2. Strata Redaksi Kamal
Suara omelan Kamal membahana. Meskipun ruangan kaca pemimpin redaksi itu sudah tertutup tirai, tapi orang-orang juga tahu bahwa Kamal sedang menghabisi mangsanya dengan seluruh bentakan dan amukan yang dia punya.
Tak berapa lama, Luna keluar dari ruangan itu dan buru-buru kembali ke mejanya sambil menahan isakan. Semua anak redaksi memandang perempuan itu, tapi tak ada satupun yang mengomentari.
"Luna semangat! Kamu hebat!" Seorang pria berusia 40-an memberikan ibu jarinya ke arah Luna.
"Mas Ditya jahat! Ini kan tugasnya Mas!" seru Luna sambil mengusap air matanya. Ditya segera menekan telunjuknya ke bibir sementara matanya seperti mau lompat ke luar.
"Kalau gue yang laporin, tuh anak bakal makin ngamuk dan bawa-bawa umur... lo kan anak baru jadi dia pasti lewatin," bisik Dirya lagi.
"Mas Ditya! Ke ruangan gue!" Seruan Kamal dari ruangannya membuat Ditya sedikit terlonjak. Luna menatap seniornya itu dengan wajah kesal.
"Syukurin! Dimana-mana kalau udah sampai kasus tuntutan itu ya pasti redaktur pelaksana yang tanggung jawab!" Luna menjulurkan lidahnya saking kesalnya terhadap sang senior.
Dengan wajah ketakutan, Ditya berjalan enggan ke ruangan atasannya. Beberapa orang menatap pria itu dengan pandangan mencemooh.
"Lagi-lagi deh, anak lifestyle jadi trouble maker," celetuk seseorang di sisi kantor yang sedikit jauh dari Luna.
Luna hanya memanyunkan mulut sambil menahan rasa dengkinya. Sebal sekali rasanya jika para pembuat konten politik sudah bicara. Isinya sudah tentu mengatai para pembuat konten gaya hidup.
Dalam redaksi Tarun News, berita diolah tidak hanya dalam bentuk tertulis, tapi juga dalam format video dan gambar. Karena itulah materi-materi yang akan diterbitkan dalam kanal berita ini tetap disebut konten, bukan artikel atau siaran. Tapi redaksi Tarun News tetap melaksanakan sistem redaksional untuk menayangkan berita-berita mereka.
Hasil pengamatan Luna setelah tiga bulan bekerja di sana adalah budaya yang timpang di dalam Tarun News. Dia melihat seolah ada kelas yang membagi dua grup, kelas politik dan kelas gaya hidup. Minat dan ambisi pemimpin redaksi di bidang politik membuat mereka yang menulis konten politik bersikap layaknya elit redaksi karena pasti dianakemaskan.
Bayangkan saja, rapat untuk menentukan target issue pada hari Senin dan Jumat selalu difokuskan untuk rubrik Provoactive, rubrik andalan Kamal di Tarun News.
Seperti namanya, isu dan berita yang diangkat di Provoactive seringkali bersifat memprovokasi meskipun dilengkapi dengan data dan pernyataan resmi. Beberapa konten Provoactive mampu merajai trending topics di beberapa media sosial dan menggiring opini rakyat tentang isu politik.
Meskipun penuh masalah dan risiko, rubrik Provoactive telah menjadi ciri khas Tarun News. Kebanyakan orang mengunjungi situs mereka untuk mengikuti konten di rubrik Provoactive. Karena itulah Taru tak pernah menghapus rubrik itu meskipun sudah beberapa kali nyaris dipidanakan dan membawa masalah dengan orang-orang penting.
"Nggak usah didengerin, Lun...," Ullie, salah seorang pembuat dan penyusun konten gaya hidup mendekati Luna dan mengusap punggung perempuan itu. Sebagai sesama pejuang gaya hidup yang ditelantarkan, Ullie tahu betul bagaimana para pembuat konten politik itu memandang rendah mereka.
"Nggak gue dengerin lah, bisa tambah stres nanti," gerutu Luna. Baginya, ucapan anak-anak pembuat konten politik tak lebih dari angin lalu. Kalau dipikirkan terlalu dalam, bisa masuk angin. Saat ini saja Luna sudah merasa stres luar biasa dengan pekerjaan barunya ini.
Bagaimana Luna tidak stres? Selama tiga bulan bekerja sebagai pembuat konten artikel gaya hidup, Luna sudah tiga kali terkena damprat Kamal.
Kemampuan menulis Luna memang diakui oleh Ditya yang menjabat sebagai redaktur pelaksana untuk gaya hidup. Dalam sehari, Luna dapat membuat empat tulisan untuk empat rubrik khusus gaya hidup seperti opini, rekomendasi, ulasan hiburan terkini, dan budaya populer. Kemampuan itu sangat berguna di zaman artikel online sedang ketat bersaing untuk menjadi yang tercepat dan terviral ini.
Sayangnya, tulisan Luna sudah tiga kali tersandung masalah. Diserang netizen, dikritik influencer, sampai akhirnya saat ini Tarun News hatus berhadapan dengan ancaman tuntutan pencemaran nama baik karena tulisa Luna.
"Padahal sebelum tayang gue kan cc Mas Ditya dan Kamal. Mereka juga udah kasih approval," kata Luna lagi.
"Emang parah sih Mas Ditya. Masa' ngelempar lo gitu aja ke kandang naga? Padahal ini semua kan salah dia yang udah nge-approve tanpa cek konten lo dulu," Mega, pembuat konten video gaya hidup, memberi Luna minum.
Perempuan berwajah kekanakan yang baru ditenangkan kedua temannya itu langsung meminum airnya sampai habis. Setelah itu dia mencurahkan semua kekesalannya kepada dua pendengar setianya itu.
"Ini semua salah pemimpin redaksinya lah! Dia sendiri yang perhatiannya timpang. Kerjaannya ngurusin konten politik aja. Tarun News kan isinya bukan cuma politik! Traffic malah tingginya dari lifestyle kan?!" keluh Luna.
"Sama Provoactive sih, Lun," ujar Ullie cepat.
"Rubrik-rubrik lifestyle kalau diurus kayak Provoactive juga bakal sama besarnya. Emang dia aja pilih kasih," bantah Luna geram.
"Ya mau gimana lagi, visinya si Bapak kan mau bikin media politik," Mega mengangkat bahunya pasrah.
"Ya nggak berarti nyuekin aspek gaya hidup dong. Tanggung jawab! Jangan marah-marah aja bisanya!" Luna menggebrak mejanya, kesal dengan pemakluman-pemakluman sikap Kamal terhadap ketimpangan yang terjadi.
"Ehm, Lun...." Mega tersenyum kaku, lalu menepuk-tepuk bahu Luna. Tapi perempuan itu malah semakin terbakar emosi.
"Gayanya ngomongin injustice lah, diskriminasi lah, nuntut pemerintah ini lah itu lah, nah dia nggak sadar apa?! Dia sendiri ngurus redaksi kecil gini aja timpang tuh! Sok jagoan nuntut presiden."
Mulut Luna sudah tak bisa dikendalikan lagi rasanya. Dia geram setengah mati dengan cara Kamal mengurus redaksi Tarun News yang menurutnya tak beda dari orang-orang yang pria itu kritisi.
"Oh gitu?"
Luna terlonjak mendengar suara itu. Jantungnya seperti turun ke lambung saat melihat sosok Kamal sudah berada di belakangnya. Saat itu, Luna benar-benar berharap ada seseorang yang mampu mengutuknya menjadi batu agar tak perlu bertemu dengan atasan yang baru ia cela itu.
Kamal tak bersuara lagi. Suasana di sekitar pun menjadi luar biasa hening. Luna bisa merasakan bahwa seluruh tatapan sedang menuju ke arahnya. Sang pemimpin redaksi yang baru ia katai itu mendekati Luna sambil menatapnya tajam.
"Lain kali kalau ada yang mau kamu omongin, omongin di depan mata gue. Jangan bisanya nangis di depan, nyinyir di belakang."
Luna tak menjawab pria yang menatapnya dengan penuh ancaman. Luna bahkan tak berkedip dan bernapas saat Kamal bicara demikian di hadapannya.
Kamal berlalu, ke luar ruangan kantor Tarun News. Suasana sudah terasa semakin ringan, bagi orang lain. Bagi Luna, perasaannya masih sama seperti saat baru pertama masuk anak perusahaan TarunTama ini.
Ia benar-benar ingin kabur dan berada sejauh mungkin dari pria bernama Kamal.
***
Dor!
Selamat Bulan Agustus!
Seperti janjiku, Provoactive update mulai bulan ini. Btw, ini proyek santai jadi updatenya seminggu sekali ya. Jangan nagih double up, aku lagi megap-megap nulisnya, hyahahahaa...
Aku deg-degan banget sebenernya naikin cerita ini. Akhir-akhir ini aku sering banget nyoba hal baru, padahal anaknya malas riset. Maaf ya kalau ada yamg berada di profesi serupa dan ngerasa kurang berkenan pas baca ceritaku. Mungkin bisa sharing dan kasih masukan ke aku supaya ceritanya bisa kuperbaiki di kemudian hari.
Sampai jumpa di part selanjutnya ❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top