P | 3

Sebenarnya, yang Mingyu inginkan ketika ia membuka matanya adalah, ia berharap menemukan ruang putih dengan aroma obat-obat rumah sakitㅡciri khas novel yang sering ia baca ketika memiliki waktu luang. Tetapi kenyataannya, ia membuka mata dan menemukan kamar yang sedikit familiarㅡini kamar Doyoung. Ia tahu aroma jeruk yang memenuhi isi kamar ini adalah milik pria bernetra kelinci itu. Mengambil duduk secara perlahan di sisi ranjang, Mingyu sedikit merenggangkan lehernya yang kaku sebelum pada akhirnya ia menghela napas panjang dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sayup-sayup telinganya mendengar acara televisi di luar sana yang mengatakan bahwa seratus orang lebih meninggal dalam ledakan yang terjadi di sirkus kemarin. Kumohon, kalau ini hanya mimpi lagi, setidaknya biarkan aku bangun sekarang. Tetapi, sayangnya Mingyu tahu kejadian kemarin bukanlah mimpi. Ini semua nyata. Ia hanya mengulang semua kejadian yang terjadi kepadanya kemarin melalui mimpinya. Dan ia tidak tahu, kenapa wanita bernama panggung Wallenda itu selalu ada di mimpinya. Kembali menghela napas, Mingyu lalu berdiri dan mencoba berjalan keluar. Menemukan Doyoung mengetik di laptopnya dengan televisi yang menyala.

Doyoung mendengarkan pintu kamar yang berbunyi dan menemukan rekan kerjanya itu telah bangun dengan pakaian rumahan miliknya, "Bagaimana perasaanmu?" tanya Doyoung yang kembali kepada laptopnya.

"Entahlah." Mingyu kemudian mengambil duduk di sebelah Doyoung dan memerhatikan acara televisi yang menunjukkan sebuah tenda sirkus yang tengah dipadamkan oleh pemadam kebakaran. "Hei, bagaimana kau menemukanku di sana?" Mingyu tiba-tiba bertanya hingga membuat Doyoung menatapnya.

"Aku menemukanmu sedikit jauh dari tenda besar itu. Awalnya kukira kau mengalami luka parah, tetapi setelah aku perhatikan kau tidak memiliki luka apapun, jadi aku berpikir kau hanya pingsan lalu aku memutuskan membawamu ke sini."

"Lalu?"

Doyoung mengerut, "Apanya?"

"Bagaimana dengan sirkusnya?"

"Ya kau lihat saja di televisi. Hangus tidak tersisa apapun."

"Maksudku orang-orang di dalam sana. Orang-orang sirkusnya."

"Kau pikir aku ini polisi? Detektif?" Doyoung menggelengkan kepalanya dan kembali kepada layar laptopnya. "Dengar, kau baru saja bangun, sebaiknya isi perutmu sana. Aku membuat pasta tadi, panaskan saja sebentar."

"Aku tidak berselera." Mingyu meletakkan kepalanya di sandaran kursi dan menatap kepada lampu berwarna kuning yang menyinari ruangan sederhana milik rekan kerjanya. "Kepalaku terlalu penuh dengan Wallenda sampai rasanya aku bisa membayangkan wanita itu ada di depan mataku sekarang."

"Puisi cintamu buruk."

Mingyu mendecak menatap Doyoung sekilas, "Aku serius. Aku bermimpi kejadian kemarin. Dari bagaimana cara wanita itu membuat mimpi yang mengerikan, hingga kejadian seluruh sirkus itu terbakar hangus."

"Kau hanya butuh waktu untuk melupakannya. Pekerjaan kita sangat banyak jadi aku sangat yakin kau akan segera melupakannya."

"Yah..semoga."

Kembali Mingyu menutup matanya dengan tangan yang memijit pelipisnya. Ia berpikir setelah ini ia tidak akan menonton acara sirkus atau sejenisnya lagi. Terlalu kekanakan memang, tapi itu jelas membuat Mingyu trauma. Sudah cukup, tidak ada sirkus lagi. Lupakan semuanya.

*

Satu minggu kemudian, Mingyu telah kembali menjadi dirinya yang normal. Pria itu memulai semua rutinitas hariannya mulai pukul tujuh pagi dan selesai pada pukul sebelas malam. Belakangan ini ia berencana akan melakukan kencan buta bersama wanita komposer. Ia mengenal wanita itu dari rekan kerjanya. Yah, dengan alasan bahwa dirinya masih lajang, maka Mingyu berpikir bahwa melakukan hal ini tidaklah buruk. Jadi ketika hari itu tiba, Mingyu membawa mobilnya sekitar pukul empat sore untuk bertemu dengan wanita itu di pertunjukkan opera pusat kota. Operanya bertema темнота, bercerita tentang seorang wanita yang menjadi mata-mata Rusia pada abad ke-17, mendatangi negeri seberang dan memberi semua hal yang ia ketahui melalui burung pos. Ceritanya berakhir dimana wanita itu tewas di kandang ternak dengan keadaan satu tombak untuk berburu binatang buas berdiri tegak tepat di dalam mulutnya yang menganga. Sebenarnya Mingyu hampir tidak yakin bahwa wanita komposer itu benar-benar ingin menyaksikan pertunjukkannya. Tetapi ketika Mingyu menerima tiket opera yang di desain begitu mahal beserta tulisan indah dengan lipstick berwarna cokelat menempel di sana, maka Mingyu memutuskan untuk menerimanya dengan memikirkan bahwa ia harus membawa buah tangan kepada wanita itu.

Mingyu mendengar dari beberapa rekan kerjanya, bahwa ada toko antik yang sudah berdiri lama di sekitaran distrik merah Moskow, Moskow selama satu abad tidak pernah diam untuk selalu berkembang, dan toko antik itu adalah saksi bisu dari perkembangannyaㅡitu perkataan yang sempat Mingyu tangkap dari pembicaraan ringan di depan lift beberapa hari yang lalu.

Mingyu berpikir untuk mencari buah tangan di sana. Dan ketika ia telah tiba, ia menemukan sebuah toko dengan desain lama. Dengan cat berwarna hitam dan kaca besar yang memantulkan barang-barang antik di dalamnya. Membuka pintu sederhana itu dan Mingyu menangkap seorang pria bernetra abu dengan rambut keriting merahnya di sana. Pria itu tidak menyambutnya dengan kata Selamat Datang, hanya sebuah anggukan samar dan senyuman anehnya. Lalu pria itu kembali membersihkan salah satu barang antik yang ada di tangannya. Mingyu sedikit merasa aneh dengan pria yang berdiri di meja kasir itu, sesaat ia berpikir, mungkin karena toko ini berdiri sudah sangat lama maka pria itu juga ikut serta menggunakan pakaian tempo duluㅡdengan kerah tinggi penuh jahitan rumit serta jas beludru berwarna hijau tua yang mencolok. Mingyu tidak tahu, ia hanya menebak saja dan berakhir ia melemparkan seluruh pandangannya ke semua benda-benda antik yang tersusun rapih di rak-rak tinggi.

Butuh waktu lima belas menit bagi Mingyu hanya untuk memilih barang yang akan ia beli. Pilihannya berakhir pada bola kaca salju dengan ukiran emas gemerlap di sisinya. Sementara di dalam bola kaca itu sendiri terdapat bunga Edelweis yang entah kenapa justru karena bunga itu di dalamnya yang membuat Mingyu memilihnya.

Dengan name tag Jaehyun di dada kirinya, Mingyu langsung mengetaui bahwa pria yang menjadi kasir itu ternyata orang Asia sama sepertinya. Hanya saja Mingyu sedikit bingung apakah pria di depannya itu memiliki darah campuran karena netranya yang berwarna abu. Mingyu tahu mana orang yang menggunakan lensa dan mana yang tidak. Jadi, ia benar-benar sedikit terkejut ketika menemukan orang Asia dengan bola mata asli bewarna abu.

"Anda akan bertemu wanita tangguh pada musim dingin hari ini, Tuan." Mingyu mengedipkan matanya ketika pria itu berbicara dengan bahasa Rusia yang begitu fasihㅡtidak ada sedikitpun kecacatan dari cara berbicaranya di sana. "Hanya saja karena bunga Edelweis ini memiliki beberapa batu-batu hitam di sekitarnya, Anda akan sulit mengerti pola pikirnya. Ini juga bisa berarti Anda akan menerima beberapa masalah di luar kemampuan Anda. Berhati-hatilah."

Tunggu apa? Mingyu mengerutkan dahinya dengan perkataan tiba-tiba milik pria itu kepadanya. "Maaf, aku kesini tidak ingin mendengarkan ramalan seperti itu." Mencoba tersenyum, Mingyu lalu mengeluarkan dompetnya dan pria bernetra abu itu menghentikannya dengan perkataannya, "Anda tidak perlu membayarnya."

Hah? Mingyu yakin bahwa pendengarannya sekarang mungkin bermasalah karena pria di depannya itu baru saja menolak rubelnya dan memberikan barang yang berada di toko antiknya secara cuma-cuma. "Anda tadi mengatakan apa?"

"Anda tidak perlu membayarnya. Silakan dibawa dulu." Pria bernetra abu itu kembali mengulang, "Karena kemungkinan besar Anda akan kembali kesini tiga hari kemudian atau sebelumnya."

Mingyu sedikit bingung tetapi ia tertawa heran di dalam mobilnya. Melewati beberapa blok jalan besar dengan pikiran yang kembali kepada toko antik tadi. Apa-apaan pria itu. Mingyu kembali terkekeh ringan dan berakhir menggelengkan kepalanya bersamaan dengan helaan napas samar. Fokus saja pada apa yang telah kau rencanakan hari ini, Ming.

Kemudian Mingyu tiba-tiba merasa dejavu dengan badut yang berdiri di lampu merah yang telah berubah menjadi hijau, menunjukkan pertunjukkan sederhana di sana dimana pada akhirnya polisi lalu lintas datang menyingkirkan badut-badut itu dari jalan raya. Lalu tangan kanannya yang bergerak bermain kepada radionya di sana. Dahinya kembali mengerut ketika ia menemukan frekuensi yang membahas bahwa Moskow akan mengalami badai di pertengahan bulan Desember dan kemudian frekuensinya ia ubah kepada musik jazz. Tunggu, kenapa ini terasa sama dengan cara Wallenda membuat mimpi sialan itu.

Dan Mingyu benar-benar menahan napasnya ketika ia harus menghentikan mobilnya secara mendadak karena menemukan ratusan mobil berhenti di jalan raya dengan semua orang yang keluar di dalamnya, menatap sesuatu yang mengerikan yang telah Mingyu duga ada apa  di depan sana. Oh Tuhan, Mingyu tiba-tiba merasakan telapak tangannya begitu berkeringat. Ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia keluar dari mobil dan menghampiri Wallenda yang berteriak karena telinga kirinya. Selanjutnya akan ada ledakan lalu disusul dengan ratusan kepala manusia terpisah dari tubuhnya, dan darah-darah itu akan keluar seperti pipa bocor.

Ok, jika aku tidak keluar dari mobil ini, maka tidak akan ada yang terjadi. Mingyu menghela napasnya dan memutuskan untuk tidak keluar sama sekali dari mobilnya meskipun teriakan pilu Wallendaㅡwanita tunanetra itu terus berusaha untuk menggoyahkan keputusannya, Mingyu tidak akan kalah. Siapapun, tolong panggil ambulan dan polisi untuk wanita itu. Mingyu menutup matanya sementara kedua tangannya terus menggenggam kuat kemudinya. Jangan mengambil langkah untuk keluar, Ming. Ratusan nyawa orang di sana akan hilang karenamu.

Tetapi, pada akhirnya apa yang dilakukan Mingyu benar-benar tidak berguna sama sekali. Tiga detik kemudian ledakan benar-benar terjadi dari pusat toko besar lalu di susul dengan kepala-kepala yang terpisah dari tubuhnya dalam waktu dua detik. Mingyu tidak bisa menemukan kata-katanya, bahkan pria itu tidak bisa menggerakan seluruh tubuhnya. Seperti menonton film di layar lebar, ia hanya terpaku kepada apa yang terjadi di depan matanya saat ini. Padahal aku tidak keluar dari mobil sama sekali. Netra hitamnya bergetar ketakutan hingga ia hampir lupa untuk berkedip, jika saja seorang pantonim tidak datang untuk mengetuk kaca mobilnya dengan begitu keras dan menunjukkan sebuah tulisan di atas kertas kusut.

"Keluarlah! Kau berada dalam zona pembersihan!"

*

Yang baca cerita moscow  di sebelah pasti tau kalau jaehyun itu apa :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top