P | 10

Doyoung menggeser sedikit jauh gelas kecil berisi vodka murahan itu dengan jijik. Tidak, ia tidak bertingkah seolah raja, ini karena ada beberapa bekas mulut-mulut kotor di sana. Doyoung memutuskan untuk tidak jadi menyentuh minuman itu dan matanya menatap Mingyu yang ikut menatapnyaㅡdan pemikiran mereka sama.

Tapi, Wallenda tetaplah seorang tunanetra. Wanita itu menerima gelas yang diberikan oleh Thony dan meminumnya dalam sekali teguk. Mendesah panjang ketika merasakan vodka murahan itu masuk ke dalan tenggorokannya.

Pikir Mingyu, wanita itu mengetahui semuanyaㅡbahkan ketika ada bayang-bayang mulut kotor di pinggir gelas itu. Tapi itu cukup memberikan alasan pada Mingyu. Wallenda tetaplah seorang tunanetra biasa.

Ini adalah tempat minum paling aneh yang pernah Mingyu dan Doyoung alami. Mereka tidak sedang di dalam bar, tidak ada musik elektronik, tidak juga dengan suara kikik wanita dan pria yang saling bersenda gurau.

Mereka sekarang berada di samping tenda sirkus. Dengan pemandangan sisi kirinya adalah rerumputan liar yang meninggi dan gelap di sana. Kemudian duduk dengan beberapa kotak kosong yang terbuat dari kayu bertuliskan "Danger" berwarna merah. Sementara meja bundar kecil yang ada di antara mereka juga terbuat dari kayu murahan yang hampir lapuk.

Wallenda berbicara dengan bahasa Rusia yang Mingyu tangkap itu digabungkan dengan bahasa latin yang tidak ia mengerti bersama Thony. Sementara Thony terlihat menatap kepadanya juga Doyoung bergantian. Mingyu merasa dirinya bersama Doyoung sekarang seperti diperjual belikan oleh Wallenda karena tatapan pria bertubuh raksasa itu.

"Jadi, Zurich sudah ada kabar?" Thony bertanya kepada Wallenda namun mata onxy pria itu menatap Mingyu dengan lurus.

"Belum." Wallenda menggeleng dengan wajah yang ia pangku menggunakan tangannya, "Dia akan menelpon jika sudah ada kabar."

Setelah selesai makan di restoranㅡyang hampir tutup tadi, Wallenda benar-benar membawa kedua pria Asia itu menuju tenda sirkus. Thony yang telah menunggu kedatangan Wallenda cukup terkejut dengan apa yang dibawa oleh wanita itu di belakangnya. Berkenalan tanpa bersalaman, kemudian Wallenda memberitahu kepada kedua pria Asia itu bahwa Thony adalah pria berdarah Bulgaria dan juga sama sepertinyaㅡpemburu dan pemain sirkus.

Wallenda telah mengatakan kepada Thony bahwa kedua pria Asia itu dibawa dengan alasan keselamatan. Dan juga karena kesalahannya dalam membaca data yang telah diterima oleh pihak atas. Risikonya adalah saat ini. Ia harus menjaga Mingyu hingga Zurich selesai mengurus data yang salah itu.

Beruntunglah, Thony adalah pria bertubuh raksasa dan berbulu dada yang memiliki rasa simpati yang cukup baik. Ia jelas tahu Mingyu juga masuk dalam data pembersihan tetapi karena itu adalah bagian Wallenda dan juga tanggung jawab dari wanita itu sendiri, Thony tidak terlalu banyak ikut campur. Ia hanya akan membantu sedikit.

"Mereka akan menginap di sini?" Thony bertanya dengan sendawa yang membuat Doyoung menahan muntahnya seketika. Mingyu hampir tertawa ketika melihat wajah temannya itu memerah tiba-tiba.

Wallenda lalu membuka pembicaraan kepada kedua pria Asia itu, "Kalian akan menginap di sini?"

"Kau akan menginap di tenda-tenda ini?" Mingyu balik bertanya.

"Tergantung." Wallenda mengangkat kedua bahunya tidak pasti, "Pertunjukkan malam biasanya akan memakan waktu sampai subuh."

Mingyu terdiam sebentar menimbang-nimbang. Besok ia dan Doyoung kembali bekerja. Jadi jelas tidak mungkin ia tidur di tenda-tenda itu dengan mandi seadanya dan pakaian yang samaㅡjangan lupakan pakaian dalam yang harus diganti juga.

Tetapi, ia membutuhkan Wallenda untuk tetap ada di sampingnyaㅡmemastikan bahwa dirinya akan baik-baik saja. Pada akhirnya sebelum ia memutuskan, Doyoung bersuara dengan ketus karena aroma napas dari Thony benar-benar membuatnya hampir mengeluarkan isi perutnya tiba-tiba.

"Aku akan membuat surat ijin untukmu, Ming. Memastikan kau aman dengan Wallenda adalah yang terpenting sekarang." Doyoung berkata dengan penuh simpati tetapi raut wajah pria ituㅡmemandang kesal kepada Thony, sangat tidak sesuai dengan kata-katanya barusan.

"Lalu bagaimana dengan mobilmu? Dan bagaimana kau pulang?"

"Aku bisa gunakan taksi. Mobil, aku titip untukmu."

Kemudian Mingyu menarik helaan napas panjang dari hidungnya, "Wallenda, aku ikut bersamamu."

"Pastikan ponselmu selalu aktif, Ming. Aku akan terus menghubungimu," Doyoung berkata lagi, kali ini benar-benar menatapnya dengan pandangan menyalang.

Thony berdiri dari duduknya dan menampakkan perut besar berbulunya di depan Doyoung. "Persiapkan dirimu, Wallenda. Pertunjukkan dimulai setengah jam lagi."

Dan pada akhirnya, aroma vodka dan keringat dari Thony membuat Doyoung menundukkan wajahnya memuntahkan semua isi perutnya begitu saja di tanah. Mingyu dan Thony tertawa menatapnya, sementara Wallenda tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia jelas tidak mengerti apa yang terjadi barusan.

*

"Tidak kusangka, kau berakhir menjadi pemain sirkus, Ming." Doyoung baru saja melepas mantelnya dan meletakkan tongkatnya di sisi ranjang kayu. Tadi, ketika selesai dengan pembicaraan mereka bersama Thony, Wallenda membawa mereka ke tempat tenda untuk pemain cadangan. Ada dua ranjang kayu bertingkat dua di dalam tenda itu. Doyoung dan Mingyu memutuskan untuk beristirahat sebentar sementara Wallenda melakukan persiapan untuk kostum dan pertunjukannya.

"Tidak menjamin kapan Zurich akan selesai. Jadi daripada aku menganggur, setidaknya ada yang bisa aku lakukan."

"Bermain di tempat sirkus? Benar-benar di luar dugaanku." Doyoung tertawa kecil dengan melonggarkan dasinya.

"Ngomong-ngomong," Mingyu menatap Doyoung ketika nada suara pria itu terdengar lebih berat. "Kau melihat beberapa anggota sirkus ini sedikit aneh?"

"Ya, kenapa?"

Hampir seluruh orang-orang yang melewati Mingyu tadi adalah orang yang memiliki kekurangan fisik. Yang paling menarik perhatian Mingyu adalah pria bersisik ular yang terkurung di dalam sangkar buaya ukuran setengah badannya. Wallenda mengatakan bahwa pria itu masih dalam tahap beradaptasi. Ia masih bertingkah seperti ular sesungguhnya, jadi tidak ada jalan lain selain merantai satu kakinya dengan pemberat dan memasukkannya ke dalam sangkar buaya.

Sedikit tidak manusiawi memang. Tapi ini Moskow. Kota mengangumkan dengan sejuta biadab di baliknya. Apapun akan terjadi di sini, bahkan hal tidak manusiawi sampai pembersihan besar-besaran pun Mingyu sudah menemukannya secara nyata di negara ini.

Ekonomi masyrakatnya yang menurun drastis menjadi masalah utama dalam hal ini. Masyrakat hanya akan menonton sirkus di hari-hari tertentu. Tidak setiap akhir pekan. Pemasukan rubel yang diterima oleh kelompok sirkus Wallenda sangat jauh dari target yang diharapkan. Sehingga mengurung pria berkulit ular itu adalah sebuah keterpaksaan. Karena mereka tidak memiliki dana banyak untuk membantu pria itu menyembuhkan kulit-kulit dan psiskisnya dalam metode medis.

Semua orang yang ada di sirkus ini sepertinya menjalani hidup biasa saja. Tidak ada percikan semangat dari mata-mata orang itu. Setidaknya itu yang Mingyu tangkap dari penglihatannya.

"Kau yakin dengan tinggal di sini?"

Mingyu memandang Doyoung sebentar kemudian beralih kepada lampu kuning bergantung di tenda, sedikit menghela napas berat, "Mau bagaimana lagi? Mengurus di kedutaan besar, wanita itu menolak."

"Aku bisa mengurusnya untukmu, tapi..." Doyoung mengerutkan alisnya samar sebelum melanjutkan kata-katanya, "Kupikir, Wallenda adalah satu-satunya orang yang bisa aku percaya untuk menjagamu sekarang daripada kedutaan besar itu."

Doyoung berkata fakta. Ketika ia bertemu Wallenda untuk kedua kalinya di gedung besar Gazprom, ia ragu lada awalnya dan memutuskan untuk mengamati wanita itu. Wanita itu terlihat tenang ketika berjalan bersama, tetapi gerakannya pastiㅡpenuh kewaspadaan. Dan itu diperkuat dengan bagaimana Wallenda melindungi Mingyu dari pemburu di depan toko antik tadi.

Wallenda jelas nyata ada di samping Mingyu, dan akan selalu siap menjaganya. Sementara kedutaan besar? Mereka akan membawamu ke ruangan tertentu, berbicara ini-itu, menulis surat di sana-sini, menunggu selama beberapa hari atau minggu hanya untuk mengkonfirmasi kepada pihak negaramu bahwa kau dalam masalah.

Menunggu hingga mayatmu ditemukan di perapian yang sudah membeku.

Dan Doyoung tidak akan membiarkan itu terjadi kepada temannya.

"Aku akan berada di sini selama beberapa hari. Pastikan kau mengatakan kepada Cecillia, aku meminta maaf karena batalnya pertemuan hari ini. Aku telah mengirimkan beberapa pesan tetapi tidak ada balasan darinya. Prediksiku berkata dia sangat marah."

Doyoung mengangguk, dan mengingat-ingat dimana tempat tinggal Cecilliaㅡteman kencan buta Mingyu itu, berada. "Besok setelah selesai bekerja, aku akan ke sini membawa pakaian dan charger ponselmu." Doyoung mengakhiri kata-katanya dengan senyuman datar. Ia berdiri dan kembali mengambil mantel juga tongkat kayunya. Di saat yang bersamaan Thony telah berada di luar tenda mereka.

"Taksi untukmu sudah menunggu di depan," kata Thony yang Mingyu tangkap samar-samar itu. Doyoung meminta kepadanya untuk kembali ke tenda dan membiarkan dirinya bersama Thony keluar. Mingyu memandang punggung temannya itu dengan sekelebat doa. Tuhan memberkatimu.

Kemudian, Mingyu mendekati tenda makanan. Ia menemukan beberapa orang-orang yang lebih muda darinya mengurus makanan di sana. Mencuci gelas-gelas, menyusun piring-piring lama itu di atas meja kayu panjang. Roti kentang dan potongan kecil daging kuda yang ada di setiap piring. Mingyu meringis di dalam hatinya. Bahkan untuk memakan daging pun harus dipotong sekecil itu. Sekarang pandangan Mingyu kepada Moskow tentang betapa mewahnya orang-orang yang ia temui harus berubah terbalik dengan apa yang ada di hadapannya saat ini.

Wallenda benar, ekonomi masyarakat di negara ini menurun drastis. Mingyu selama ini tidak pernah melihat betapa sengsaranya masyarakat kelas bawah. Selama ini, ia selalu dalam lingkungan pusat kota dengan orang-orang berpakaian mahal atau kantoran. Dengan restoran kelas satu dimana-mana. Dengan opera yang selalu penuh. Dengan pembicaraan tinggi tentang trend saat ini. Ia dibutakan dengan pandangan mewah itu, hingga Wallenda membawanya ke tempat seperti ini.

Negara ini tidak sesuai dengan apa yang dikatakan orang-orang di luar.

"Mau makan?" Mingyu menoleh dan menemukan seorang pria kurus dengan wajah berbintik menyapanya dengan bahasa Rusia yang bagus. Ia tersenyum menunjukkan salah satu gigi ompongnya. "Akan kuambilkan jika mau."

"Terima kasih," Mingyu mengambil duduknya di ujung meja dan memandang pria itu mengambil makanan untuknya. Setelah kembali dengan dua piring di tangannya, Mingyu menggeser piringnya kepada pria itu.

"Tiba-tiba aku tidak berselera. Kau bisa ambil bagianku."

Pria itu sedikit membulatkan kedua bola matanya yang berwarna hijau, lalu ia menggeleng, "Jangan."

"Kenapa? Jika ada yang memarahimu aku akan mengatakan bahwa ini keinginanku sendiri."

"Bukan itu masalahnya," Pria itu mendorong kembali piring Mingyu, "Luis, mengatakan, hari ini Tuhan memberikan apapun padamu maka terimalah, kau menolak sama saja kau menghina pemberian-Nya."

"Ok," Mingyu kembali menerima piringnya dengan raut wajah sedikit terkejut. "Luis itu, sepertinya seorang yang religius."

"Tidak juga." Pria itu menatap Mingyu dengan alis mengerut, "Kukira kau mengenalnya lebih dari itu."

Mingyu membiarkan sendok yang berisi potongan daging itu terhenti di udara, "Maaf?"

Pria itu mengunyah dengah gigi geraham kanannya dan mencoba berbicara, "Luisia Evgeny, wanita buta yang minum bersamamu tadi. Anak haram sang Presiden busuk Egor Evgeny."

"Wallendaㅡ"

"Ya, Wallenda itu nama panggungnya. Tapi,  kusarankan jangan memanggil nama aslinya. Itu yang aku dengar dari orang-orang di sini."

Dan Mingyu tidak pernah berpikir sedikitpun bahwa ia berurusan dengan anak pemimpin negara sekarang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top