6. Belajar

[Name] POV

"Jadi begitu, ngerti gak sih?!"
Bentak Bakugo sambil ngelempari kepalaku dengan potongan penghapus, aduh itu penghapus pinjaman! Tar ngamuk orangnya kalo tahu pengapusnya udah jadi dua bagian yang tak sama rata.

"Iya iya ngerti! Santai aja kalik!" Aku balas melemparinya kamus bahasa Inggrisku, nah rasain tuh, Bakugo sepertinya tak terima kemudian ia mengangkat meja belajarku---

EH BUSET!

"WEI NGAPAIN ANDA?! TUH MEJA JANGAN DI LEMPAR WOI!" Aduh tar emak ngamuk.

Midoriya lalu dengan mudahnya mengambil meja itu dari Bakugo dan meletakkannya kembali di tempat seharusnya, Bakugo menatap Midoriya dengan tatapan sayang--- tatapan marah dan saat hendak menggunakan Quirknya...

"Kalau kamarku hancur, kau harus jadi 'Maid' di rumahku sampai selesai di perbaiki" Kataku cepat, Bakugo langsung nurunin tangannya, muhehehe absolute aku, kayak babang Sei.

"Cih"
Bakugo mendecih gak suka, Midoriya tertawa maklum sambil mengusap belakang kepalanya, Todoroki minum teh.

"Baiklah ayo lanjut, Bakugo kamu belajar bareng Todoroki dulu ya, aku mau di ajarin Midoriya dulu" Aku mengambil buku milikku dan duduk di hadapan Midoriya.

Midoriya menjelaskan dengan santai, ia mengajariku dengan sabar, aku jadi tidak takut untuk bertanya kepadanya, tidak seperti...

"OI! ITU PENSILKU BODOH"

"Aku hanya meminjamnya"

"TAPI KAU TAK IZIN PADAKU"

"Sudah, kau saja yang tak mendengarkan"

"SIALAN KAU..."

Bakugo terus saja debat ganteng dengan Todoroki, aku mulai takut dengan keselamatan kamarku beserta isinya, mungkin sebaiknya kami belajar di halaman belakang saja, di sana adem, bisa tiduran di rumput, atau bahkan membiarkan Bakugo dan Todoroki bertengkar di sana.

"Umm [Surname]-san?"
Panggil Midoriya, aku berbalik ke arah cowok 'Normal' yang bisa aku akui tampangnya ini menggemaskan, oh dan jangan lupakan kemauannya yang kuat.

"Eh, iya aku mengerti kok"
Aku kembali melihat buku milikku, sudah beberapa soal terjawab di sana, Midoriya cocok jadi guru!

"[Surname]-san merasa tergangu dengan mereka?"

"Ya sedikit, kurasa aku mulai terbiasa dengan 'KDRT' mereka"

"Jangan sampai Kacchan dengar..."

"Tenang saja Midoriya"

"Umm oke"

"Bagai mana kalau kita belajar di halaman belakang saja?"

"Ide bagus [Surname]-san, aku rasa Kacchan akan meledakkan kamarmu sebentar lagi"

Lalu Midoriya menyeret Todoroki yang tentunya lebih kalem dan mudah di bawa ke halaman belakang, sedangkan aku harus membawa Bakugo yang meledak-ledak sambil terus mengatai Todoroki, yang tentu mulutnya segera aku sumbat dengan tempat pensilku.

"Diam lah"

"Hmmpph!"

---

Yap seperti kataku, di halaman belakang sangat adem, aku jadi malas belajar karena anginya...

Ngomong-ngomong soal angin aku jadi teringat orang yang di gebukin habis-habisan sama Bakugo, ia apa kabar? Masih niat ga sih datangin aku?

"Kau memikirkan apa?"
Tanya Todoroki sambil menatapku dengan jarak 'sangat dekat' dengan wajah imut, cantik, mulus, ulala milikku ini.

"Hmm bukan apa-apa, hanya orang yang menyerangku kemarin" Balas sambil mundur sedikit darinya, maksudku Todoroki itu ganteng, aku juga bisa gugup terlalu dekat dengannya.

"Ah orang itu, aku akan membakarnya jika ia datang lagi" Todoroki meletakkan tanganya di atas kepalaku, lalu terdiam sesaat, kemudian mengelus rambutku.

"Todoroki...?"
Ia menaikkan satu alisnya sambil tetap menatapku, oke sejak kapan Todoroki seperti pangeran?

Ohh!

Kau tahu apa yang aku pikirkan?
Di pikiranku, jika Todoroki adalah pangeran, maka Midoriya adalah pangeran lain yang bersahabat dengan Todoroki dan Bakugo sebagai kudanya Todoroki, klise!

Lalu Midoriya menurunkan tangan Todoroki dari kepalaku, kemudian menarik tanganku membawaku menjauh dari Todoroki, aku menatapnya heran.

"Midoriya _(._.)_?"

"Ah itu... A-aku ti-tidak suka saja saat Todoroki-kun mengelus ra-rambutmu, a-aku bukannya marah pada To-todoriki-kun" Midoriya panik sendiri sambil menggoyangkan kedua tangannya cepat dan melihat ke arah lain dengan wajah memerah.

"Um? Baiklah"
Aku menutup buku pelajaranku dan mengambil buku lain, karna mood belajarku hilang maka aku memutuskan untuk membaca novel saja, lagi pula terlalu banyak belajar bisa membuat kita stres, kan?

"Eh [Name]-san tidak lanjut belajar?" Tanya Midoriya, aku menganguk sebagai balasan, lalu membuka halaman pertama novel berjudul 'Pembalasan dendam kepala sekolah'.

"Nanti saja, aku jadi tidak mood gara-gara dua manusia itu" Jawabku tanpa menoleh dari novel yang aku baca, ngomong-ngomong novel ini cukup bagus.

Tentang seorang kepala sekolah yang dulunya hanyalah tukang bersih-bersih di sekolah, ia selalu di bully oleh murid-muridnya dulu, seperti saat selesai membersihkan murid-murid enggak tahu diri mengotorinya kembali, kurang hajar memang.

Lalu beberapa tahun kemudian, dengan perjuangan yang sulit dan batuan dari mbak kantin penjual bakwan, mereka berhasil mejadi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, lalu semenjak saat itu mereka menghukum siswa siswi yang melakukan pelanggaran dengan cara 'kreatif dan berfaedah'

Seperti membersihkan WC, menyapu koridor, membersihkan kolam ikan di sekolah, mengelap seluruh kaca di sekolah, membenarkan genteng, bahkan perna di suruh membuat ruang kelas baru sendiri.

Yah, sekolah mereka bahkan tak membutuhkan tukang karna murid-murid mereka bisa melakukannya sendiri, sudah kayak kuli bangunn dah.

Bahkan ada satu kebiasaan mereka yang mengesankan, yaitu sebelum masuk sekolah mereka harus mengumuti sampah di halaman depan, lalu saat pulang mereka mengumuti sampah di halaman kemudian berbaris untuk memasukkan sampah yang mereka bawa ke dalam tong sampah yang di jaga para anggota OSIS satu persatu.

Oke, aku malah cerita hal lain :v

"Oi, kau tak belajar?"
Tanya suara 'ngeselin' itu, bahkan nada bicarahya saja nyolot banget, heran deh, pasti bencana besar bagi Kaa-sannya punya anak kek Bakugo.

"Enggak, istirahal dulu bentar lah, belajar mulu tar botak" Jawabku lalu mengambil ponsel pintar milikku.

"Bilang saja kau malas belajar"
Ini orang kok ngeselin parah ya?

"Ck... Aku benar-benar ingin istirahat! Dasar Bakaugo!" Betakku, eh nanti dia balas marah gak ya---

BUAK!

"APA KAU BILANG?!"

Trak!

"Alamak HP aku! Aduh kan jatuh! Ngagetin aja, aduh untung masih mulus cuma retak sedikit, speaker masih bagus RAMnya juga masih sisa delapan GB harga murah terjangkau, minat chat!"

"...."

"...."

"...."

"Ehehehe, sorry kebanyakan main IG aku"

---

Next tentang apa bagusnya?
Masukin actionnya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top