Chapter IV: Good Times
Sammy menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Nadhira. Di belakang wanita yang membuatnya salah tingkah hari ini terbentang hamparan bintang dan lampu kota Malang yang sesekali mengedip genit, ia mencoba mencuri pandang ke arah Nadhira saat sedang melihat menu.
Andien tersenyum-senyum sendiri melihat tingkah Sammy. Sammy yang selama ini selalu terlihat cool di depan wanita tak bisa menyembunyikan rasa sukanya pada Nadhira. Ia mengambil ponselnya dan mulai mengetik.
Tak lama suara tertawa Minions(baca: makhluk kecil kuning dalam film Despicable Me) terdengar dari dalam jaket Sammy.
Text Message
Mon, 02 Nov, 20:03
Diliatin melulu.. Ajak ngomong dong! Lo kira patung? Gua conference chat anak-anak ah laporan langsung dari tkp. :P
Sammy melihat ponselnya dan melotot ke arah sahabatnya.
Sherandien Santika invited Danny Rieldho, Kunto Maulana, Raden Dimas Sastranegara, Reza Pratama, and Septian Raga P.
Raden Dimas Sastranegara joined the group
Raden Dimas Sastranegara: Kenapa ndien?
Sherandien Santika: Temen lo tuh, mukanya kayak kepiting rebus, minta disiram saus padang.
Raden Dimas Sastranegara: Ya Allah Sammy, masih kurang tiga tahun bertapa di kotak amal? Daritadi anak-anak udah dzikir massal lho padahal di rumah..
Reza Pratama joined the group
Reza Pratama: Eh, kenapa ini kenapa? Gua ketinggalan berita terbaru kayaknya. Gua masih di rumah bini.
Raden Dimas Sastranegara: Si Sammy lagi dikenalin cewek pe.
Kunto Maulana joined the group
Reza Pratama: Allahuakbar! To, masih ada harapan buat lulus to. :')
Kunto Maulana: Iya pe, nyokap gua langsung bikin tumpengan tadi. :')
Danny Rieldho joined the group
Danny Rieldho: Kijang 1 kepada kijang 2, status di tkp ganti.
Sherandien Santika: Keadaan aman terkendali kijang 1, kedua tersangka saling curi-curi pandang, ganti.
Septian Raga P. joined the group
Septian Raga P.: Pe, nasi padang 1 ya.
Reza Pratama: Beli sendiri, gua lagi ena ena.
Sherandien Santika: Ini malah mesen nasi padang. Dukung pejuang cinta kita dong!
Reza Pratama: Kyaaa~ Sammy! *cipratin air ke muka sammy pake padi dari atas teratai terbang*
Danny Rieldho: Kyaaa~ Mas bungkus aku mas! Aku udah becek! *buka baju* *goyangin tete*
Septian Raga P.: Kyaaa~ Andien! Bilang Sammy bungkusin nasi padang! *ke dapur* *ambil piring*
Sherandien Santika: Nyampah lo pada haha..
Masuk notifikasi line dari luar group chat.
Raden Dimas Sastranegara: Lo gak papa Ndien?
Sherandien Santika: Inshaallah Dim. :')
***
"Nad, Ndien, udah pada siap mesen? Gua panggil masnya ya?" Sammy mencoba mencairkan suasana.
"Gua udah kok, Andien? Tumben ya disini sepi. Padahal tiap gua kesini gak pernah dapet meja di balkon," timpal Nadhira.
Andien hanya mengangguk.
"Lo kesini hari apa Nad? Kalo weekend emang pasti penuh di luar, kecuali lo udah reservasi dari siang atau sorenya. Emang balkonnya Puzzle udah terkenal paling bisa menyatukan pasangan muda-mudi. Temen gua aja yang gay gua bawa kesini sama cewek..."
"Langsung straight?" Nadhira memotong dengan nada antusias.
"Enggak, langsung minta nomer mas-masnya hehe.." Canda Sammy. Nadhira tertawa kecil sambil tersenyum. Sammy celingak-celinguk mencari waiter dan memanggilnya.
"Ya mas, mbak, mau pesan apa?"
"Iced matcha green tea latte mas, satu." jawab Sammy dan Nadhira bersamaan.
"Dua berarti mas." sahut keduanya.
"Apa sih berdua kayak paduan suara kompak banget? Strawberry milkshake satu mas," Andien menyahut.
Muka Sammy memerah, Nadhira pun tak berhenti tersenyum malu-malu.
'Ya Allah, jangan sering-sering senyum kek Nad. Lemes dengkul abang liatnya,' batin Sammy.
"Pada gak makan? Sam? Ndien? Gua pesen red velvet aja deh masih kenyang tadi makan siang kesorean."
"Gua gak begitu laper sih. Andien?"
"Aaah bilang aja lo jaim gak mau keliatan jelek kalo makan apa takut gemuk Sam. Makan sih.. Lo di kampus juga tadi kan cuma ngopi doang. Apa sengaja biar pingsan terus ditolong Dokter Nadhira yaaa?" goda Andien.
"Yaudah pesen spicy wings aja dimakan rame-rame ya? Satu mas, yang honey-soy, dipping-nya garlic sauce. Itu aja dulu mas," Sammy menutup menu dan memberikannya ke waiter.
Sammy melihat Nadhira yang terlihat agak menggigil dan sesekali mengusap-ngusap tangannya. Dengan dress seperti itu sudah pasti Nadhira kedinginan duduk di luar sini. Sammy bertanya mencoba mencairkan suasana, "Mau pindah ke dalem aja? Sepi juga di balkon gak ada siapa-siapa kecuali kita."
"Gak papa Sam, gua suka banget ngeliat bintang-bintang di outdoor kayak gini. Apalagi ditambah sama lampu-lampu kotanya," Nadhira menolak.
Andien melotot sambil memberi kode ke Sammy untuk meminjamkan jaketnya. Andien memang paling kesal dengan Sammy yang suka kurang inisiatif.
Sammy membuka jaketnya dan menawarkannya ke Nadhira, "Nih Nad, daritadi lo menggigil gitu."
"Ah gak usah Sam, jangan kayak cowok di novel-novel sih haha.."
"Jaket gua baru dicuci kemaren kok Nad gak bakal ada apa-apaan haha.." Sammy langsung bergegas berdiri dan memakaikan jaketnya sekedarnya.
Nadhira merasakan déjà vu saat Sammy menghampirinya, perasaan yang pernah ia rasakan sebelumnya. Karena sungkan, Nadhira akhirnya memakai jaket Sammy. Ia memperhatikan laki-laki yang ada di depannya. Membetulkan kemeja putihnya, melihat arlojinya, celingak-celinguk entah melihat apa, kadang bertingkah kikuk dan salah tingkah sendiri. 'Lucu juga,' batin Nadhira.
"Pake malu-malu akhirnya dipake juga. Cieee" Andien hanya bisa menggoda.
***
"Kata Andien lo suka banget motor sama mobil klasik? Bokap gua ngoleksi lho, sampe hunting ke luar. Udah freak banget dia kadang motor atau mobilnya suka diajak ngomong," Nadhira berusaha membuka topik.
"Haha haha masa' sih sampe segitunya? Iya Nad, gua punya empat motor di Malang, yang beneran klasik sih cuma dua, yang dua lainnya gayanya aja yang klasik. Lo gak ikutan ngoleksi?" tahu dirinya yang juga sering mengajak motor-motornya ngobrol sambil ngerokok dan minum kopi tiap pagi Sammy hanya tertawa canggung.
"Enggak Sam, gua ngoleksi postcards aja. Kalo motor gak bisa disimpen di laci abisan hehe.."
"Oh ya? Udah ada berapa koleksi lo? Kenapa mulai ngoleksi postcards?" Sammy bertanya dengan penuh semangat.
"Hmm.. Kenapa ya.. Awalnya gak ngoleksi sih.. Cuma iseng aja soalnya kalo lagi travelling kemana-mana pengen aja beli souvenir buat kenang-kenangan. Soalnya lumayan murah, gak makan tempat. It offer me a sense of timeline, where i've been, where i haven't and should go. And i always want to have a story for my children one day, a story behind the city i travelled when i got those postcards is one of them. Kalo berapanya gak tau Sam, banyak banget gak ngitungin."
Keduanya semakin terlarut dalam obrolan-obrolan mereka. Sammy seperti tersihir dengan tutur katanya. Ia suka dengan cara Nadhira menutup mulutnya saat ia tertawa dan memperlihatkan giginya yang berbehel di balik jari-jarinya. Ia suka dengan cara Nadhira menatapnya antusias saat Sammy sedang berbicara. Ia suka dengan suara Nadhira yang sedikit sengau dan senyum kecil yang sesekali ia tampakkan ketika sedang balik bercerita. Sammy tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya.
Andien melihat ke arah Sammy dan merasakan cowok kikuk itu semakin menjauh dari dirinya. Air mata mulai menggenang di matanya, ia buru-buru ke toilet. Dilihatnya Sammy sama sekali tak memperhatikan dirinya saat ia beranjak dan pergi dari meja itu.
***
"Darimana Ndien? Udah dateng nih sayapnya. Makan yuk, keburu terbang ntar." Sammy menggeser piring spicy wings-nya ke arah Andien yang baru kembali dari toilet.
Tak terasa balkon yang tadinya sepi mulai diramaikan pengunjung. Mereka bertiga berbincang topik-topik ringan dari mulai Star Wars, How I Met Your Mother, kejadian-kejadian lucu di kampus, sampai lagu kesukaan masing-masing sambil menghabiskan makanannya, ditemani musik akustik dari panggung cafe.
Sang penyanyi berinteraksi dengan para pengunjung dan menawarkan jika ada yang mau request atau menyanyikan lagu sendiri. Sudah menjadi tradisi ada beberapa pengunjung yang naik ke atas panggung dan menyanyikan lagu untuk gebetannya.
Andien menunjuk-nunjuk Sammy. Sang penyanyipun menyuruh Sammy untuk naik ke atas panggung. Meskipun malu-malu akhirnya Sammy mengiyakan.
"Mau nyanyi apa mas buat pacarnya?" kata penyanyinya di microphone.
"Hahaha.. Bukan pacar mas. Hmm.. Violent Femmes yang Good Feeling." Ia tahu kalau Nadhira suka dengan How I Met Your Mother pasti ia mengenali lagi itu.
"Oke mas, waktu dan corong dipersilahkan.."
***
Sammy mulai memainkan gitarnya.
Good feeling, won't you stay with me just a little longer?
It always seems like you're leaving when I need you here just a little longer
Dear lady, there's so many things that I have come to fear
Little voice says I'm going crazy to see all my worlds disappear
Vague sketch of a fantasy laughing at the sunrise like he's been up all night
Ooh, slipping and sliding, what a good time but now, I have to find a bed that can take this weight
Good feeling, won't you stay with me just a little longer?
It always seems like you're leaving when I know the other one just a little too well
Oh, dear lady, won't you stay with me just a little longer?
You know it always seems like you're leaving when I need you here just a little longer
Nadhira melihat apa yang dikatakan Andien. Sammy saat bernyanyi dengan gitarnya memang berbeda. Matanya melihat ke arah meja mereka dengan teduh, lampu panggung yang menyorotinya seakan menyelimuti Sammy dengan aura kehangatan, suaranya yang mendayu menyihir pendengarnya untuk merasakan pesan di dalam lagu yang ia bawakan.
Nadhira tersenyum kecil sambil bertepuk tangan pelan saat Sammy mengakhiri lagunya dan berjalan kembali ke arah meja.
Andien bertepuk tangan sambil menggoda Sammy, "Cieeee belom apa-apa udah dinyanyiin sama Sammy, mahal lho Nad, kalo adek-adek tingkatnya yang liat pasti udah pada histeris."
"Itu lagunya Marshall sama Lily ya?" Nadhira bertanya dengan antusias.
"Iya gua suka banget sama scene pas di prom SMA itu, pas mereka dance terus ada lagu ini kayak cocok banget."
"Kayaknya kita kalo ngobrol-ngobrol scene film cocok ya Sam?" Nadhira bertanya.
"Iya Nad, tapi, gua malu soalnya gua tontonannya film-film chickflicks gitu gak kayak cowok kebanyakan haha.."
Keduanya melanjutkan obrolan kecil mereka sambil menyimpan kagum satu sama lain. Sammy mengatakan kalau film guilty pleasure-nya adalah Something Borrowed, menurut Nadhira, Rachel seharusnya memilih Ethan, Sammy setuju.
Warna kesukaan keduanya sama-sama putih, karena Nadhira paling suka dengan bunga daisy. Dan Sammy selalu ingat di masa kecilnya, ia bangun membuka jendela dan melihat bunga daisy bermekaran di pagi hari saat ibunya menyiraminya dengan sundress putihnya. Dan banyak kesamaan lainnya yang mereka temukan seiring mereka saling mengenal satu sama lain.
Tak terasa ternyata sudah hampir tengah malam. Sammy melihat arlojinya dan berpikir sepertinya ia baru sebentar disana dan ngobrol dengan Nadhira.
"Eh, udah mau jam 12 ternyata, gak kerasa ya? Balik yuk. Udah siap-siap mau closing juga ini. Kalo weekdays emang gak sampe pagi disini," Sammy menyahut.
"Iya ya! Perasaan kita baru sebentar deh ngobrol-ngobrolnya," Nadhira melihat arlojinya.
"Gua minta bill ya. Mas bill dong," Andien memanggil waiter yang sedang merapihkan meja di sebelah mereka.
Mereka membayar nominal yang tertulis di bill dan berjalan keluar. Andien melihat struknya untuk menghitung ulang memastikan semua pesanannya benar. Lalu ia memasukkan struk itu ke kantong celana Sammy.
"Disimpen ya, struk first date," ujar Andien menggoda.
Sammy garuk-garuk kepala. Nadhira tertawa kecil melihat candaan Sammy dan Andien saat berjalan ke area parkiran.
"Gua kesana ya, gua kan bawa motor. Hati-hati di jalan ya berdua," Sammy bersiap meninggalkan kedua wanita tersebut ke arah parkiran motor.
"Sammy!" Andien memanggil Sammy melotot sambil memberi kode untuk ngomong sesuatu sama Nadhira.
Sammy langsung bertingkah kikuk seperti biasanya dan berjalan kembali ke arah Nadhira.
"Makasih ya Nad udah nyempetin dateng. Umm.. Gua boleh minta nomer lo gak?" Sammy menyodorkan handphone-nya.
"Sama-sama Samudra. Remember, Han shot first," canda Nadhira sambil menyimpan nomornya di handphone Sammy.
"So, i'll see you again soon," Sammy melambaikan tangannya dan melangkah pergi.
"Samudra!" Kali ini Nadhira yang memanggilnya.
"I had a good time tonight," serunya dari jauh.
Sammy hanya tersenyum berusaha sok cool. Padahal dengkulnya sudah serasa mau copot, jantungnya serasa seperti gebukan drum musik metal.
Di atas motornya ia berusaha membakar sebatang rokok. Tetapi jarinya tetap gemetar kesulitan menyalakan koreknya. Ia memakai helm dan menyalakan motornya, perlahan ia keluar dari area parkiran.
'Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!' Sammy teriak di dalam hati sambil senyum-senyum sendiri di atas motor. Suara menderu motornya memecahkan kesunyian jalanan Kota Malang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top