuk sama pekerjaan," jawab Dimas.
"Lho Dimas sudah kerja?" giliran Ayah Andien yang bertanya.
"Saya entrepreneur aja om. Dibidang fotografi, Alhamdulillah penghasilannya lumayan. Bisa kebeli Vespa sendiri sama gak ngerepotin orang tua buat minta uang jajan."
"Dimas suka Vespa juga? Dulu Om punya Vespa VGL tahun 60 persis kayak punya Sammy," ujar Ayah Andien antusias.
"Tante jadi ingat jaman pacaran sama om, dijemput naik Vespa kesayangannya dia ini," Ibu Andien menambahkan.
"Kalau gak ada Vespa itu, mama gak jatuh cinta ya sama papa?"
"Hahahaha papa bisa aja."
Dimas hanya tertawa kecil mendengarkan Ayah dan Ibu Andien bersenda gurau bernostalgia di depannya. Andien tak bisa menahan senyumnya yang terus terkembang melihat Dimas tak canggung duduk disana bersama orang-orang yang begitu ia sayangi.
"Shalat Dzuhur dulu yuk Dim, imamin ya?" pinta Andien dengan gestur sedikit genit.
"Imamin hidup adek juga abang mau, eh.. Keterusan hehe.."
"Apasih Dimaaaaas hahaha.."
Andien memukul-mukul pelan punggung Dimas dan mendorongnya ke kamar mandi untuk wudhu. Ayah dan Ibu Andien yang melihatnya hanya tertawa kecil.
"Lucu juga calon imam kamu," ujar Ibunya membuat wajah Andien menyala merah. 'Calon imam,' sounds so right for her now.
"Mamaaaaaaaaa.. Ah Andien maluuuuuu.."
Tak lama Dimas sudah keluar kamar mandi dengan wajah dibasahi air wudhu. Baru pertama kali Andien melihat Dimas seperti ini, lihat dia shalat aja jarang, apalagi sekarang diimamin. Ia tertawa kecil memikirkan hal tersebut.
"Kenapa ketawa-ketawa kamu?" tanya Dimas.
"Kamu?"
Kini giliran wajah Dimas yang bersemu merah. Ia benar-benar refleks memanggil Andien dengan kata-kata 'kamu'. Andien ingin mencubit pipi Dimas rasanya, tapi ia sadar mereka belum muhrim, nanti Dimas batal wudhunya. Akhirnya ia hanya bisa memasang ekspresi dan gestur gemas di depan laki-laki itu.
"AKU, wudhu dulu ya Dimas.." ujar Andien menekankan kata 'aku', membuat Dimas semakin malu.
Andien akhirnya masuk ke kamar mandi, Dimas meminta izin kepada Ibu Andien untuk meminjam sajadah di atas sofa sebelah ranjang Ayah Andien.
***
"Dimas," panggil Ayah Andien sesaat Dimas mencari ruang kosong untuk membentangkan sajadahnya.
"Ya om?" sahut Dimas mendekati Ayah Andien kembali.
"Kamu serius sama Andien?"
Deg. Dimas tak menyangka ditanya secepat itu. Apa Andien tak pernah cerita apa-apa kepada orang tuanya? Mungkin mereka berpikir kalau Dimas dan Andien sudah lama berpacaran. Ia mencuri-curi pandang ke arah kamar mandi, tak ada tanda-tanda Andien untuk keluar dan menyelamatkannya dari momen canggung ini. Ia menggigit-gigit bibirnya sendiri, matanya berputar mencari-cari jalan keluar. Akhirnya ia memberanikan diri untuk menjawabnya.
"Iya om, saya serius sama Andien."
"Alhamdulillah kalau begitu, kamu siap jadi imamnya?"
Perasaan Dimas semakin tak karuan, ia tak menyangka skenarionya akan jadi seperti ini. Menyatakan perasaannya ke Andien saja belum, ini sudah loncat ke pembicaraan serius antar ayah dan calon imam bagi anaknya. Ia meyakinkan dirinya kembali, kalau ia memang siap untuk jadi yang Andien inginkan.
"Siap om lahir dan batin Inshaallah," jawab Dimas mantap.
Andien yang baru saja ingin keluar dari kamar mandi mencuri dengar dari dalam akhirnya tidak buru-buru membuka pintu.
"Om udah sakit-sakitan Dimas, gak tau bisa jagain dua perempuan berarti dalam hidup om ini sampai kapan. Kalau om sakit, kamu bisa jagain mereka buat om?"
"Bisa om."
Ayah Andien menyalami tangan Dimas, menandakan sebuah ikatan perjanjian informal. Ia percaya pada Dimas, ia pun lantas bangkit dan memeluk Dimas. Ibu Andien meneteskan air mata menyadari remaja di depannya yang akan memimpin keluarga kecilnya nanti.
Keyakinan Dimas meluluhkan hati Andien, tangisnya tak terbendung lagi. Ia terduduk di balik pintu kamar mandi teringat do'a ibunya yang ia amini beberapa tahun lalu. Ternyata calon imam yang selama ini ia butuhkan bukan Sammy, tapi orang yang sedang berbincang serius dengan ayahnya saat ini. Ia mengusap air matanya, berusaha menahannya untuk tak keluar lagi. Setelah ia cukup tegar, ia mengambil wudhu kembali. Andien berdiri di depan pintu kamar mandinya tak sabar untuk melihat wajah imamnya kelak.
Saat membuka pintu, Dimas sudah menyambutnya dengan senyuman memberikan mukena dan sajadah untuknya. Dimas tak berkata-kata, Andien pun tak mau bertanya. Menurutnya hal tadi tidak harus ia ketahui.
Ia memakai mukenanya dan membentangkan sajadahnya di belakang sajadah Dimas. Dilihatnya punggung Dimas yang tak bergeming menghadap ke arah kiblat. Tak lama Dimas melihat apakah Andien sudah memakai mukenanya dan siap untuk shalat. Dimas membaca niat shalat dan mengangkat kedua tangannya untuk takbiratul ihram. Andien pun mengikutinya.
***
Nadhira memperhatikan Kirana yang dengan lahap menyantap cheeseburger dan french fries di depannya. Ia memesan Big Mac namun belum menyentuhnya sama sekali.
"Kenapa kok gak dimakan?" tanya Adam.
Nadhira hanya menggeleng dan menjauhkan pandangannya dari mata Adam. Ia tak mau melihat laki-laki itu sama sekali. Adik perempuan Adam jadi sedih melihat wajah Nadhira yang tak bersemangat.
"Kak Nad kenapa? Berantem sama Kak Adam ya?" tanya Kirana dengan polosnya.
Nadhira hanya tersenyum dan menggeleng ke aranya. Kirana mengambil tas dengan gambar Minnie Mouse kesukaannya yang dibelikan oleh Nadhira dan mencari-cari sesuatu di dalamnya. Kirana mengeluarkan sebuah tupperware dan membukanya.
"Kirana kalau sedih makannya Oreo, ini Oreonya buat Kak Nad."
Oreo yang ditawarkan Kirana mengingatkannya pada Sammy. Nadhira bangkit dari bangkunya.
"Kirana, maafin kakak ya.. Kakak tinggal dulu, nanti kita main lagi berdua aja," ujarnya pada Kirana.
"Mau kemana Nad? Kan belom makan? Duduk lagi sini," pinta Adam.
"I gotta go," jawabnya singkat. Nadhira langsung berlari keluar dari McDonald's Kayutangan dan mencari-cari taksi kosong yang lewat di depan sana. Ia mengangkat tangannya untuk menghentikan taksi yang berlalu-lalang. Tak lama ada sebuah taksi yang mendekat. Ia membuka pintu taksi sambil melihat ke arah Adam yang berlari dari pintu McDonald's untuk menghampirinya. Nadhira buru-buru menutup pintu taksi dan menguncinya lalu menyuruh sang supir untuk berjalan.
"Ke Brawijaya ya pak."
***
Sesampainya di Fakultas Sammy ia langsung masuk ke dalamnya padahal ia tidak tahu sama sekali denah Fakultasnya seperti apa. Ia menaiki anak tangga dan mengecek tiap lantai dan tiap ruangan mencari-cari dimana ruangan Sammy sidang sampai ia lelah sendiri.
Entah mengapa ia lupa untuk menggunakan teknologi yang bernama handphone. Ia ingin menelepon Sammy namun teringat takut ia masih di dalam ruangan dan malah menganggunya. Akhirnya ia menelepon Putri.
Nadhira: Put, dimana?
Putri: Nadhiraaa! Lo kemana ajaaa? Kok gak ada kabarnya? Lo kenapa ngos-ngosan gitu?
Nadhira: Gua nyari ruangannya Sammy yang mana?
Putri: Astaga Nadhira, kita udah pulang. Ini lagi makan di McDonald's.
Nadhira: Yaudah gua kesana Put.
Putri: Sammy udah gak disiniii.. Dia nyariin lo.
Nadhira: Nyari kemana? Kenapa dia gak nelepon gua?
Putri: Paling dia lupa ada teknologi yang namanya handphone.
Tiba-tiba handphone Nadhira mati. "What the f*ck?" umpatnya. Ia lupa kalau baterai handphone-nya sudah merah dari tadi. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kos saja, berharap Sammy mencarinya kesana.
***
Sammy melihat mobil Nadhira masih terparkir di area parkiran kosnya tanda Nadhira ada disana. Sammy langsung menerjang lobby dan berlari ke atas tak menghiraukan larangan 'laki-laki dilarang naik ke atas tanpa izin'. Seorang satpam berlari mengikuti Sammy.
"Mas, mas gak boleh!" seru satpam itu berusaha mencegah Sammy.
Ia mengingat-ingat nomor kamar Andien karena kamar Nadhira bersebelahan dengannya. Begitu sampai di lantai tiga, ia langsung berlari ke lorong sebelah kanan mencari kamar 307.
301, 303, 304, 305, 306 Sammy berhenti di depan kamar tersebut dan mengetuknya. Terdengar suara langkah kaki menghampiri pintu.
"Ya mas?"
Ternyata bukan kamar Nadhira.
"Gak papa maaf salah kamar mbak."
Akhirnya ia mengetuk pintu kamar 308. Tak ada jawaban. Ia melirik ke arah jendela yang sedikit menampakan isi kamarnya. Terlihat Daisy sedang tertidur di atas kasur Nadhira. Namun tak ada tanda-tanda Nadhira di kamarnya. Ia baru ingat, kalau ada teknologi yang bernama handphone untuk menelepon seseorang.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif..
'F*ck,' umpatnya dalam hati. Tiba-tiba seorang satpam sudah siap untuk menangkap Sammy. Ia pun menyerah digiring ke lobby kembali oleh satpam itu.
Sammy keluar dari kos Nadhira dan berniat untuk kembali ke McDonald's menghampiri sahabat-sahabatnya kembali. Ia menyalakan mesin Luna dan mulai berjalan menuju kesana.
Di Jembatan Soekarno-Hatta, sekelibat ia melihat sesosok wanita dengan bob pendek dan postur tubuh khas Nadhira di trotoar seberang jalan. Ia langsung menghentikan Vespa-nya dan melihat untuk meyakinkan dirinya. Ya, itu Nadhira. Ia buru-buru mencari jalan memutar untuk menghampirinya.
***
"Are you okay? Kenapa nangis?"
Nadhira kenal betul kalimat itu, suara ramah itu, ia langsung menolehkan kepalanya ke arah sumber suara tersebut. Terlihat raut wajah khawatir Sammy di atas Vespa penuh kenangan itu.
Nadhira langsung memeluk Sammy, tangisnya membasahi pundak laki-laki itu. Sammy membalas pelukan Nadhira dan membisikan, "I miss you."
"I miss you too Samudra. I'm sorry."
"You don't have to say sorry. Why?"
Nadhira menggeleng, ia melepaskan pelukannya dan membuka tas besar yang ia bawa-bawa dari tadi. Ia mengeluarkan sebuah kotak hitam besar dengan pita merah yang membungkusnya.
"Open it."
Sammy menggoyangkan kotak itu menebak-nebak isi di dalamnya. Akhirnya ia melepaskan simpul pita merah itu dan membuka kotaknya. Terlihat fotonya bersama Nadhira sedang tertawa lepas di ruang tv Kotak Amal. Mata Sammy mulai berkaca-kaca.
"Itu Dimas yang foto candid. Kata Dimas, kita cocok banget disini. Lucu. Makanya dia kasih ke aku hasil cetakannya. Balik dong fotonya."
Sammy membalikan foto itu, terlihat tulisan tangan Nadhira.
Dear Samudra Skywalker,
Congratulations. This is your first step to the big world. See it with different point of view. And of course, with swag. :P
Here's your helmet, my Knight of Ren. May the force be with you.
With force,
Mikanadhira Qiandra
Sammy mengangkat helm Kylo Ren dari kotak itu, membuka helm motornya dan memakainya.
"I will finish what you started, grandfather," ujar Sammy dari balik helm tersebut menirukan dialog dari Kylo Ren di dalam film.
Nadhira hanya tersenyum melihat tingkah laku Sammy yang seperti anak kecil baru dibelikan mainan baru.
"Mik, aku mau ngomong," ucap Sammy dengan nada serius membuka helm barunya.
"Aku juga, but i'm too tired today. Besok juga aku harus seminar proposal. Can we postpone it?"
Sammy pun mengangguk, ia memberikan helm Kylo Ren-nya kepada Nadhira dan memintanya naik ke atas Luna.
"Hari ini gak bocor lagi bannya ya?" canda Nadhira.
Keduanya hanya tertawa dan mulai berjalan meninggalkan Jembatan tersebut.
***
A/N: Hai readers, lagi ngebut banget ini updatenya hahaha.. Maaf ya, kayaknya chapternya kurang kalau 40. Jadi bakal nambah lagi ini, mungkin abis ini chapter terakhir lalu epilog. Maafkan dengan segala drama ini hahai. Semoga gak bosen bacanya. Kalo Dimas-Andien sih udah kelar resolusinya. Tinggal Sammy aja sama Nadhira gimana endingnya hehe..
With force,
Cosmological
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top